Share

Mimpi Yang Hancur

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-20 06:29:26

Dengan sekuat tenaga dan membendung perasaan yang tak menentu, Celine berlari di sepanjang lorong rumah sakit menuju IGD.

"Mbak" Teman kerja Arief menyongsong Celine yang wajahnya nampak kusut masai.

"Dimana Mas Arief?"

"dokter sedang menanganinya di IGD. Tolong mbak sabar dulu."

Mendengar hal itu, Celine tetap tidak tenang, sebelum tahu kondisi suaminya. Jantungnya serasa berpacu dengan waktu, tak sabar ia menunggu kabar tentang belahan jiwanya, apakah masih hidup atau mati. Celine duduk hanya sebentar lalu berdiri, terkadang mondar-mandir. Sering juga sambil menggigit bibir, dengan perasaan gelisah Celine melongok ke dalam ruang IGD melalui jendela kaca kecil.

---*-*-*---

Empat jam berlalu. Detik demi detik seakan mempermainkan perasaan Celine, mengikis kekuatan yang ia kumpulkan sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.

Ruang tunggu rumah sakit terasa sesak di mata Celine. Padahal saat itu sebenarnya tak terlalu ramai. Tak lama kemudian, dokter Pramono, yang berusia lima puluh tahunan, keluar dari ruang IGD, wajahnya nampak serius namun penuh empati.

"Ibu Celine?" suara dokter Pramono memecah keheningan di ruangan itu.

Celine, yang sedari tadi berdiri sambil mondar-mandir dalam kegelisahan, segera mendekati dokter itu. Tubuhnya terasa seolah tidak lagi mendukung beban kecemasannya.

"Iya, saya dok."

"Tolong ikut ke ruangan saya"

Celine mengikuti dr. Pramono dengan sebuah harapan, tapi rupanya.... gagal.

dr. Pramono mendekat, wajahnya terlihat tenang, namun kalimat yang hendak keluar dari mulutnya terasa bagai pedang bermata dua.

"Suami Ibu mengalami cedera yang cukup parah pada tulang belakangnya. Kami sudah berusaha melakukan tindakan medis semaksimal mungkin, tapi... ada dampak yang tidak bisa kami hindari."

Celine menatapnya, tidak siap untuk mendengar yang berikutnya.

"Apa maksud dokter?" Suaranya nyaris tidak terdengar, tetapi hatinya menjerit.

dr. Pramono menarik napas panjang, mencoba menyampaikan kabar buruk dengan cara paling lembut yang ia bisa.

"Suami Ibu mengalami kelumpuhan dari pinggang ke bawah."

Celine terbelalak, shock! "Lumpuh?" ucapnya, seolah kata itu saja tak bisa ia cerna. "Mas Arief... Maksudnya nggak bisa berjalan lagi?"

dr. Pramono menunduk sedikit, sikapnya penuh empati.  

"Benar, Bu. maaf, selain itu, karena kondisi kelumpuhan ini, suami Ibu juga mengalami gangguan pada fungsi seksual. Suami Ibu..." Sejenak dokter menghela nafas. "mengalami impotensi."

"Apa! Impoten?" Untuk sejenak, Celine merasa tak bisa bernapas. Seolah udara di ruangan itu menghilang. Air mata yang tadinya hanya berlinang, kini mengucur deras, tak mampu lagi Celine menahannya.

"Tidak... tidak mungkin..." bisiknya pelan. "Mas Arief... dia..."

dr. Pramono mendekat, tangannya menyentuh bahu Celine dengan lembut. 

"Kami mengerti ini sangat sulit, Bu. Tapi kami akan terus mendampingi Ibu dan suami dalam proses pemulihan. Yang penting saat ini, suami Ibu butuh kekuatan dan dukungan dari Anda."

Celine berusaha tegar, meskipun hatinya hancur berkeping-keping. 

"Suami saya nggak akan bisa menerima ini?" gumamnya, seolah berkata pada dirinya sendiri.

dr. Pramono menatapnya penuh perhatian. 

