Mencari AntonioDi antara kekalutan Antonio tiba-tiba suara petir menyambar dan rintik dari langit perlahan jatuh ke bumi, perlahan dan kemudian menderas hingga membuatnya semakin panik juga takut.Suasana yang gelap menghalangi pemandangannya, mereka tidak lagi berjalan, melainkan bergeming menanti sang hujan reda. Di saat inilah ingatannya tertuju pada Rivera.Sedang apa istrinya itu, apakah kondisinya baik-baik saja saat ini?Entah sudah berapa lama hujan tak kunjung reda, tubuh yang sangat basah dan rasa dingin yang mencekam membuat Antonio menggigil.Andai saja dia tidak datang kesini?Di rumah peternakan."Bagaimana ini, orang kota itu belum kembali juga," ucap istrinya."Jangan-jangan dia tersesat," tambah suaminya."Jessi, harusnya tidak meninggalkannya sendirian." Istrinya menyalahkan putrinya.Jessi yang ada didalam kamarnya memilih untuk keluar, "Aku hanya bertugas mengantarnya." Ia tidak terima disalahkan.Ck"Hujannya belum juga reda, bagaimana mau mencarinya?" Sang sua
Si Tuan Kaya Atau Si Tuan Sombong? Kuda terus berlari membelah padang ilalang yang menjadi pembatas antara hutan milik Zoku dengan hutan milik Tuan Rudolf, hingga tidak butuh waktu lama mereka tiba disana."Cepat bantu ayah menaikkannya keatas kuda!" pinta ayahnya setelah turun dari kuda. Dia belum bisa bernapas lega sebelum keluar dari hutan ini. Membayangkan pemiliknya yang terkenal kejam dan dia akan berpatroli di pagi hari seperti ini. Jessi segera turun dan membantunya, dengan cukup kesulitan mereka akhirnya berhasil menaikkan tubuh yang belum sadar itu ke atas kuda berwarna hitam yang ditunggangi Antonio kemarin.Tubuh Antonio diikat agar tidak terjatuh saat kuda membawanya, dengan posisi telungkup di punggung kuda.Jessi memimpin jalan sedangkan ayahnya mengawasi dari belakang, untuk berjaga jangan sampai bertemu debgan Tuan pemilik hutan yang terkenal kejam itu. Mereka hampir mencapai padang ilalang saat terdengar suara semak yang di pijak dari arah belakang.Dor dorSu
Tulip Putih Sepasang suami istri itu menemani Antonio memakan sup yang dihidangkan oleh istri dari Tobi hingga satu mangkok tandas tak bersisa."Tuan Antonio, tubuh Anda belum stabil, saya khawatir ada yang salah dengan kondisi Anda saat ini," Setengah ragu Tobi mengatakannya, "apa, apa tidak sebaiknya Tuan kembali ke kota?"Bukan maksud mengusir, hanya saja mereka merasa tempat ini tidak layak untuk Antonio, sudah tiga hari sejak ia ditemukan pingsan di hutan seberang, Antonio menolak untuk kembali ke kota bahkan Tobi dilarang menghubungi Tuan besar Zoku. Ponsel Antonio sengaja dimatikan. Entah apa yang dipikirkan pria itu, tapi yang membuat tidak nyaman bagi Jessi. Ia merasa tidak leluasa bergerak dirumah itu.Selama tiga hari Antonio jarang bicara, ia sering termenung menatap keluar jendela yang menghadap kearah lapangan hijau, yang dilakukannya hanya tidur, makan dan melamun."Ibu, kenapa dia tidak mau pulang? Aku sudah tidak nyaman disini." Entah sudah berapa kali Jessi meng
Melahirkan Sebelum WaktunyaTempat yang pertama di tuju Antonio adalah rumah sakit. Ia segera berlari sekencang mungkin agar segera sampai di ruangan Dokter Luis.CeklekDua orang yang sedang berbicara di dalam sontak menoleh ke arah Antonio yang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Sepertinya Kau punya tamu penting, aku akan pergi. Sampai jumpa!" Wanita muda yang memakai jas yang sama itu segera beranjak. Dokter Luis hanya bisa mengangguk.Antonio menyingkir agar wanita itu bisa lewat."Kau merusak acara pendekatanku saja," ck. Sungut Dokter Luis."Dimana istriku?" Antonio tidak sabar lagi, dia tidak peduli dianggap perusak acara. "Hah, istri? Kenapa Kau mencarinya kesini?" Dokter Luis menatapnya dengan tatapan heran. "Katakan saja dimana dia?" Antonio meninggikan suaranya."Hei, ada apa denganmu? Kenapa Kau seperti kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupmu." Perkataan Dokter Luis seolah mengejeknya. Kesabaran Antonio semakin menipis, sepertinya Dokter Luis seng
