Weylin merasa sangat buruk setelah sadar telah sangat keterlaluan pada Kelsey. Bisa dibilang dia memperkosanya. Weylin menampar dirinya sendiri karena tindakannya ini justru mengharuskan dirinya untuk menikahi Kelsey meskipun dia tidak mengeluarkan benihnya di dalam, tetap saja fakta dia telah memaksa Kelsey untuk melakukan percintaan itu tidak bisa dinggap remeh. Weylin menapaki rumahnya yang sepi karena kedua orang tuanya yang masih di rumah sakit. "Arrghh. Weylin, kau bodoh. Kenapa kau bisa lepas kendali?" Dia ingin mengumpat dirinya sendiri. Gadis itu pasti akan sangat membencinya. Tunggu dulu, bukankah sangat bagus jika Kelsey membenci dia? Kelsey tak akan mungkin mau menikah dengannya yang telah melecehkan dirinya kan? Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah yang sebaliknya?Bagaimana jika Kelsey menceritakan tentang apa yang dia lakukan? Dia bisa terkena masalah besar.Kalau Kelsey melaporkan dia, tamatlah riwayatnya. Tidak hanya di penjara, dia juga akan kehilangan seg
Kelsey Lieven segera berlari keluar rumahnya dengan kepanikan luar biasa. Dia mengabaikan pertanyaan ibunya yang berteriak kepadanya. Yang ada di pikiran Kelsey saat ini adalah dia harus mencari minimarket terdekat atau apotek untuk membeli alat test pack yang baru.Dia masih belum bisa mempercayai hasil tes kehamilan yang baru saja dia lakukan beberapa menit yang lalu itu. Dia tidak akan percaya jika dia tidak mengulang tes itu lagi. Dia berlari hingga napasnya tersengal-sengal dan dia tidak memperdulikan tatapan bingung petugas apotek, "Test pack. Dua, eh tidak. Lima test pack dengan merek yang berbeda," ucapnya pada petugas apotek dengan napas terengah-engah. Petugas apotek segera mengambilkan sesuai keinginan pelanggan itu. Usai mendapatkan sekantong alat test pack itu, Kelsey pulang ke rumahnya dengan berjalan lesu. Dia tidak bisa tenang, mana mungkin dia bisa tenang? Tentu saja, saat ini pikirannya sedang kacau. Begitu sampai di depan rumahnya, dia mendadak ragu untuk mas
"Bagaimana ini, Andrew? Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ujar Leana lemah sambil menggenggam sebuah kertas yang dia temukan di atas tempat tidur sang anak. Andrew Leiven sedang menghubungi seseorang yang tentu saja adalah putrinya itu tak ada jawaban. "Ponselnya mati, Leana. Ke mana dia pergi? Astaga Kelsey, apa kau benar-benar pergi?" sesal Andrew. Andrew Leiven memang begitu marah pada putrinya itu dan sempat mengucapkan kata-kata kasar pada Kelsey tapi dia tak mengira putrinya itu benar-benar akan menganggap ucapannya semalam serius. Dia hanya emosi dan tentu saja tak berniat mengusirnya. Bagaimana sekarang?Pria tua itu termenung meratapi kesalahannya yang tak bisa menahan dirinya sendiri dan malah membuat putri satu-satunya pergi dari rumah.Bukan ini yang dia harapkan. Bukan seperti ini yang dia mau. Namun, sepertinya nasi telah menjadi bubur. Seberapa pun Andrew menyesali perbuatannya, anaknya telah memilih untuk pergi dari sana. "Apa dia membawa barang-barang penti
Weylin masuk ke dalam kantornya dengan wajah ditekuk. Dia masih belum bisa menghilangkan rasa kesalnya pada Kelsey Lieven, sang tunangan yang baru saja membuat darahnya mendidik. "Wanita itu benar-benar." Pria itu membanting laporan yang ada di atas mejanya dengan keras, terlalu kesal. "Sialan, memangnya siapa dia? Berani mengatakan aku bukan pria," gumam Weylin dengan nada jengkel. Dalam seharian itu, moodnya sungguh berantakan dan itu karena ulah satu wanita yang memiliki nama lengkap Kelsey Anne Lieven.Dia benar-benar berhasil membuat hari Weylin menjadi suram hingga petang. Kata-katanya begitu menusuk hingga Weylin tak bisa mengenyahkannya dari pikirannya. Dengan wajah yang sama sekali tak enak dipandang, Weylin bergegas pulang ke rumah besar orang tuanya. Weylin adalah satu-satunya putra keluarga Malachy yang masih harus tinggal di Malachy's Mansion. Hal itu juga yang selalu membuat pria muda itu merasa jika keadilan tidak mampir ke dalam hidupnya.Ketiga adiknya telah
