Bu Maria membuatkan sang suami teh hangat saat Pak Hanif pulang. Pasangan suami istri itu kini duduk berhadapan. Sang istri tahu jika suaminya sedang banyak masalah. Ia beranjak dari tempat duduk dan memijit pundaknya.
“Papa capek?” tanya Maria. “Ia, Mah. Apalagi lelah menghadapi Alexa, Papa masih tidak sudi memiliki cucu dari keturunan berengsek.” Pak Hanif kembali mengingat Frans. Bu Maria terdiam sejenak, memang tidak bisa menolak takdir. Walau sekarang Alexa menikah dengan Joan, tapi pria itu bukan ayah kandung bayi yang dikandung Alexa. Bagaimana bisa semua terjadi pada keluarganya. Kedua kakak perempuan Alexa semua menikah dengan orang yang tepat. Mengapa anak terakhir mereka mendapat nasib berbeda dengan sang kakak, hanya itu yang menjadi pikiran Bu Maria. “Sudahlah, Pah. Kasihan Alexa, ia sedang hamil dan butuh dukungan dari kita.” Maria menambahi. Pak Hanif beranjak dari tempat duduk dan memilih untuk membersihkan diri. Ia sudah muak dengan semua keadaan yang membuatnya tidak bisa berkata-kata. Harga dirinya sudah terinjak-injak oleh sang anak. Pria itu paham dan seharusnya memberi dukungan, tapi hatinya masih tidak bisa menerima jika sang anak mengandung benih pria yang tidak bertanggung jawab. Bu Maria kembali terdiam, jika sudah membicarakan Alexa pasti sang suami langsung menghindar. Wanita dengan lipstik merah itu pun tahu jika semua itu kesalahan sang anak yang tidak bisa menjaga kehormatannya. Bu Maria kembali merapikan gelas dan membawanya ke dapur. Seperti biasa, ia berbincang dengan Bi Rumin. Wajahnya terlihat Sangat masam jika membahas tentang Joan dan Alexa. Suaminya selalu saja membela dan merasa Joan pria baik yang memang pantas untuk sang anak. “Ibu sama Bapak pasti berdebat lagi?” tanya Bi Rumin. “Yah, Bibi tahu Bapak seperti apa. Sekali tidak suka dan begitulah.” “Sabar, Bu. Bapak masih belum bisa menerima, selama ini kan semua anaknya berhasil, tapi cobaan datang dari Non Alexa.” Bu Maria menyeduh teh untuk menghilangkan bad mood di hatinya. Tarikan napasnya terlihat ia begitu tertekan. ** Alexa sengaja memilih boneka yang paling besar dan mahal. Ia yakin sopir pribadi ayahnya tidak bisa membelikannya. Bisa jadi Joan akan menguras tabungan bahkan gajinya yang dia sisihkan untuk tabungannya. Alexa puas saat membayangkan keusahan sopir yang sok baik itu. “Aku mau ini,” ujar Alexa. Alexa mengambil boneka yang menurutnya lucu. “Ambil yang kamu mau,” balas Joan tanpa melihat harga dan besarnya. Alex langsung menggendong boneka besar dengan kesusahan. Sudah pasti harganya sangat mahal. “Memang kamu bisa bayar kalau aku mau yang ini?” Alexa mencibir Joan. “Ambil saja, saya masih ada tabungan untuk membeli boneka itu.” Jawab Joan membuat Alexa mengerucutkan bibir. “Kamu kenapa? Nggak suka?” Alexa mencibir dan melangkah bak anak kecil yang menggendong boneka besar itu ke kasir. Ia pikir Joan tidak bisa membayarnya, tapi malah terlihat santai. Joan melangkah ke kasir dengan dompet terlihat tebal. Tidak ingin terlihat ingin tahu, Alexa hanya menunggu di tempat duduk. Saat hendak berbalik, Joan dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. “Bang Joan, loh, Bang Joan kok ada di sini, bukannya Bang Joan ada di—“ Joan