"Kenyataan ini memang berat, Bu. Tetapi, dengan cinta dan kesabaran, Ibu bisa menjadi pilar yang kuat untuknya.

Celine menunduk, air matanya jatuh makin deras lagi, tanpa bisa ia cegah. 

"Mas Arief..." bisiknya lirih, suara yang teredam oleh kesedihan. "Dia pasti akan hancur..."

"Tidak, Bu," dr. Pramono menjawab dengan lembut namun tegas. "Saya yakin ia akan bertahan. Asalkan anda selalu setia mendampinginya dan berusaha membuat nya kuat, jauhkan suami ibu dari kesedihan akibat penyakitnya"

Celine menatap kosong ke lantai. dr. Pramono mendekat, melihat keraguan yang masih tersirat di wajahnya.

Celine berbisik hampir pada dirinya sendiri.

“Mas Arief... dia tidak akan kuat menghadapi ini.” Ia menggenggam kedua tangannya yang gemetar, seolah berusaha mencari pegangan dari kenyataan yang baru diterimanya.

dr. Pramono duduk di samping Celine, suaranya lembut namun tetap tenang.

"Ibu, saya tahu ini sulit. Tidak hanya untuk suami, tapi juga untuk anda sendiri. Tapi banyak pasien yang mengalami hal serupa dan mereka berhasil melewati masa-masa terburuk. Tidak ada yang mustahil Bu, apalagi jika didasari dengan cinta, yakinlah.”

Celine menatap dokter, matanya penuh kesedihan dan ketidakpastian. “Tapi apa itu cukup dok? Cinta saja... apakah cukup untuk menghapus rasa kehilangan yang sebesar ini? Saya tahu Mas Arief... apalagi bulan ini kami berencana untuk mempunyai buah hati. Dia sangat pasti merasa hidupnya sudah berakhir.”

dr. Pramono menatap Celine dengan penuh rasa iba.

---*-*-*---

Dua minggu berlalu sejak kecelakaan itu. Hidup Celine bersama Arief tak ubahnya seperti melangkah di atas bara api. Jika salah ucapan atau sikap, maka bisa meletup dan menjadi pertikaian.

Hari-hari yang seharusnya dipenuhi cinta dan kasih sayang, malah kian terasa hambar.

Arief dan Celine bagaikan dua sosok orang asing, dalam satu atap tapi jarang bertegur sapa. 

Dulu, Arief memiliki fisik yang tegap dan gagah. Wajahnya yang rupawan selalu memancarkan aura percaya diri. Kata-katanya sering menunjukkan kebijaksanaan seorang suami. Namun sekarang, tubuhnya terlihat kurus dan lemah, wajahnya lebih mirip tengkorak yang tak punya aura sama sekali. Dia pun seperti hidup segan mati tak mau.

“Dulu... dia begitu kuat. Sekarang... dia hanya bayangan saja bagiku. Ya Tuhan, Bagaimana aku bisa menghiburnya, kalau dia bahkan tidak mau melihatku?” Dalam hati Celine sedih, memandang Arief yang duduk di kursi roda, dengan sikap diam dan wajah muram. Tatapannya kosong.

---*-*-*---

Suatu siang, ponsel Arief berdering. Suara lembut dari lawan bicaranya terdengar samar, namun setiap kata yang keluar dari mulut suaminya terdengar seperti beban berat yang sedang dipikul. 

Ketika percakapan selesai, Arief hanya menutup telepon tanpa berkata apa pun dan beranjak pergi.

Celine perlahan, mendekati Arief 

“Mas, siapa yang menelepon tadi, pak dokter ya? Apakah ada sesuatu yang penting? Mungkin aku bisa bantu."

Arief terdiam sejenak, dengan murung ia lalu keluar ruangan tanpa menjawab. Tatapannya yang dingin, menyiratkan jarak yang semakin jauh antara mereka.