Enam tahun kemudian, Kelsey sedang terburu-buru berjalan keluar dari kantornya menuju sebuah restoran di seberang jalan dari Ans Bank. Dia berkali-kali melirik arlojinya takut jika dia telah membuat seseorang menunggunya terlalu lama. Sekarang dia sudah sampai di pinggir trotoar. Punggungnya ditepuk tiba-tiba.Dia sontak menoleh, "Hei. Mengagetkan saja." Kelsey tersenyum pada pria yang berdiri di dekatnya itu. "Ah, aku tak bermaksud begitu," sahut laki-laki itu sambil memperhatikan lampu lalu lintas.Begitu aman, dia menggandeng Kelsey menyeberang. Wanita itu membiarkannya, tak memprotes sedikitpun. "Aku tahu," ujar Kelsey. "Kau tahu apa?" tanya pria yang masih setia menggandeng tangan Kelsey. "Tahu kau tidak berniat mengagetkan aku," jawab Kelsey. Mimik laki-laki itu langsung saja berubah cemberut. Dia membalas, "Aku pikir kau tahu jika aku begitu sangat mencintaimu." Kelsey tergelak, "Itu aku juga tahu, Gerald." "Oh, jadi kau sudah punya jawaban?" tanya Gerald sambil mena
Weylin Malachy sedang menari di atas panggung yang dia cinta dan masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak perempuan yang masih saja terpukau dan tergila-gila kepadanya. Meskipun sudah tak semuda dulu dan masih saja mengenakan topengnya saat mempertunjukkan keahlian menarinya itu, pria yang kini telah menginjak usia tiga puluh tiga tahun itu tidak luntur pesonanya. Dengan mudahnya dia menarik sejumlah perhatian dari para wanita yang masih saja setia melihat penampilannya. "Dia masih saja keren," celetuk salah seorang wanita muda yang telah menjadi salah satu fans berat 'M', nama panggung Weylin yang tidak pernah dirubahnya. "Ah, tentu saja aku tahu itu. Dia juga sangat misterius sekali," sahut wanita yang baru tiba di sana sehabis berdansa dengan seorang pria yang kini memeluknya dari belakang sambil menciumi lehernya. Sedangkan Weylin baru saja turun dari panggungnya dan langsung menuju ruang ganti.Biasanya setelah tampil, dia akan berkeliling klub malam tersebut sekit
Orang tua Weylin percaya begitu saja dan langsung saja pulang usai sarapan pagi bersama mereka. Weylin lalu menuju kamarnya dan menemukan Danielle yang telah memakai bajunya yang semalam dia pakai. "Kau sudah mau pulang?" tanya Weylin heran, tak biasanya wanita itu pulang sangat awal seperti ini jadi dia mengerutkan dahinya bingung. Danielle menghela napas panjang, "Ya. Anak buahku meneleponku tadi. Ada meeting dadakan pagi ini dengan investor." Weylin berkata, "Ah, benar-benar wanita pekerja keras." "Aku senang atas sanjunganmu," sahut Danielle sambil tersenyum. "Kau pantas menerimanya," timpal Weylin. Dia menyemprotkan parfum beraroma vanila pada tubuhnya dan dengan cepat merapikan rambutnya lalu berkata, "Oh iya, aku tak sengaja dengan jika kau akan pindah ke Leeds ya? Mau berangkat kapan?" Weylin menjawab dengan wajah sedikit muram, "Nanti malam aku akan berangkat." Danielle mengangguk, "Oke. Kabari aku jika kau sudah kembali ke sini, aku pergi dulu." "Hati-hati," ujar