langsung meminta wanita itu untuk tidak bicara lagi karena takut Alexa mendengarnya. Dia menarik wanita itu menjauh dari Alexa. “Sesil, jangan keras-keras. Soalnya Abang lagi menyamar,” ujar Joan. Pria itu terpaksa harus berbicara pada Sesil dengan sebenarnya. Sementara, Alexa memperhatikannya dari kejauhan dengan bingung dan curiga. Joan dengan siapa, apa kekasihnya atau istrinya bisa jadi, pikir Alexa. “Maksud Abang apa, sih?” tanya Sesil. Sesil sama sekali tidak mengerti dengan penyamaran apa yang di katakan oleh Joan. sudah lama tak bertemu, malah di buat bingung. “Nanti Abang ceritakan, tolong pergi dulu. Bagaimana?” Joan meminta Sesil untuk pergi. Walau ingin tahu, Sesil mengikuti apa yang diminta Joan. Wanita itu meninggalkan toko dan melirik ke arah Alexa yang tiba-tiba menghampiri Joan. Seperti yang dikatakan Joan, cepat pergi dan menjauh. “Dia siapa?” tanya Alexa. “Dulu, anak majikan aku sebelum kerja sama Papa kamu.” Hanya itu yang dijawab Joan. Kemudian Joan mengajak Alexa pergi dan makan siang. Sepertinya dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu dengan beberapa orang yang dikenal. Kini Alexa bertemu dengan Bowo. “Lexa,” panggil Bowo. “Eh, sama siapa Wi?” tanya Alexa. Alexa memperhatikannya wajah Bowo yang penuh luka lebam. Tangannya reflek memegang wajah sahabatnya itu. “Ini kenapa?” tanya Alexa. “Bukan apa-apa,” jawab Bowo. Joan merasa tidak suka saat melihat Alexa menyentuh wajah Bowo. Pria itu menatap sengit sang istri dan mengajaknya untuk pergi. “Apa, sih. Aku belum selesai bicara sama teman aku.” Alexa mengerucutkan bibir. “Lex, aku nggak suka kamu sembarangan megang cowok. Apa lagi sok perhatian seperti itu. Kamu pikir bagus seperti itu di depan suami kamu?” “Loh, kok kamu jadi protektif? Ingat, ya, aku terpaksa menikah sama kamu. Lagi pula, jangan pernah ikut campur urusan aku. Mau berteman sama siapa pun hak aku. Dia sahabat aku, Joan.” “Nggak ada real sahabat antara perempuan dan laki-laki. Pasti di antara salah satu akan tumbuh cinta. Camkan itu!” Joan tidak main-main dengan perkataannya. Baginya walau mendadak menjadi suami dari anak majikannya, ia pun tidak akan mempermainkan pernikahan. Hanya saja, ia harus lebih sabar menghadapi Alexa yang masih belia. “Joan tunggu aku!” Alexa berteriak sembari mengejar Joan yang melangkah cepat. **Wajah Joan masih di tekuk dan terlihat sangat masam. Laki-laki mana yang Sudi melihat wanita akrab dengan pria lain. Terlebih ada sentuhan. Emosi kian bergemuruh saat Alexa terus saja mengajak mencari Frans. "Aku enggak mau kamu ketemu Frans lagi." Joan memberikan ancaman. "Joan, kamu kok jadi posesif?" Wajah Alexa di tekuk. dia tidak suka sikap Joan yang seperti itu. Joan melirik sebentar lalu kembali menyetir. istrinya, ya sekarang Alexa hanya bisa bungkam mengikuti apa yang di katakan Joan. Alexa menurut saja apa yang di perintahkan sang suami. Gadis itu merengut kesal, apa setalah menikah dirinya tidak boleh bergaul dengan beberapa teman lamanya nanti. "Jo, kamu enggak bisa mengatur aku. Lagi pula, kita menikah mungkin akan hitungan bulan. setelah anak ini lahir. Kita bisa bercerai," ujar Alexa. Joan mengerem mendadak hingga Alexa terbentur. "Aww...." "Bagi aku, pernikahan itu sekali seumur hidup. Kamu pikir kamu saja yang menyesal kita menikah?" Alexa mengelu