Celine hanya bisa menatap punggung suaminya ketika pergi, hatinya terasa semakin hancur. Setiap kali ia mencoba mendekat, setiap itu pula Arief seakan menghindar lebih jauh lagi.

---*-*-*---

Malam harinya, Celine menguatkan diri. Ia tahu, keintiman mereka semakin berkurang sejak kecelakaan itu. Walau tak harus berujung pada ML, tapi ia kangen sentuhan suaminya, rindu kebersamaan yang dulu pernah mereka rasakan. Dengan lembut, ia mendekati Arief yang berbaring di tempat tidur, tubuhnya tampak begitu rapuh di bawah selimut.

“Mas... mungkin kita bisa bicara? Aku hanya ingin kita bisa melalui ini bersama...” Celine berbisik penuh kasih.

Tangannya yang lembut menyentuh bahu Arief, berharap bisa membangun jembatan komunikasi di antara mereka. Namun seketika itu Arief tersentak. Ia menepis tangan istrinya dengan kasar, membuat Celine terkejut.

"Jangan sentuh aku, Lin! Aku tidak butuh belas kasihan!” Arief marah, nada suaranya meninggi.

Celine mundur, hatinya tergores luka oleh kata-kata suaminya.

“Mas, aku tidak bermaksud begitu... Aku hanya ingin...” Celine suara gemetar, hampir tidak terdengar.

“Aku tahu apa yang kamu inginkan! Tapi aku sudah tidak sanggup memberikan itu lagi! Aku bukan laki-laki normal sekarang!” Arief berkata dengan suara tajam

Kata-kata itu menghujam jantung Celine. Ia menunduk, tidak tahu harus berkata apa lagi. Setiap upayanya untuk mendekatkan diri kepada suaminya, selalu berakhir dengan kemarahan Arief dan penolakannya.

-------*-*-*-------

Bersambung

Bab terkait

  • Pusaran Cinta Terlarang    Lembaran Baru di Pulau Dewata

    Keesokan harinya, saat Arief hendak mandi, Celine merasa harus membantu. Ia tahu, betapa sulitnya bagi Arief, untuk melakukan segalanya sendiri dalam kondisi seperti sekarang ini. Tapi Celine juga tahu bahwa harga diri suaminya sedang rapuh.“Mas, biar aku bantu ya... Aku tahu ini sulit, tapi kita pasti bisa melaluinya.” Celine dengan lembut, mencoba menawarkan bantuan.Namun, sebelum ia bisa mendekat, Arief tiba-tiba meledak, dengan amarah yang sudah terpendam sejak lama, ia melemparkan sabun, shampo, dan benda-benda lainnya ke lantai. Suara benda-benda jatuh itu berderai memenuhi kamar mandi, sementara Celine hanya bisa berdiri terpaku dan ketakutan."Aku tidak butuh bantuanmu, Lin! Aku bukan bayi yang harus kamu rawat! Aku bisa melakukan ini sendiri!” Arief membentak, wajahnya merah padam karena marah dan frustasi.Celine beringsut mundur, hatinya terasa semakin remuk. Tangisnya terasa mau pecah, namun ia berusaha menahannya, Celine tak ingin Arief semakin marah.“Mas, aku hanya in

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Pusaran Cinta Terlarang    Si Tampan Yang Misterius

    Empat hari kemudian, ketika Celine hendak menuju mobilnya untuk pergi ke supermarket, Evi, wanita berusia 36 tahun yang tinggal di seberang rumah Celine. tiba-tiba melambaikan tangan dan mendekatinya. Di belakangnya, tukang sayur keliling yang dikenal bernama Arman tengah membawa mobil gerobak sayurannya. Arman yang berusia 25 tahun, sebenarnya adalah mahasiswa fakultas ekonomi yang mencari uang lewat jualan sayur, untuk biaya kuliah dan biaya hidup sehari-hari."Bu, mau belanja ya? kalau cuma mau beli sayur dan lauk sih, kenapa harus jauh-jauh, disini saja lebih enak. Arman setiap hari selalu menyediakan sayuran segar, lho." Suaranya ceria, dengan senyum lebar, seolah sedang menawarkan kemudahan yang tak bisa ditolak."Oh, saya memang biasa belanja mingguan di supermarket, tapi terima kasih atas sarannya.""Coba aja dulu, siapa tahu suka, silahkan Bu, jangan malu-malu. Saya tinggal dulu ya, mau buru-buru masak. mari Bu.""Iya Bu, silahkan." "Jangan panggil ibu lah, panggil mbak saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Pusaran Cinta Terlarang    Si Cantik Yang Misterius

