Fatan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah putranya yang selalu protektif terhadap Mamanya. "Masa aku harus bersaing sama anakku sendiri," gumam Fatan lalu mengikuti istri dan anaknya masuk. Sesampainya di teras, Fatan mengurungkan niatnya untuk ikut masuk. Lelaki itu lalu menghubungi asistennya."Kenapa beritanya masih belum hilang?" tanya Fatan tanpa memberi kesempatan pada sang asisten untuk menyapa terlebih dahulu."Maaf, Tuan. Untuk berita di sosmed sudah ditake down semua. Namun untuk yang televisi agak susah. Rupanya penyelenggara acara di stadiun XTV tak mau menerima penawaran dari kita," jawab Fatan. "Rupanya mau main-main sama saya. Ok, selidiki siapa ownernya! Lalu tawarkan dengan yang lebih besar lagi atau buat stasiunnya tumbang jika tidak mau menurut!" Wajah Fatan terlihat sangat dingin dan membekukan.Tak banyak orang yang tahu jika Fatan bisa jauh lebih kejam dari mafia bawah tanah jika kehidupannya muali diusik. Dan sekarang, sepertinya XTV salah mengamb
Aina terus berlari masuk meninggalkan orang aneh itu. Semenjak videonya beredar hingga membuat rame jagat Maya Aina menjadi parno dan tidak percaya pada orang asing. "Nyonya tunggu dulu! Nyonya Saya ingin bicara!" teriak orang itu lagi.Namun Aina benar-benar tak mau menoleh lagi ke belakang. Wanita itu tampak ketakutan dan berlari menuju kamarnya lalu menutup pintu rapat-rapat. Seperti trauma wanita itu terlihat menggigil.Karena terus berteriak-teriak akhirnya satpam mendekati orang tersebut."Maaf Mas tolong jangan mengganggu ketenangan rumah ini! Silakan Anda pergi dari sini karena nyonya kami tidak ingin bertemu dengan masnya!" ucap satpam sopan."Sebentar saja Pak saya ada keperluan penting sama Nyonya Fathan. Tolong biarkan saya masuk!" mohon pemuda itu."Maaf, Mas. Masnya sudah membuat majikan kami ketakutan. Tolong pergi dari sini atau saya panggil seluruh satpam di komplek ini," peringat pak satpam. Terlihat gurat kecewa di wajah pemuda tersebut. Namun ia juga tak bisa mem
Fatan terburu-buru pulang untuk memastikan istrinya baik-baik saja. Sejak sang istri mulai berani menunjukkan kenyamanannya saat bersama dirinya, lelaki itu semakin merasa rindu jika tidak bertemu sejenak saja. Seperti saat ini, Fatan sudah merasakan rindu yang menggebu padahal belum ada sehari mereka berpisah. Sembari bersenandung, Fatan menyetir dengan kecepatan lumayan tinggi. Kebetulan jalanan masih agak lengang karena belum jam pulang kantor Fatan sudah pulang. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di rumah. Namun sebelum sampai rumah tadi, Fatan menyempatkan diri untuk mampir ke toko bunga untuk membeli buket mawar merah untuk sang istri. Tampaknya rasa cinta Fatan sudah begitu dalam pada istri barunya, sehingga membuat pria itu rela melakukan apa saja demi bisa meluluhkan hati sang istri. Fatan bertekad untuk menjadikan Aina sebagai bidadari dalam hidupnya."Assalamualaikum!" Fatan masuk dengan penuh semangat. Mendengar suara salam, Aina langsung menjawab dari dapu
Aina penasaran dengan sosok yang mengendarai mobil tersebut. Meski demikian ia tetap waspada mengingat kemarin sempat ada sosok laki-laki yang membuatnya takut. Namun ketika mengetahui siapa yang datang senyum Aina mengembang sempurna. Memang bukan orang yang ditunggu-tunggu yang datang melainkan sahabatnya yang tidak lain adalah adik dari suaminya."Masya Allah Laura, kupikir siapa yang datang kamu sudah membuatku takut tahu!" Aina langsung menyambut kedatangan sahabatnya.Sejak dia menikah dengan Fathan memang Laura belum pernah datang ke rumah ini sehingga kedatangannya membuat Aina sangat bahagia."Takut kenapa emangnya?" Laura mengizinkan mata."Masuk dulu aja yuk nanti kau ceritakan di dalam!" Aina celingukan menatap ke luar pagar khawatir ada seseorang yang membuntuti adik iparnya.Laura yang melihat gelagat sahabat sekaligus kakak iparnya itu menjadi heran. Terlihat jelas dari sorot mata Aina jika wanita itu benar-benar ketakutan saat mengedarkan pandangan kelur pagar."Kamu ke