Baby AlyonaRivera baru saja membuka matanya dan melihat ada Dimitri disampingnya menunjukkan raut terkejut juga bahagia."Sebentar, aku panggilkan dokter," katanya lalu melangkah keluar.Dua menit kemudian ia kembali bersama dokter dan juga salah satu perawat, mereka langsung memeriksa keadaan Rivera.Dokter bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Dimitri terlihat lega. Dokter permisi meninggalkan ruangan Rivera."Ternyata aku masih di izinkan melihat dunia," kata Rivera lirih.Dimitri menyipit, "Apa Kau berpikir akan mati?""Iya, dengan penyakit yang kuderita ini, sangat jarang sekali orang bisa sembuh," sahut Rivera yang masih tidak percaya dengan keadaannya sekarang. Dimitri tampak termenung memikirkan Rivera yang sebenarnya telah pasrah selama ini."Bagaimana keadaan bayiku?" Pertanyaan Rivera menyentak lamunan Dimitri.Dimitri menghela napas pelan, "Dia baik," jawabnya singkat."Syukurlah!" Air mata Rivera mengalir karena bahagia. Setidaknya putrinya selamat meski lahir
Kehilangan JaninLerina terlihat memijat kepalanya. Entah kenapa belakangan ini dia sering merasa pusing.Dia menghubungi bagian pantry untuk mengantar minuman ke ruangannya.Ck"Kenapa sakit sekali?" desah Lerina. Rasanya otaknya tidak mampu berpikir untuk melanjutkan pekerjaannya.Tok tok"Masuk!" Seorang cleaning servis wanita mengantarkan segelas teh untuknya, meletakkannya di meja lalu kembali keluar. Lerina menyandarkan dirinya di kursi. Sesekali ia memejamkan matanya untuk mencoba menetralkan rasa sakit di kepalanya, tapi tetap sama, sakitnya semakin menjadi. Lerina bangkit perlahan menuju sofa. Mendudukkan dirinya disana lalu meraih teh yang ada di atas meja.Lerina menyesap teh itu perlahan, kemudian merebahkan dirinya di atas sofa. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Sudah hampir dua bulan dia tidak mendapatkan menstruasinya.Astaga! Lerina kembali duduk dan memastikan ingatannya. Mencoba menelaah ke dua bulan yang lalu.Ia meraba perutnya, "mungkinkah?" Ia bertanya-tanya sendiri
Aku Akan Meminta Keajaiban Itu Sekali LagiLerina yang telah bangun sejak pagi tadi hanya bisa menangis setelah mendengar penjelasan dari dokter mengenai keadaannya. Tubuhnya memang terasa lemah, seluruh tulangnya seakan tak bertenaga saat ini. Han dengan setia mengusap air mata istrinya itu, mencoba menenangkannya, namun tetap saja Lerina tidak dapat menahan kesedihannya."Aku akan mengupayakan kesembuhanmu, jangan sedih! Aku akan menemanimu berjuang, ok!" bujuk Han yang entah sudah keberapa kali. Lerina mengangguk pelan. Han memberi kecupan di keningnya lalu berpindah dibibirnya. Lerina akhirnya tersenyum meski sangat tipis. "Berapa bulan usianya?" Lerina yang sudah mengetahui tentang kegugurannya itu bertanya."Sepuluh minggu," jawab Han sendu. Meski tidak mengetahui hal itu sebelumnya, namun tetap memberikan kesedihan bagi mereka."Aku sungguh-sungguh tidak tahu, Han.""Iya, aku percaya. Jangan terlalu dipikirkan, fokuslah pada kesehatanmu saja." Siang itu kedua orang tua Han d
Benar-Benar Mirip Rivera sudah di izinkan pulang ke rumah karena kondisinya yang sudah membaik, tinggal rutin mengkonsumsi obat serta menjaga tubuhnya agar tidak terlalu lelah agar bisa melakukan operasi dua bulan kedepan.Dia sangat senang, di tambah dengan Baby Alyona yang sudah lepas dari tabung inkubator.Ah, rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu Alyona setiap hari.Tak henti-hentinya ia tersenyum memandang wajah putri kecilnya yang berada di pangkuannya. Alyona yang acap kali menggerakkan tubuhnya membuat Rivera sangat gemas dan ingin menggigit pipi semerah cerrynya. Rivera masih tidak menyangka bisa berada di fase ini, dimana dirinyalah yang akan mengurus baby Alyona sendiri. Ketakutannya tentang kematian lenyap berkat bantuan dari Dimitri. Pria itu memberikan semangat hidup baru untuknya."Sampai!" ucap Dimitri tepat di depan pintu aparemennya, tempat tinggal mereka dengan mendiang istrinya.Dia menekan sandinya lalu otomatis pintunya terbuka. Dimitri berpindah ke belakan