    Celine masih terduduk di lantai. Ia masih terbayang akan semua kejadian ini. Semuanya terasa cepat, menikah, lalu berharap punya anak, sebagai pelengkap kebahagiaan. Tapi semua itu kini sirna. Celine juga terbayang ketika mengeluh di depan suaminya."Aku hanya... merasa ini terlalu cepat, Mas.""Kamu harus ingat Lin, terkadang, kesempatan datang bukan dari arah yang kita harapkan. Mungkin ini saatnya kamu percaya, dan biarkan hidup mengalir tanpa terlalu banyak pertanyaan."Kata-kata Arief terasa aneh di telinga Celine, seperti menyembunyikan sesuatu di balik nada lembutnya. Celine terdiam, merenungkan perubahan yang terjadi pada suaminya sejak mereka tinggal di tempat ini.Dengan lemas, Celine berusaha mengumpulkan sayuran dan lauk yang berantakan, ia menghela nafas mencoba menguatkan diri dan berusaha untuk kembali memasak. Ia tak sadar ada yang memperhatikannya dengan tatapan penuh nafsu yang menggelegak. Apalagi saat mengumpulkan lauk dan sayur yang berantakan itu, Celine melakuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Pusaran Cinta Terlarang    Asal-usul Si Cantik Yang Misterius

    Di sebuah kafe mewah di Kuta, Bali, dengan suasana temaram dan alunan musik jazz lembut, si wanita cantik (Vera Rahmi Diany) duduk di hadapan Bayu, tunangannya. Secangkir kopi espresso tergeletak di depannya, namun ia belum menyentuhnya. Bayu mengamati kekasihnya yang tampak gelisah, ia lalu menggenggam tangannya dan bertanya dengan suara rendah. “Sayang, kamu kenapa? Ada masalah serius?” tanya Bayu, sambil menyelidik wajah cantik itu dengan penuh perhatian. Vera memaksakan senyum, walau senyum itu tampak hambar dan pahit. Bayu tersenyum tipis, seolah memahami kekasihnya yang memang keras kepala dan berdarah panas. “Ini soal Arief, kan?” tebaknya. Vera mendengus, jelas-jelas wajahnya menampakkan kekesalan yang teramat sangat. Ia pun mengangguk tanpa berkata apa-apa. Bayu tertawa kecil tapi bijak. “Bukankah Arief itu mantan pacarmu, waktu kalian dulu kuliah di Bandung? Pasti kamu tahu sifatnya luar dalam kan?" Vera mendengus lagi, nadanya menyimpan rasa kesal yang tidak bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Pusaran Cinta Terlarang    Rencana Celine

    Di rumah Evi, tepatnya di pojok ruang tamu, Arman tengah gelagapan diserang sedemikian rupa oleh Evi. Ia berusaha menghindar karena takut dipergoki oleh Eva yang tengah ganti baju. "Hmmftt, Mbak, tunggu sebentar, nanti ketahuan Eva." Arman menjauhi bibir Evi, ia gelisah sambil melihat ke arah ruang dalam rumah Evi. "Nggak bakal, Eva kalau make up lama." Evi nyosor lagi habis berkata begitu. Arman berusaha menahan, tapi karena Evi sangat beringas, Arman akhirnya cuma bisa mengalah. Melihat reaksi Arman yang pasrah dan mulai mengimbangi nafsunya, Evi tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia buru-buru mengambil sesuatu yang berharga milik Arman, hingga dia melenguh. Tapi kemudian mencoba menahan. "Aduh mbak, jangan ah. Aku nggak enak sama Eva." Arman berusaha menolak tangan Evi yang berusaha memainkan Mr. P nya. "Huh, kamu kan tahu suamiku kena Diabetes melitus, sudah nggak bisa ngasih nafkah batin. Lagian kenapa baru sekarang menolak? Kenapa nggak dari dulu-dulu!" Evi merengut. "A