"Ijal, buka paksa cadarnya!" perintah Sarah. Lelaki yang dipanggil Ijal itu maju dengan seringai menyeramkan. Tangannya terulur hendak merenggut penutup wajah wanita yang diculik itu.Tidak ada ekspresi ketakutan sama sekali pasa wanita bercadar itu. Syarat matanya terlihat tenang namun hal itu justru yang membuat Sarah dan anak buahnya semakin tidak suka. Wanita bercadar itu menatap pria yang sudah bersiap untuk merenggut cadarnya dengan waspada. Beruntung hanya tangan dan badan yang diikat di kursi sehingga kedua kakinya masih bisa ia gunakan untuk menendang bagian vital pria tersebut hingga mengaduh kesakitan."Kurang ajar! Mau main-main sama kami?" Pria lainnya maju ketika melihat temannya tersungkur karena terkena tendangan maut cari wanita yang ia culik. Dengan gerakan cepat pria itu mengulurkan tangan untuk menarik cadar yang menutupi wajah sang wanita. Namun semua gerakannya sudah terbaca oleh wanita tersebut hingga membuatnya kembali menjadi korban dari tendangan wanita it
Wajah omele duri tampak berbinar menyambut kedatangan Putri dan cucunya. Sudah lumayan lama mereka tidak pulang ke rumah ini sejak Bintang mulai mengenal bapaknya. "Assalamualaikum, Umi ,Abi," siapa Aina sembari mencium punggung tangan kedua orang tuanya takzim. Air mata harus mengiringi pertemuan anak dan orang tua itu. Setiap kali berpelukan dengan putrinya rasa bersalah dalam diri Umi Widuri dan Abi Hanif selalu menghantui. Selama 5 tahun mereka berdua mengasingkan putri kandungnya sendiri hanya karena tidak percaya dengan pengakuan sang buah hati. "Ayo masuk sini. Kenapa kalian nggak ngasih kabar dulu sebelum ke sini? Kalau tahu kalian akan datang umi pasti membuatkan masakan kesukaanmu," ujar Umi Widuri."Sengaja mau bikin kejutan, Umi."Meskipun Aina menjawab demikian perasaan Abi Hani tetap tak bisa dibohongi. Pria itu bisa melihat dari saraf mata putrinya kalau saat ini dia sedang tidak baik-baik saja. Pemberitaan yang menyangkut nama putrinya akhir-akhir ini sedikit banyak
Selama satu minggu Aina berada di rumah kedua orang tuanya. Selama itu pula Fatan selalu berangkat dan pulang kerja dari sana. Mereka sangat menikmati hidup di rumah orang tua Aina yang bernuansa religius. Selama itu pula Fatan lebih banyak belajar agama sehingga kini ia lebih rajin beribadah dibanding sebelumnya. Seperti sore ini, Fatan sudah rapi dengan sarung dan baju Koko warna putih serta peci di kepala. Tak lupa sajadah yang tersampir di pundak menambah ketampanan pria itu semakin terpancar. "Kanapa kamu menatapku seperti itu, hem?" tanya Fatan pada sang istri yang tidak berkedip menatap suaminya.Perlahan-lahan Aina mulai mengagumi suaminya yang kian hari kian terlihat memesona di matanya. Tak hanya semakin rajin beribadah, pria itu juga terlihat lebih manusiawi dibanding sebelumnya yang sangat miskin ekspresi. "Eh, nggak papa, kok!" jawab Aina kikuk. Fatan tersenyum. Lalu mendekati sang istri yang menunduk karena ketahuan mengagumi suami sendiri. "Apa aku terlihat tampan
"Mau apa lagi kamu ke sini? Kuharap kamu tidak lupa dengan statusmu sekarang," ucap Fatan dingin. Lelaki itu langsung masuk ke dalam ruangan melewati Sarah yang berdiri menunggu dirinya."Mas, aku ke sini hanya untuk mengucapkan bela sungkawa, Mas." Sarah setengah berteriak untuk mencari perhatian Fatan.Benar saja, Fatan langsung berhenti dan menoleh padanya. Matanya memicing mendengar apa yang diucapkan oleh Sarah barusan."Apa katamu?" tanya Fatan memastikan apa yang dia dengar. "Iya, Mas aku ke sini karena ingin mengucap bela sungkawa atas hilangnya istrimu. Mungkin dia memang tidak benar-benar mencintaimu makanya memilih pergi dari hidupmu," lanjut Sarah. Wanita itu terlalu fokus menyampaikan informasi yang sebenarnya justru telah membuka salah satu kejahatannya tanpa sadar sehingga tidak tahu ekspresi Fatan yang mulai berubah semakin dingin. "Menarik," batin Fatan. Lelaki itu tidak tahu apa maksud dari ucapan Sarah sebenarnya. Namun tidak ada salahnya dia mendengar sampai s