“Jawab, Joan!” Joan bergeming, benar-benar menguras tenaga menikahi gadis yang belum cukup umur. Joan memijit pelipisnya, bagaimana bisa setiap hari harus ada pertengkaran. Joan menarik napas panjang, lalu dia menatap tajam dengan mata elangnya. Sementara, Alexa masih dengan emosi yang menggebu dan kepalanya tangan siap menghantam Joan. “Karena saya mau menyelamatkan harga diri Papa kamu! Orang yang paling berjasa dalam hidup saya! Saya yang orang lain saja bisa menghargai Papamu, kenapa kamu malah mencoreng namanya?” "Maksud kamu apa Joan?" Napas Alexa masih naik turun. "Masa kamu enggak mengerti tuan putri. Ayah kamu orang baik, harusnya kamu menjadi putri yang tidak banyak bertingkah laku tidak baik. Joan menarik napas panjang. Mengingat kebaikan Ayah Alexa, membuat ia tidak tega untuk menolak permintaannya. Rasa kaget saat itu membuat Joan seperti serba salah untuk mengambil keputusan. Pernikahan dadakan yang membuat dia pun merasa syok karena menikah dengan gadis
"Joan, ada apa dengan Alexa?" Bu Maria menghampiri kamar sang anak saat mendengar suara tangis Alexa. Joan melepas pelukannya lalu menjauh dari Alexa yang langsung di peluk sang ibu. Bu Maria mengelus rambut sang anak, berharap Alexa baik-baik saja. "Jo, kamu apakan Alexa?" Netra Bu Maria memandang Joan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. "Bukan saya yang buat Alexa menangis. Alexa menangis tiba-tiba dan memukul perutnya," ujar Joan membela diri. "Benar yang dikatakan Joan, Lex?" tanya Bu Maria yang seolah tidak percaya pada menantu dadakannya. Alexa mengangguk, memang benar bukan karena Joan. Tapi, sebenarnya semua karena mulut Joan yang pedas jadi dirinya merasa tidak berguna dan benar-benar bersalah pada kedua orang tuanya. "Ya sudah, mama enggak mau kamu berbuat tidak baik. Pokoknya kamu dan bayi kamu harus sehat. Jangan berbuat aneh lagi, ya." Bu Maria mengajak Alexa duduk di tepi ranjang. Wanita itu merasa tidak enak saat masih ada Joan di kamar itu dan meminta
"Iya, sudah hampir dua tahun Abang menjadi sopir keluarga Pak Hanif." Joan menjelaskan. "Aduh, siapa lagi ini Pak Hanif. Sesil enggak ngerti," ujarnya dengan mengusap wajah. Sesil tidak mengerti dengan kakak sepupunya itu. Di mana-mana orang ingin hidup bergelimang harta, apalagi jika dia kembali ke rumah maka akan menduduki posisi tertinggi di perusahaan sang ayah. Hanya karena kesalahanpahaman saja membuat nya tidak mau pulang. Sesil sejak tadi membujuk tidak berhasil, demi kebaikan sang kakak."Baiklah, aku pikir Abang sudah lebih dewasa."Joan pamit pada Sesil dan gegas kembali pulang karena Pak Hanif sudah menghubunginya sejak tadi. ** Ayah Alexa menunggu kedatangan Joan. Namun, sudah hampir sejam pria itu tidak datang. Sang ayah terus menatap foto gadis kecilnya yang begitu ia sayangi. Namun, ia kembali kesal saat mengingat kesalahan putri kecilnya. “Pa, masuk, yuk.” Bu Maria melihat sang suami yang masih duduk di teras rumah. “Sebentar, tadi Papa telepon Joan. S