Untuk beberapa detik, Kelsey hanya menatap bengong ke arah mantan calon suaminya itu. Kenapa dia harus bertemu dengan Weylin setelah hampir lima tahun delapan bulan, dia tak pernah melihat wajah orang yang menjadi mimpi buruknya hampi setiap malam. Dan lebih sialnya lagi, Weylin juga ayah kandung putranya. Apa yang dia lakukan di Leeds? Apa dia mencariku? Tapi untuk apa? Ah, dia tidak mungkin mencari aku kan? Kelsey membatin. Jantung Kelsey berdegup lebih kencang, tanpa dia lebih melihat Weylin, dia juga tahu jika pria itu tak berubah.Wajahnya semakin tampan dan tubuhnya pun masih seksi seperti saat dia pertama kali melihat Weylin melakukan pertunjukkannya di Sweet Heaven. Damn! Apa yang aku pikirkan? Kenapa malah teringat itu sih? batin Kelsey kesal pada dirinya sendiri. Sedangkan pandangan Weylin malah langsung jatuh pada anak memanggil Kelsey dengan sebutan 'Mama' itu. Dia mulai penasaran. "Kelsey, dia anak kamu? Kau sudah menikah?" Kata-kata itu muncul begitu saja dari mul
Halo, readers. Kita ketemu lagi di sini. Lega sekali rasanya bisa menyelesaikan cerita ini. Zila ucapkan banyak terima kasih yang sudah antusias membaca cerita Kelsey Lieven dan Weylin Malachy dan mengikutinya sampai akhir. Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya dan kalian puas dengan cerita ini. Endingnya semoga juga memuaskan bagi para readers ya dan nggak ada yang kecewa. Zila harap kisah mereka ini semoga bisa diingat oleh para pembaca. Maaf jika memang tidak sesuai yang diharapkan oleh para readers sekalian. Akhir kata, Zila harap bisa membuat cerita lain yang juga disukai para pembaca. Salam hangat dari Zila Aicha, sampai ketemu di karya Zila berikutnya.
Kelsey sedang linglung berjalan di jalan raya sambil menggandeng tangan mungil Aiden.Wanita itu pun mengajak Aiden untuk duduk di halte bus tanpa mengetahui bus akan datang. Aiden kecil tidak berani bertanya, dia hanya menebak jika mamanya dan orang tua Gerald tadi bertengkar.Aiden bahkan hanya bisa menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi mamanya tanpa banyak bertanya. Anak kecil yang dua hari lagi akan segera berusia lima tahun itu menatap wajah sang mama yang mulai terlihat pucat. Dan semakin kaget ketika melihat tubuh mamanya roboh dan jatuh ke lantai. Kelsey tak sadarkan diri. Aiden berteriak, "Mama. Mama kenapa? Mama, bangun, Ma. Mama." Aiden melongok ke semua arah dan tak ada orang yang kebetulan lewat sana. Aiden langsung saja meraung-raung sambil masih berusaha membangunkan mamanya. "Kenapa Mama tak mau bangun? Mama, bangun. Aiden takut, Ma," ujar Aiden dengan terisak-isak. Tiba-tiba saja, dia teringat tentang pesan Paman Weylin dan langsung mengambil inisiatif
"Menurut saya masih belum cukup, Tuan. Mungkin Anda harus lebih tegas membatasi hubungan dengan Nona Danielle agar dia tidak lagi mengganggu Anda," ucap Darren. Weylin terlihat berpikir sebentar, dia lalu berkata, "Menurutmu apa yang harus aku katakan?" "Akan lebih baik jika Anda mengatakan saja jika Anda sudah memiliki orang yang menarik hati Anda, sehingga dia akan berpikir jika dia tidak memiliki kesempatan lagi," jelas Darren. Weylin mengangguk mantap, "Baiklah. Akan aku lakukan. Aku tidak mau jika dia mengganggu hubunganku dengan Kelsey." Darren, "..." Weylin menggaruk telinganya yang tidak gatal, "Maksudku, hubunganku dengan Aiden." Darren pun hanya bisa tersenyum. Keesokan harinya, sebelum dia menjemput Aiden untuk mengantarkannya ke sekolah, Weylin benar-benar menemui Danielle setelah sebelumnya dia menghubunginya terlebih dahulu untuk mengetahui di mana posisi wanita itu. Danielle langsung saja menyambut Weylin dengan senyum ramahnya, "Aku tahu kau pasti akan ke sini.
