Tulip Putih Sepasang suami istri itu menemani Antonio memakan sup yang dihidangkan oleh istri dari Tobi hingga satu mangkok tandas tak bersisa."Tuan Antonio, tubuh Anda belum stabil, saya khawatir ada yang salah dengan kondisi Anda saat ini," Setengah ragu Tobi mengatakannya, "apa, apa tidak sebaiknya Tuan kembali ke kota?"Bukan maksud mengusir, hanya saja mereka merasa tempat ini tidak layak untuk Antonio, sudah tiga hari sejak ia ditemukan pingsan di hutan seberang, Antonio menolak untuk kembali ke kota bahkan Tobi dilarang menghubungi Tuan besar Zoku. Ponsel Antonio sengaja dimatikan. Entah apa yang dipikirkan pria itu, tapi yang membuat tidak nyaman bagi Jessi. Ia merasa tidak leluasa bergerak dirumah itu.Selama tiga hari Antonio jarang bicara, ia sering termenung menatap keluar jendela yang menghadap kearah lapangan hijau, yang dilakukannya hanya tidur, makan dan melamun."Ibu, kenapa dia tidak mau pulang? Aku sudah tidak nyaman disini." Entah sudah berapa kali Jessi meng
Melahirkan Sebelum WaktunyaTempat yang pertama di tuju Antonio adalah rumah sakit. Ia segera berlari sekencang mungkin agar segera sampai di ruangan Dokter Luis.CeklekDua orang yang sedang berbicara di dalam sontak menoleh ke arah Antonio yang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Sepertinya Kau punya tamu penting, aku akan pergi. Sampai jumpa!" Wanita muda yang memakai jas yang sama itu segera beranjak. Dokter Luis hanya bisa mengangguk.Antonio menyingkir agar wanita itu bisa lewat."Kau merusak acara pendekatanku saja," ck. Sungut Dokter Luis."Dimana istriku?" Antonio tidak sabar lagi, dia tidak peduli dianggap perusak acara. "Hah, istri? Kenapa Kau mencarinya kesini?" Dokter Luis menatapnya dengan tatapan heran. "Katakan saja dimana dia?" Antonio meninggikan suaranya."Hei, ada apa denganmu? Kenapa Kau seperti kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupmu." Perkataan Dokter Luis seolah mengejeknya. Kesabaran Antonio semakin menipis, sepertinya Dokter Luis seng
Baby AlyonaRivera baru saja membuka matanya dan melihat ada Dimitri disampingnya menunjukkan raut terkejut juga bahagia."Sebentar, aku panggilkan dokter," katanya lalu melangkah keluar.Dua menit kemudian ia kembali bersama dokter dan juga salah satu perawat, mereka langsung memeriksa keadaan Rivera.Dokter bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Dimitri terlihat lega. Dokter permisi meninggalkan ruangan Rivera."Ternyata aku masih di izinkan melihat dunia," kata Rivera lirih.Dimitri menyipit, "Apa Kau berpikir akan mati?""Iya, dengan penyakit yang kuderita ini, sangat jarang sekali orang bisa sembuh," sahut Rivera yang masih tidak percaya dengan keadaannya sekarang. Dimitri tampak termenung memikirkan Rivera yang sebenarnya telah pasrah selama ini."Bagaimana keadaan bayiku?" Pertanyaan Rivera menyentak lamunan Dimitri.Dimitri menghela napas pelan, "Dia baik," jawabnya singkat."Syukurlah!" Air mata Rivera mengalir karena bahagia. Setidaknya putrinya selamat meski lahir
Kehilangan JaninLerina terlihat memijat kepalanya. Entah kenapa belakangan ini dia sering merasa pusing.Dia menghubungi bagian pantry untuk mengantar minuman ke ruangannya.Ck"Kenapa sakit sekali?" desah Lerina. Rasanya otaknya tidak mampu berpikir untuk melanjutkan pekerjaannya.Tok tok"Masuk!" Seorang cleaning servis wanita mengantarkan segelas teh untuknya, meletakkannya di meja lalu kembali keluar. Lerina menyandarkan dirinya di kursi. Sesekali ia memejamkan matanya untuk mencoba menetralkan rasa sakit di kepalanya, tapi tetap sama, sakitnya semakin menjadi. Lerina bangkit perlahan menuju sofa. Mendudukkan dirinya disana lalu meraih teh yang ada di atas meja.Lerina menyesap teh itu perlahan, kemudian merebahkan dirinya di atas sofa. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Sudah hampir dua bulan dia tidak mendapatkan menstruasinya.Astaga! Lerina kembali duduk dan memastikan ingatannya. Mencoba menelaah ke dua bulan yang lalu.Ia meraba perutnya, "mungkinkah?" Ia bertanya-tanya sendiri
