“Jangan kau lakukan ini Salamander, kau tahu tujuan mereka untuk memancingmu. Kau sama saja dengan bunuh diri!” ucap Raja Primadigda.
“Aku sudah bulatkan tekad untuk berperang terbuka dengan Raja Azrael, kau tak perlu menghalangiku, Prim!”
“Aku ingatkan sekali lagi, lihat Kora! Bagaimana kau bisa tinggalkan dia sendirian sekarang? Dalam keadaan berkabung seperti ini?”
Raja Salamander tak menggubrisnya. “Aku titipkan Kora kepadamu.”
Kini keduanya saling mengejar satu sama lain, di tangan Primadigda masih membawa senjata Pedang Pemakan Jiwa. Ia sendiri tak tahu mau diapakan pedang itu, tangannya serasa kesemutan. Meskipun pedang itu kecil di tangannya, tetapi energinya tetaplah besar. Dia lalu melihat dari kejauhan. Di sana terlihat gunung yang ada di tengah laut. Dengan cepat ia terbang menuju ke sana. Jangan ditanya kecepatan terbangnya, sekali kepakan sayapnya mereka bisa melesat puluhan kilometer. “Aku tak bisa membawa pedang ini terus, pedang ini harus diletakkan. Ugh!” Primadigda melemparkan pedang itu ke dalam gunung dan menancap di salah satu bebatuan di gunung tersebut. Ia terus terbang menuju ke selatan.
Penjara Tujuh Pintu, masa sekarangMata Aryanaga berkaca-kaca mendengar cerita Raja Salamander. Mendengar cerita tentang ayahnya membuat seluruh kenangannya bersama Sang Raja kembali lagi. Rasa kerinduan, menyesal dan rasa bersalah bercampur menjadi satu. Kata-kata ayahnya yang diingat oleh Salamander benar-benar membuat dada Aryanaga seperti dihantam palu. “Aku rindu ayahku,” ucap Aryanaga dengan bibir gemetar. Salamander menepuk pundak Sang Pangeran, setelah itu beranjak meninggalkannya. Hari itu Aryanaga menangis. Ia tumpahkan semua rasa penye
“Kebijaksanaan Tertinggi datang setelah ras naga dibantai habis-habisan oleh para manusia untuk diambil kekuatannya. Ras naga kemudian meminta agar mereka bisa diberikan tempat untuk tinggal, maka Kebijaksanaan Tertinggi memberikan anugerah berupa tubuh avatar. Setiap naga yang hidup di zaman itu mendapatkannya dan tubuh mereka seperti apa yang kita miliki sekarang. Namun, tidak setiap ras naga memiliki tubuh avatar. Mereka yang terkutuk, tidak pernah memiliki tubuh avatar,” terang Salamander.“Raja Azrael?” tanya Aryanaga. “Ya, dia satu-satunya naga yang tidak mendapatkan tubuh avatar. Dia akan tetap tinggal di bawah Menara Kebijaksanaan. Menara itu
“Tak masalah kau mengajariku atau tidak, setidaknya tunjukkanlah jalan kepadaku agar aku bisa menemukan teknikku sendiri atau apapun itu. Sebagai gantinya, aku akan membantumu keluar dari tempat ini,” ucap Aryanaga. Raja Salamander mengernyit. “Keluar dari tempat ini?”“Ya, semuanya ada alasan. Kenapa kau ada di tempat ini dan juga aku. Aku mengerti semuanya. Penjara Tujuh Pintu adalah penjara untuk ras naga, tetapi bukan untuk manusia. Manusia punya keinginan kuat untuk bertaubat dan memperbaiki diri, tetapi tidak untuk ras naga. Mereka seperti yang kau bilang, makhluk yang buas, yang haus darah dan pertempuran. Tetapi, manusia tidak. Sedari lahir me
“Kau bisa saja mati menerima semua ingatan itu secara bersamaan,” ucap Raja Salamander. “Tapi aku hidup,” balas Aryanaga sambil terkekeh. “Kau melihat sesuatu sekarang?”“Banyak,” jawab Aryanaga. Tubuh Aryanaga serasa ringan sekarang setelah melihat api hitam tadi. Sekarang jiwa dan tubuhnya kembali sinkron. Bagian dari jiwanya yang hilang sekarang telah menyatu lagi. Setiap perasaan yang dan semua yang tidak dia mengerti
Aryanaga mengubah dirinya menjadi wujud manusia setengah naga. Sang Pangeran melompat gedung untuk menyerah ke arah Alter Ego. Aryanaga terkejut saat Si Alter Ego juga bisa mengubah wujudnya, kini keduanya sama-sama menyerang. Dua Aryanaga bertemu dan saling melepaskan pukulan masing-masing. Dua pukulan berbenturan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Dalam sekejap seluruh kaca gedung hancur karena getarannya. Keduanya sekali lagi saling menyerang, tetapi masing-masing serangan saling berbenturan. Tidak ada yang saling menjatuhkan, kekuatan mereka seimbang. Aryanaga mendarat lagi di dinding gedung. Dia agak tidak biasa dengan gravitasi yang sangat aneh ini. Terasa lawan yang ada di hadapannya tidak biasa. “
“Untuk berperang, kita harus memikirkan banyak hal, terutama mereka yang tidak bisa berperang seperti wanita dan anak-anak, serta mereka yang sudah tua. Harap Paduka mempertimbangkan ini,” ucap salah satu menteri. Ruangan hening sejenak. Raja Belzagum mengusap-usap janggutnya. Dia menoleh ke arah Aprilia yang masih terdiam. Dia lalu memajukan badannya untuk berbisik kepada putrinya. “Kau punya sesuatu yang ingin dibicarakan?”Aprilia menoleh ke ayahnya sambil mengernyit. “Apa memangnya?”“Ayolah, kau ini calon ratu di masa depan kelak
Aprilia berdiri di depan cermin. Ia memakai baju ksatria. Di bahunya ada pelindung, di pundak sebelah kanan ada tempat jubah yang akan ia kenakan nanti di sepanjang perjalanan. Ia merapikan pelindung lengan, lalu dia ikat tali sepatu botnya. Terakhir ia mengikat rambutnya. Terlihat sekarang Aprilia yang sangat berbeda. Diusap-usapnya pundak yang dekat dengan tanda calon ratu di punggungnya. Ia tadi melihat tanda itu masih ada di sana. Artinya, Pangeran Aryanaga masih hidup. Entah kenapa ia merindukan pemuda itu sekarang. “Pangeran, kuharap kau baik-baik saja. Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan. Kenapa aku jadi merindukannya sekarang ini? Ah, sudahlah,” gumam Aprilia. Ia buru-buru menepis bayangan Aryanaga dari benaknya. Nyaris saja berhasil, tetapi wajah Aryanaga kembali mengg