"Sialan, apa maksudmu?" ucap Danielle dengan tatapan merah menyala. "Sadar diri jika Tuan Weylin tak akan pernah menyukai Anda meskipun Anda berulang kali naik ke ranjang Tuan Muda," ujar Darren santai. "BAJINGAN!" bentak Danielle kembali melayangkan tangannya tapi dengan mudahnya ditepis oleh Darren. Wanita yang juga pengusaha muda itu sudah tak bisa lagi menahan dirinya hingga rasanya dia ingin merobek mulut Darren, sopir kepercayaan Weylin. Dia sudah tidak peduli lagi akan pendapat Weylin jika dia tahu mengenai tingkahnya itu. Toh, Weylin tadi sudah mengusirnya. Dan ini pertama kali weylin menolaknya. Harga dirinya terasa terinjak-injak, tidak hanya oleh Weylin tapi juga Darren. "Sopir kurang ajar. Pergilah ke neraka!" ucap Danielle sebelum dia menendang Darren di bagian lututnya.Kali ini Darren tak bisa mengantisipasi dan terpaksa harus meringis karena tendangan itu mengenai lututnya yang pernah cedera saat kecelakaan beberapa tahun silam. Namun, pria itu tak sampai terjatu
"Apapun yang terjadi aku harus siap, Bibi. Lagi pula aku tidak mungkin bisa menyembunyikan Aiden lama-lama kan, Bi?" ucap Kelsey. Adriana menghela napas, tak mungkin dia mengkonfontasi Kelsey. Dia sudah cukup membuat keponakan tersayangnya itu kebingungan dengan sikapnya. Dia merasa bersalah. Dia seharusnya tidak menyalahkan Kelsey seperti tadi. Kalau dia mempertanyakan keputusan yang Kelsey buat, dia hanya akan mempersulit keponakannya dan juga cucunya itu kan? Sedangkan selama ini dia tahu mengenai perjuangan Kelsey sejak dia tiba di Leeds. Adriana yang menyadari jika dia telah melakukan kesalahan besar itu akhirnya berkata dengan suara pelan, "Maaflkan, Bibi." Kelsey terkejut mendengarnya, tak menyangka mendengar permintaan maaf dari sang Bibi.Dia pun membalas, "Aku yang harusnya meminta maaf pada Bibi. Aku yang membuat keputusan mendadak dan aku tahu pasti Bibi sangat kaget. Aku paham jika Bibi marah padaku." Adriana menggeleng pelan, benar-benar merasa bodoh karena telah m
Weylin berjongkok untuk mensejajarkan badannya dengan sang Putra. Aiden kecil menunggu penjelasan dua orang dewasa itu. "Aiden, kami tidak bertengkar. Kami hanya berbeda pendapat saja. Sekarang maukah Aiden masuk dulu ke dalam?" ucap Weylin lembut. Adriana terkejut, tak mengira jika Weylin akan bersikap seperti itu. "Baiklah, Paman. Aiden akan masuk lagi," jawab Aiden patuh. Setelah Weylin melihat Sang Putra sudah masuk ke dalam, pria itu langsung berkata, "Saya mohon. Anda sudah salah paham. Saya hanya ingin memperbaiki semuanya. Saya tahu memang saya sangat bersalah di sini. Jadi, izinkan saya untuk membuat semuanya kembali menjadi lebih baik." Adriana menghela napas dan menjawab, "Terserah kau saja. Tapi ingat, jangan sampai kau menyakiti Aiden." "Tidak akan, Nona Lieven," sahut Weylin. "Baiklah, mungkin saya lebih baik pulang dulu saja. Besok saya akan datang untuk menjemput Aiden," ucap Weylin lagi. Adriana membalas, "Hm." Weylin tak bisa memprotes, dia memang telah mela