Alexa kembali ke kamar, lalu mengambil tas di meja. Joan masih duduk menatap sang istri, ia ingin tahu mau ke mana hari ini."Lex, mau ke mana?" tanya Joan.Alexa berdiri di hadapan Joan, lalu menatap sembari menggeleng. Apa Joan tidak tahu jika dirinya harus kuliah, apa dia lupa dengan jadwal yang memang sudah dihafalnya sejak lama pikir Alexa.Joan melihat kedua tangan di depan dada sembari menunggu jawaban dari wanita di hadapannya. "Aku mau ke kampus, kamu lupa kalau aku ada jadwal kuliah?" tanya Alexa."Aku enggak lupa, tapi masalahnya Papa kamu sudah memutuskan kamu tidak berkuliah dulu sebelum kamu lahiran."Dahi Alexa berkerut mendengar apa yang dikatakan Joan. Memang sang ayah mengatakan hal itu, tapi Alexa berpikir karena ayahnya memang sedang emosi. lagi pula saat ini dia sudah menikah dengan Joan."Joan, enggak usah dengerin kata papa. aku mau ke kampus, antar aku!" titahnya lalu melangkah ke luar kamar.Joan pun mengekor di belakang Alexa, dirinya tidak mengerti menghada
Dunia Frans seakan tidak berarti saatia menyadari jika dirinya begitu membutuhkan Alexa. Ia mencari wanita itu dikampus, tapi Frans tidak juga bertemu dengan Alexa. Gosip pernikahan itumembuat tidurnya seolah tidak tenang. Dua bungkus rokok sudah ia habiskan.Kini, wanita yang ia tunggu pun belum terlihat batang hidungnya. Terlihat Bowo ke luar dari toilet pria, gegas Frans menghampiri teman satu kelas Alexa. “Alexa mana?” Frans bertanya tanpa permisi. Bowo meliriknya dengan tatapan tidak suka. Pertanyaan Frans pun membuat dirinya kesal. Bowo saja mencari wanita itu,untuk apa Frans bertanya dan membuat moodnya hilang. “Mana gua tahu.” Bowo menyenggol lengan Frans. Tidak terima dengan hal itu, Frans menarik tas Bowo. Keduanya saling menatap bengis. Untung saja ada Serena yang cepat menarik Bowo hingga menjauh dari Frans yang mulai tersulut emosi. Tidak ada yang tahu tentang pernikahan Frans dan Alexa yang gagal. Bahkan, hanya beberapa teman dekat yang mengetahui hal itu. Terutama
“Kalau terjadi apa-apa sama Papa, kamu orang pertama yang aku salahkan!” Ucapan Carissa terus terngiang di pikiran Alexa. Kakak keduanya itu sangat sayang dengan sang ayah. Tidak heran mereka begitu dekat dan sang kakak adalah anak kesayangan Pak Hanif.Begitu mendengar Pak Hanif masuk rumah sakit, wanita beranak satu itu langsung bergegas ke rumah sakit dan menduga semua adalah ulah Alexa.“Kamu sedang hamil, jangan terlalu stres,” ujar Joan saat membantu Alexa jalan.“Aku sudah bilang jangan terlalu peduli padaku! Ini bukan anak kamu, Joan!” “Anak itu jadi anak saya setelah menikah dengan kamu. Berhenti berkata aneh, jaga baik-baik anak itu. Ada aku yang siap dia panggil ayah.”Alexa beranjak dari kasur dan begitu emosi mendengar ucapan Joan. Dirinya tidak suka dengan belas kasih orang lain. Apalagi saat dirinya seperti sampah tak berharga dan Joan menjadi pahlawan kesiangan.“Cukup! Aku nggak butuh dikasihani. Kamu nggak usah kasihan sama aku. Pergi dari hidupku dan cari wanita y