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Pusaran Cinta Terlarang    Ada Udang di Balik Arief

    Pukul enam pagi, Arief terbangun. Ia kaget sekaligus panik, buru-buru ia meraih ponselnya dan melihat notifikasi bahwa Si Cantik telah miss call dan kirim pesan melalui W******p. "Astaga! Vera pasti sangat marah. ahh, ini semua gara-gara aku ketiduran." Arief mendumel dengan kesal. Ia lalu melirik ranjang disampingnya, kosong. Rupanya Celine sudah bangun. Buru-buru Arief menjangkau kursi rodanya, lalu menaikinya dan keluar kamar. Di meja makan, nampak Celine sudah rapih mengenakan setelan blazer dan rok. Ia tak menyadari kehadiran Arief, karena pikiran Celine masih melayang pada kejadian semalam, tentang siapa yang membisikinya dan mengatakan bahwa "Ia wanita yang baik, Doa'nya pasti akan terkabul." Celine mendesah. "Mau pergi?" Arief menegur. Celine kaget karena tak melihat kehadiran Arief, sejak kapan ia disitu? "Eh, kamu sudah bangun mas? aku sedang menyiapkan sarapan. Tentunya kamu sudah lapar, ayo mas kita makan dulu." Celine mencoba tersenyum walau ia melihat raut wajah suam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Pusaran Cinta Terlarang    Sang Sutradara

    Akhirnya Celine memutuskan untuk pergi saja, ia berjalan menuju pos satpam di ujung jalan komplek. Sedangkan Evi yang berusaha mengejar puncak birahinya, terus mendaki. Arman dipeluk sekuat tenaga dan diremas-remasnya kepala Arman hingga rambutnya acak-acakan. Tak lama kemudian Evi histeris saat mencapai puncak orgasme terdahsyat nya, Ia merintih, mendesah dan tubuhnya menggelepar bak ikan kekurangan air. "Hufftt.. makasih ya Arman sayang, nah, sekarang kamu temui dulu si Celine." Evi turun dari tubuh Arman yang kelihatan kecewa. "Loh, tapi aku kan belum sampe mbak, ayolah sebentar lagi saja." Arman membujuk Evi yang kelelahan dan sedang memakai pakaiannya. "Nanti malam saja diteruskan, itu si Celine lagi nyari kamu. Takutnya nanti dia malah kesini, kan jadi masalah, kalau dia tahu kamu lagi disini, ntar malah jadi skandal!" Evi memberikan alasan yang tak masuk akal, tapi Arman tetap mengikuti, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Dengan lesu Arman kekuar dari rumah Evi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Pusaran Cinta Terlarang    Gadis Penakluk

    Vera, bisa diibaratkan sebagai sutradara sekaligus penulis skenario, ia merancang cerita dan mengatur para pemainnya, sesuai skenario yang telah ia buat. Saat itu Vera yang masih menggenggam tangan Arief, segera mengusap Air mata mantan kekasihnya itu. "Jangan cengeng, kamu tahu kan, dari dulu aku paling tidak suka sama laki-laki cengeng dan lembek." Arief mengangguk, lalu pelan sekali ia bertanya untuk meyakinkan diri, bahwa hal itu bukanlah mimpi semata. "Apakah kamu yakin mau menikah denganku?" Vera menatap Arief dengan lembut. "Tentu saja aku mau, asal... kekayaan Alex Subrata sudah kita kuasai." Vera kemudian mengecup mesra bibir Arief. "Nah, sekarang aku punya kejutan untukmu." Vera berdiri dan hendak mendorong kursi roda Arief, yang masih tertegun. "Kejutan apa?" Arief menoleh menatap Vera dengan pandangan bertanya. "Bukan kejutan namanya kalau aku kasih tahu sekarang." Vera tersenyum dan Arief terpukau memandang wajah yang disinari matahari senja itu, sungguh canti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 55 - Akhir Yang Menyakitkan