Aku Akan Meminta Keajaiban Itu Sekali LagiLerina yang telah bangun sejak pagi tadi hanya bisa menangis setelah mendengar penjelasan dari dokter mengenai keadaannya. Tubuhnya memang terasa lemah, seluruh tulangnya seakan tak bertenaga saat ini. Han dengan setia mengusap air mata istrinya itu, mencoba menenangkannya, namun tetap saja Lerina tidak dapat menahan kesedihannya."Aku akan mengupayakan kesembuhanmu, jangan sedih! Aku akan menemanimu berjuang, ok!" bujuk Han yang entah sudah keberapa kali. Lerina mengangguk pelan. Han memberi kecupan di keningnya lalu berpindah dibibirnya. Lerina akhirnya tersenyum meski sangat tipis. "Berapa bulan usianya?" Lerina yang sudah mengetahui tentang kegugurannya itu bertanya."Sepuluh minggu," jawab Han sendu. Meski tidak mengetahui hal itu sebelumnya, namun tetap memberikan kesedihan bagi mereka."Aku sungguh-sungguh tidak tahu, Han.""Iya, aku percaya. Jangan terlalu dipikirkan, fokuslah pada kesehatanmu saja." Siang itu kedua orang tua Han d
Benar-Benar Mirip Rivera sudah di izinkan pulang ke rumah karena kondisinya yang sudah membaik, tinggal rutin mengkonsumsi obat serta menjaga tubuhnya agar tidak terlalu lelah agar bisa melakukan operasi dua bulan kedepan.Dia sangat senang, di tambah dengan Baby Alyona yang sudah lepas dari tabung inkubator.Ah, rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu Alyona setiap hari.Tak henti-hentinya ia tersenyum memandang wajah putri kecilnya yang berada di pangkuannya. Alyona yang acap kali menggerakkan tubuhnya membuat Rivera sangat gemas dan ingin menggigit pipi semerah cerrynya. Rivera masih tidak menyangka bisa berada di fase ini, dimana dirinyalah yang akan mengurus baby Alyona sendiri. Ketakutannya tentang kematian lenyap berkat bantuan dari Dimitri. Pria itu memberikan semangat hidup baru untuknya."Sampai!" ucap Dimitri tepat di depan pintu aparemennya, tempat tinggal mereka dengan mendiang istrinya.Dia menekan sandinya lalu otomatis pintunya terbuka. Dimitri berpindah ke belakan
Kau Baik Dan LucuHan baru saja selesai membantu Lerina membersihkan tubuhnya, ia dengan telaten memakaikan pakaian ganti untuk istrinya itu. Setelahnya Han membawanya keluar, malam ini ia akan memasak untuk makan malam mereka.Lerina memberitahunya, bagaimana cara mengerjakannya, mulai dari memotong sayuran hingga cara memasaknya. Han merasa kesulitan, Lerina hanya bisa tertawa."Kita pesam saja," kata Lerina. Sebenarnya sudah sejak tadi ia mengatakannya, tapi Han menolak dengan alasan tidak mau terlalu merepotkan Harry.Ting"Sepertinya ada tamu?" ucap Lerina sambil menoleh kedepan."Biar aku saja yang membukanya, kata Han sambil meletakkan kembali sutil di tangannya. Ia berjalan ke depan tanpa melepas celemek yang menempel di tubuhnya."Hai!"Harry lah yang datang dengan membawa kotak makanan di tangannya, "Aku pikir Kalian pasti lelah dan tidak sempat memasak, jadi aku membawakan makan malam untuk Kalian!" ucap Harry seraya tersenyum.Han bergeming di tempat."Wah! Terimakasih ban
Misteri Kematian Istri Dimitri Malam itu mereka terpaksa menginap di rumah tabib yang bernama Tatsuya itu. Dia pria campuran jepang rusia yang memiliki gelar dokter, namun sejak ia berhasil menciptakan penawar berbagai racun, ia lebih memilih membuka pengobatan sendiri dengan di bantu oleh Harry sang keponakan."Apa yang Kau rasakan?" tanya Han sebelum tidur. Mereka tengah berbaring sambil berhadapan."Tubuhku terasa lebih rilex," jawab Lerina. Tangannya mendarat di pipi sang suami kemudian turun ke bawah bibir."Kau tidak menyukainya?" dia, menyentuh tangan itu dan mengecupnya lembut. "Suka, hanya saja ini sudah terlalu panjang," kata Lerina. "Aku akan mencukurnya saat kita kembali ke kota." Kini tangan Han berpindah ke wajah sang istri, mengelusnya lembut lalu berakhir di bibir sang istri.KrakAwwwwSssttHan menarik tangannya cepat karena digigit oleh Lerina. Dia memeriksanya sambil meringis kesakitan lalu mengibas-ngibaskan jarinya."Apa terlalu sakit? Sini aku periksa!" L
Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d