Seren mulai gundah karena tidak bisa mendapatkan hati Bowo. Malah ia merasa terabaikan oleh pria itu. Ia gegas menemui Frans yang dilihatnya berada di parkir mobil. Wanita itu berlari sebelum pria dengan jaket coklat itu masuk ke mobil. Ada hal yang akan dibicarakan. “Frans tunggu,” ujar Serena. Frans mengernyitkan dahi melihat Serena berlari dengan kencang. Napasnya masih tersengal-sengal saat sampai dihadapan pria itu. “Aku mau bicara.” “Di dalam saja!” titah Frans. Serena masuk ke mobil, sudah pasti Frans bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Serena kali ini. Pria itu gegas meminta wanita itu cepat berbicara. Dirinya malas berbasa-basi hal yang tidak penting. “Frans, kenapa kamu kabur dari pernikahan itu?” tanya Serena. “Karena aku nggak siap. Aku belum siap menikah, Ser.” Frans menjawab cepat. “Bagaimana kamu bilang nggak siap.Aku sudah mengorbankan diri, membantu kamu agar bisa tidur dengan Alexa. Kenapa kamu sia-sia, kan? Bukannya kamu mencintai Alexa?” Serena ter
Tidak bisa di biarkan, Joan pun tidak mungkin menyembunyikan identitasnya. Selain itu, di mulai cemas dengan beberapa kali Jerico kakaknya menghubungi Alexa. Tidak akan Joan diam begitu saja seperti dulu sang kakak merebut semuanya. "Hari ini aku mau ke kantor papa. Kamu di rumah sama mama atau ada kegiatan lain?" tanya Alexa. "Aku mau ketemu Sesil." Sontak kopi yang sedang di minum Joan pun tersembur begitu saja. Alexa sudah menduga jika sang suami akan kaget mendengar apa yang di katakan. Memang dengan sengaja Alexa mendekati Sesil untuk mengetahui hubungan mereka berdua. Joan kembali merapikan bajunya yang sedikit terkena kopi. "Di ganti Joan. Kamu mau ke kantor Papa dengan baju dengan noda?" Alexa sedikit menggerutu lalu mengambil baju kemeja berwana navy dan menyerahkannya pada Joan."Pakai ini." "Kamu enggak mau bantu aku ganti baju?" tanya Joan."Mimpi aja terus. Halu! Pakai sendiri." Alexa keluar dari kamar, sedangkan Jona terkekeh di kamarnya. Agak sedikit senang karen
"Aku tidak suka kamu dekat atau didekati pria lain. Walau status pernikahan kita hanya dari sebuah kesalahan kamu. Hargai aku walau hanya menjadi suami pengganti." Joan Mempertegas apa yang dia rasakan. Tidak tahu harus menjawab apa, bagaiamana bisa Joan tahu dirinya tadi bersama dengan Jeri. "Apa Sesil yang mengadu? Dia sengaja bukan?" tanya Alexa. Joan mengerutkan kening, bagaimana bisa Alexa berpikir yang mengadu adalah Sesil. Tidak tahu saja jika yang mengadu adalah kaka iparnya. Namun, tidak mungkin dia mengatakan hal itu karena Alexa tidak tahu jika dirinya sering bertukar pesan pada Adam. "Bukan Sesil, bahkan dia tidak ada mengirim pesan hari ini." "Tapi biasanya dia mengirim pesan?" tanya Alexa sinis. Kali ini malah Alexa yang merasa kesal dengan Joan. Keduanya sebenarnya sudah saling peduli. Apalagi Alexa yang sudah mulai merasa kesal atau cemburu jika Joan bersama dengan wanita lain. "Kenapa jadi aku yang di sudutkan? Kita lagi bahas Jerico."Alexa kini merasa heran,
Clarisa begitu emosi bagaimana bisa sekarang semua orang justru memihak kepada Joan sepertinya laki-laki itu sudah bisa mencuci otak semua orang sampai-sampai dirinya yang anak kandung justru diperlakukan seperti itu. Sebenarnya apa yang ia katakan tidak ada salahnya bukan memangnya Joan menikah dengan Alexa itu karena Alexa hamil dan sekarang Alexa sudah keguguran lantas tidak diperlukan lagi bukan, dia pun langsung meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. Mereka berencana akan menginap karena sudah terlalu malam. Adam meminta maaf pada ayah mertuanya. "Maaf pak mungkin karena Clarissa terlalu kelelahan dia tidak bermaksud seperti itu, dia hanya terlalu Sayang saja kepada Alexa." Sebagai seorang suami Ia hanya ingin melindungi martabat istrinya itu. Dirinya juga tidak menyangka jika ternyata Clarissa bisa mengatakan hal seperti itu, hal yang benar-benar sangat diluar dugaan ia kira Clarissa hanya membenci Joan saja tak menyangka jika ternyata istrinya itu berani mengatakan h