    Bab 55 "Akhir Yang Menyakitkan"Celine yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan langsung mendekat, tak bisa lagi menahan dirinya. "Daniel, apa-apaan kamu bicara seperti itu pada Bi Minah? Dia sudah tua dan perlu istirahat!"Daniel menoleh ke arah Celine dengan tatapan santai. "Kenapa, Tante? Dia itu kan pembantu, tugasnya melayani. Kalau nggak becus, ya sudah, cari yang lain. Simple kan?""Dia bukan robot yang bisa kamu suruh sesukamu! Ini jam dua pagi, Daniel! Tidak sopan menyuruh seseorang bangun tengah malam hanya untuk memenuhi permintaan sepele!" suara Celine meninggi, emosi mulai menguasainya.Daniel menyeringai. "Kalau Tante mau bantuin, Tante juga boleh bikin nasi goreng buat saya. Tapi saya nggak yakin Tante bisa masak enak."Celine terkejut dengan ucapannya. "Kamu sudah keterlaluan, Daniel!"Daniel mendekat dengan sikap santai. "Santai aja, Tante. Ini rumah Om Alex, kan? Saya cuma menikmati fasilitas keluarga. Lagipula, Tante cuma istri barunya. Jadi, jangan sok mengatur,

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 54 - Daniel Berulah

    Bab 54 "Daniel Berulah"Daniel menyeringai lebar, matanya memandanginya dengan nafsu yang menjijikan, membuat Celine merasa tidak nyaman. "Santai saja, Tante."Celine langsung menegakkan tubuhnya, menahan kimono yang terikat di pinggangnya. "Apa-apaan ini? Kenapa kamu di kamar saya?"Daniel bangun melangkah maju, senyumnya tetap lebar. "Ah, Tante Celine... saya hanya ingin bilang kalau Tante itu cantik sekali. Om Alex benar-benar beruntung punya istri seperti Tante."Wajah Celine memerah, bukan karena tersanjung, tapi karena amarah dan merasa terhina. "Keluar sekarang juga, Daniel! Sebelum saya memanggil Hera!"Daniel tidak bergerak. "Kenapa marah? Saya hanya memuji. Lagian mama tidak pernah marah, ketika saya bergaul dengan wanita manapun.""Keluar!" Celine menghardik dengan nada tinggi, matanya membara. "Saya tantemu sendiri, bukan wanita manapun!"Daniel tertawa kecil, tapi akhirnya melangkah mundur. "Baiklah, baiklah. Jangan terlalu tegang, Tante. Saya pergi sekarang. Tapi lain ka

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 53 - Keluarga Arogan

    Bab 53 "Keluarga Arogan"Malam itu, kamar pengantin dihiasi cahaya lampu temaram. Celine duduk di atas ranjang, mengenakan gaun tidur sutra berwarna putih gading. Ia memandang Alex yang tampak sibuk melepaskan dasinya, lalu duduk di kursi di dekatnya.Alex menghela napas, seakan sedang mempersiapkan sesuatu yang berat untuk dibicarakan."Sayang," ucapnya, memecah keheningan. "Ada yang perlu kamu tahu soal Hera."Celine menoleh, alisnya sedikit terangkat. "Apa itu?" tanyanya lembut, meski hatinya berdebar.Alex menarik napas dalam-dalam. "Hera adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa. Saat dia melahirkan Daniel, ayah kami meninggal dunia. Lalu, ketika Daniel berusia sepuluh tahun, ibu kami juga pergi."Celine menyentuh tangan Alex, merasakan kesedihannya yang tersirat dalam suara. "Aku tidak tahu kamu melalui semua itu sendiri," katanya pelan.Alex melanjutkan, "Setelah Daniel berusia tiga tahun, Latif membawa mereka ke Kanada karena pekerjaannya di sana. Hera hanya sempat dua kali