"Kenapa kau jadi tertarik?" tanya Kelsey sambil menaikkan alisnya sebelah. Weylin mendesah, sungguh wanita yang kebetulan adalah ibu dari putranya itu pintar sekali membuat dirinya kesal.Entah apa dosanya dulu hingga bisa sampai melakukan hal gila dan membuat Kelsey mengandung anaknya. Dan beberapa waktu yang lau, dia bahkan sempat berpikir jika Kelsey itu menarik dan lucu. Sebenarnya apa yang ada di kepalanya, benar-benar Weylin menyesali perkataannya. "Baiklah-baiklah, aku tidak akan bertanya lagi," ucap Weylin mengalah sekarang. Kelsey menghela napas lega. Dia berbicara, "Jadi, apa yang ingin kau lakukan?" "Hah!?" ucap Weylin bingung. Kelsey memutar bola matanya jengah, "Apa yang akan kau lakukan untuk menjadi ayah yang baik untuk Aiden?" Kelsey kesal, tidakkah Weylin itu cukup pintar? Kenapa harus dijelaskan seperti ini? Weylin, "Oh, itu. Aku akan mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengannya." "Contohnya?" Weylin terlihat berpikir sebelum menjawab, "Mengantarnya ke s
Kelsey menatap tak percaya pada Weylin. Tatapannya bisa diartikan seolah dia berkata 'Kau sedang bercanda kan?' Weylin sendiri heran sekali ketika dia mengatakan hal itu. Dia bahkan kaget dengan ucapannya.Namun, tentu saja dia tidak bisa menarik kembali ucapannya kan?Dia ini seorang laki-laki sejati dan pantang baginya untuk membatalkan apa yang baru saja dia katakan. Dikarenakan ucapannya tak mendapat tanggapan dari Kelsey, Weylin pun mengulangi perkataannya dengan lebih pelan, "Menikahkah denganku, Kels." "Demi Aiden," tambah Weylin. Kelsey sontak tersadar setelah beberapa detik lamanya terdiam, terlalu terkejut dengan ucapan Weylin yang dia duga hanyalah bayangannya saja.Akan tetapi, begitu Weylin mengulangi ucapannya itu, Kelsey pun mulai paham jika pendengarannya tidak bermasalah. "Kau benar-benar sedang bercanda ya Weylin? Aku tidak tertarik menanggapi candaanmu ini," ujar Kelsey malas. Weylin menghela napasnya, "Aku tidak sedang bercanda, Kels. Aku benar-benar ingin men
Dengan kemarahan yang tengah bergumul di dadanya, Kelsey mengarahkan mobilnya menuju sekolah tempat putranya juga dititipkan. Entah kenap, dia merasa Weylin tetap akan memulangkan anaknya di sana. "Awas saja kau, Weylin. Aku akan membunuhmu jika kau macam-macam," ucapnya kesal luar biasa. Begitu dia memarkirkan mobilnya, dia langsung saja disambut oleh Raven yang berdiri dengan tenang di sana. Dia berkata, "Aiden sudah ada di sini, Bu." Kelsey mengangguk, "Dia di mana?" Raven menjawab dengan tidak enak, "Di taman bersama dengan Pak Weylin, Bu." Sungguh Raven merasa canggung setelah mengetahui fakta tentang Weylin yang ternyata adalah ayah kandung Aiden.Dia merasa tidak pantas mengethui rahasia orang sehingga dia pun berucap, "Bu, Kelsey. Saya mohon maaf." "Ah, tidak apa-apa Bu. Ini bukan salah Anda," ucap Kelsey tak ingin membuat sikap canggung di antara mereka. "Saya temui mereka dulu dan bisakah Anda ikut saya sebentar?" tanya Kelsey. Meskipun Raven tidak paham kenapa dia