Sementara, di rumah Joan kesal melihat sebuah pesan dari Adam. Sang kakak benar-benar membuat dia jengkel, bagaimana Jeriko bisa mendekati Alexa. Katanya itu benar-benar begitu sangat gatal bagaimana bisa adik iparnya sendiri saja didekati andai saja sang kakak mengetahui yang sebenarnya jika Alexa itu adalah istrinya meminta kakak tidak akan berani seperti itu. Ia di rumah hanya bisa menahan rasa kesal yang benar-benar begitu sangat membara saja, Johan benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya itu karena mendekati sang istri. Dia benar-benar merasa begitu sangat kecewa sekali. Ia tentu saja akan memberikan sebuah pelajaran.Harusnya dia di sana dan dengan bangga memperkenalkan sang istri pada keluarganya. Namun, karena hal itu benar-benar membuatnya merasa ia tidak bisa memperkenalkan istrinya di hadapan orang tua. Padahal Alexa benar-benar wanita yang pantas dirinya banggakan dan waktu saja yang belum tepat. Ya benar-benar merasa begitu sangat menyesal, seharu
"Iya, anak saya Alexa sudah menikah. Dia menikah muda dan suaminya hari ini sedang mengurus bisnis saya di luar kota." Kali ini Pak Hanif yang berbohong. Hanya karena satu orang kedua orang tua itu terpaksa berdusta.Mereka berdua harus berbohong untuk menutupi semuanya, tidak mungkin jika mereka semua harus mengatakan secara langsung. Rasanya benar-benar martabat menantunya.Harusnya mereka tahu jika yang mereka lindungi adalah orang yang sama. Joan, benar-benar membuat mereka pusing. Pak Hardi berbohong untuk melindungi harkat dan martabatnya, Pak Hanif ia berbohong untuk melindungi menantunya itu. Mereka semua begitu sangat tampak melindungi Joan.Sayang sekali pikir bu Delima jika Alexa sudah menikah karena dirinya ingin sekali wanita itu jadi menantunya. Sayangnya dia baru saja bertemu dengan Alexa dan tidak mengenal Alexa lebih dulu, mungkin akan lain cerita. Padahal tadi darinya cinta berangan-angan mengenai Alexa, tetapi sayangnya justru langsung dipatahkan oleh kenyataan jik
Jerico seperti menyukai Alexa, dia gencar mengajak bicara wanita itu. Namun, Alexa enggan untuk banyak bicara. Alexa benar-benar merasa begitu sangat kesal karena melihat Jericho yang meminta nomor ponselnya sangat jelas sekali jika lelaki itu pasti menyukainya.Lalu tak sengaja bertemu dengan Felisha. "Hai, Ka. Hmm ... adikmu enggak datang?" tanya Felisha. Melihat ketidakhadiran Joan membuat Felisha merasa benar-benar sangat kesal padahal ia datang ke sini hanya ingin bertemu dengan Juan saja, tetapi sayangnya lelaki itu justru tidak ada benar-benar sangat menyebalkan kurang beruntung sekali hari ini dia. Sesil melihat kondisi itu takut Felisha keceplosan bicara tentang Joan. Dirinya yang tadi sedang memperhatikan Alexa dan juga Jericho memilih untuk langsung menghampiri mereka saja. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat takut jika sampai Felisa keceplosan mengenai Joan bisa hancur semuanya. Akhirnya Sesil mengajak Alexa menjauh dari Jerico. Melihat Alexa yang tidak nyaman akh