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 52 - Lembaran Baru

    Bab 52 "Lembaran Baru"Pesta pernikahan Alex dan Celine berlangsung megah di sebuah aula yang dihiasi bunga putih dan lilin mewah. Hari itu, kebahagiaan pasangan pengantin terpancar dari wajah keduanya. Walaupun sudah berjam-jam berdiri menyambut 3000 tamu undangan, tapi Alex dan Celine tetap tersenyum cerah, menyalami tamu undangan yang datang dari berbagai kalangan."Selamat ya, Alex! Akhirnya kau menemukan pasangan hidup yang tepat," ujar seorang kolega Alex sambil tertawa ringan."Terima kasih," jawab Alex hangat.Tak jauh dari pelaminan, antrean panjang masih terlihat mengular. Namun, perhatian Alex tiba-tiba tertuju pada sekelompok tamu yang baru saja tiba, seorang wanita paruh baya yang anggun dengan aura tegas, seorang pria berkacamata dan dua anaknya.Alex membelalakkan mata. "Hera?" bisiknya tak percaya.Ketika wanita itu sudah dekat, Alex tak bisa menahan diri. Ia langsung memeluk wanita yang wajahnya tak asing baginya."Mbak Hera!" seru Alex penuh keharuan, mencium pipi

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 51 - Vonis Untuk Vera

    Bab 51 "Vonis Untuk Vera"Ruang sidang sore itu penuh sesak. Suasana tegang sangat terasa. Banyak pengunjung yang berbisik-bisik karena penasaran.Di kursi pesakitan, Vera duduk dengan wajah penuh amarah, meskipun ia berusaha menyembunyikannya. Di sebelahnya ada Arman, Evi, Arief, dan Ario Bayu, masing-masing menunduk menanti vonis hakim.Alex duduk di bangku pengunjung, ditemani Celine yang memegang erat tangannya. Di belakang mereka, para pegawai Alex seperti Pak Made, Eva, Vina, Maya, Dion, dan Anto turut hadir untuk menyaksikan akhir dari perjuangan panjang mereka.Hakim mengetukkan palu tiga kali, menandakan sidang dimulai."Sidang putusan terdakwa Vera dimulai," ujar Hakim dengan suara tegas.Vera menatap hakim dengan tatapan dingin, sementara para pengunjung menahan napas menanti putusan.“Setelah melalui serangkaian persidangan dan mempertimbangkan semua bukti yang ada, terdakwa Vera, sebagai otak utama dalam kasus penculikan dan percobaan pembunuhan terhadap saudara Alex Subr

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 50 - Pertemuan

    Bab 50 "Pertemuan"Pak Made lalu berbalik ke arah petugas polisi. “Pak, di mana tepatnya Pak Alex sekarang? Kami ingin segera ke sana.”Petugas itu membuka catatannya, lalu menjawab, “Pak Alex saat ini berada di sebuah perkampungan nelayan di Lombok. Beliau ditemukan oleh nelayan di daerah itu, lalu dibawa ke Puskesmas setempat untuk mendapatkan perawatan.”Pak Made mengangguk mantap. “Baik, kami akan segera ke sana.”Eva menatap Pak Made dengan raut cemas. “Tapi, Pak, bagaimana kita bisa sampai ke Lombok dengan cepat? Perjalanan ke sana tidak mudah.”Pak Made berpikir sejenak, lalu berkata, “Kita akan cari penerbangan secepat mungkin. Ini soal hidup dan mati. Aku tidak peduli berapa biayanya, kita harus ke sana sekarang juga.”Anto ikut menyela. “Aku bisa bantu mengatur tiket pesawat. Aku punya kenalan di travel agent, mungkin dia bisa mempercepat urusannya.”“Bagus,” jawab Pak Made. “Kau urus itu. Eva dan aku akan mengabari Celine. Dia harus tahu bahwa Pak Alex masih hidup.”Dion me