"Tapi bagusnya jika Joan ga ikutkan?" Clarisa masih sangat sengit, baginya suami Alexa tidak sebanding dengan keluarga mereka. Selain takut harta di ambil Joan, Clarisa sangat benci dan berpikir Joan orang jahat. Terlebih lagi dirinya takut jika sampai Alexa disakiti oleh lelaki itu karena mereka tidak mengetahui asal usul orang yang menikahi Alexa tersebut. Sebagai seorang kakak dirinya hanya menginginkan yang terbaik untuk adiknya. Ia juga ingin jika keluarganya aman-aman saja, melihat Joan yang tanpa asal usul yang jelas membuatnya selalu saja curiga ia tidak seperti yang lainnya mudah tertarik dengan lelaki itu, dirinya hanya ingin berjaga-jaga dan takut jika sampai keluarganya disakiti maka dari itu ia akan selalu terus waspada. "Kak, sudahlah sekarang Joan adalah suamiku jangan berpikir yang buruk terus loh sampai kapankah seperti ini?" Alexa sangat kesal sekali mengapa kakaknya selalu saja mempermasalahkan perihal sang suami. Walaupun Joan memang tidak jelas tetapi di mata
Alexa menampar wajah Seren, di depan semua orang karena dirinya sudah gak kuat menahan kesal. Mereka boleh menghinanya, tapi tidak menghina Joan. Joan orang baik pikirnya dan tidak mungkin melakukan hal yang buruk. Seren hampir saja menampar balik Seren jika Frans tak menahan tangan Alexa. "CK! Ternyata kalian sudah akur. Sepertinya kamu lebih cocok dengan Frans dari pada Bowo. Kalian itu sepertinya sefrekuensi, sama-sama berhati iblis!" Kamu kan yang membuat aku pingsan malam itu dan sengaja mengatur semua hingga aku --- shit!" Alexa muak dengan apa yang dia kembali bayangkan. Tidak mau membuat pesta Arum hancur, Alexa memilih untuk mundur dan pamit pulang. Namun, sebelum itu dia kembali menyembur dua manusia laknat itu. "Asal kalian tahu, karma berlaku. Sistem tabur tuai, aku enggak menyumpahi. Hanya saja berhati-hati saja apa yang aku alami kemungkinan kalian alami," ujar Alexa. "Lex!" "Apa hah? Jahat kamu Frans!" Alexa menarik Joan dan menemui Arum untuk pamit. Tidak etis
Sebenarnya Alexa malas melangkah masuk dalam acara, tapi dia tak enak jika tak datang ke acara Arumi. Arumi salah satu teman baiknya, walau tak begitu dekat tapi mereka suka berbincang di perpustakaan. Alexa memejamkan mata, dia sangat takut apalagi saat ini mungkin Seren sudah menyebarkan gosip tidak enak di kampus. Joan menggenggam tangan Alexa, lalu mengajaknya masuk. Joan terlihat sangat tampan, menggunakan kemeja dan jas hitam. Beberapa wanita memandang pesona suami Alexa. Alex merasa risih apalagi Joan malah melempar senyum. "Bisa enggak jangan tebar pesona. ""Dih, biasa saja kok. Cemburu? " Joan menggoda Alexa. "Geer aja. "Saat keduanya datang, salah satu sosok pria yang berdiri di dekat pintu mengepal tangan dengan keras. "Frans, ternyata dia bisa bahagia setelah kamu buang," ujar Seren yang sengaja memanasi Frans. Seren kembali membuat Frans panas, dengan mengatakan jika dirinya malah kalah dengan sopir rumahnya. Padahal, jika mereka menikah pasti akan bahagia. "Sepe