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 49 - Kebenaran Akan Terungkap

    Bab 49 "Kebenaran Akan Terungkap"Setelah puas, Anto menggiring Vera ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Awalnya ia menolak, tapi karena dipaksa dan Vera takut Anto berbuat macam-macam lagi, akhirnya ia mau.Tidak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar di luar rumah. Beberapa polisi masuk ke dalam kontrakan, dipimpin oleh seorang perwira yang mengenakan seragam rapi.“Dimana terduga pelakunya?” tanya sang perwira dengan nada tegas.Anto segera melangkah maju. “Ini pak. Wanita itu yang bertanggung jawab atas pembunuhan bos kami. Dia juga sedang berencana kabur ke Jambi.” Perwira polisi itu mengangguk sambil mengamati Vera. “Kami akan membawanya ke kantor untuk penyelidikan lebih lanjut.”Salah satu polisi menghampiri Vera dan mengikat tangannya. “Silakan ikut.” katanya dengan nada dingin.Vera berdiri dengan angkuh, meskipun wajahnya tetap memerah karena rasa malu. Ia berjalan keluar rumah, diikuti Polisi,

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 48 - Pencarian Sia-sia

    Bab 48 "Pencarian Sia-sia"Arman terbangun dari pingsannya dengan rasa pening luar biasa di kepala. Anak buah Anto yang menyadarkannya tampak dingin, sementara Pak Made berdiri di depannya dengan wajah penuh amarah."Dimana kalian membuang Pak Alex?" Pak Made bertanya dengan nada mengintimidasi.Arman hanya menyeringai lemah. "Pak Made, bahkan jika saya bilang, itu tidak akan mengubah apapun. Dia sudah mati."Pak Made mengepalkan tinjunya, tapi Eva buru-buru menahan lengannya. "Jangan! Kita butuh dia bicara," katanya sambil melirik ke arah Arman.Pak Made menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Eva lalu menyarankan. "Sebaiknya kita bawa Arman ke lokasi kejadian. Karena dia yang paling tahu tempatnya," Pak Made mengangguk setuju, lalu memberi perintah kepada anak buah Anto. "Pakaikan dia kaos dan celana pendek. Kita tidak punya waktu untuk basa-basi."Arman tertawa kecil, meski terbatuk karena efek puk

  • Pusaran Cinta Terlarang    Bab 47 - Vera Tertangkap

    Bab 47 "Vera Tertangkap"Alex membuka matanya perlahan. Pandangannya buram, dan kepalanya terasa berat seperti habis dihantam benda keras. Ia mencoba bergerak, namun tubuhnya terasa lemah. Seorang perawat mendekat, membawa segelas air.“Pak, Anda sudah sadar. Alhamdulillah,” ucap perawat itu lembut.Alex menatap wajah perawat itu, bingung. “Di mana saya? Apa yang terjadi?”“Anda sedang di puskesmas, Pak. Sudah dua hari Anda tidak sadarkan diri. Tiga nelayan menolong Anda di laut. Lalu mereka membawa Anda ke sini,” Si perawat menjelaskan sambil membantu Alex duduk dan menyerahkan segelas air.Alex tersentak. Bayangan dirinya terikat besi besar dan tenggelam kembali menghantui pikirannya. Ia ingat saat-saat menegangkan itu, tubuhnya terhisap oleh gelapnya laut, udara semakin menipis, dan ketakutan akan kematian yang mengintai.“Dua hari?” gumam Alex. “Saya… saya diculik dan dibuang ke laut. Bagaimana bisa saya selamat?”“N

DMCA.com Protection Status