Alexa masih berada di meja makan bersama sang ibu. Maria sedang merapikan makanan yang tersisa, sedangkan Alexa menunggunya untuk bicara.
“Ma, aku mau bicara,” ujar Alexa. “Bicara apa?” tangan Bu Maria masih sibuk merapikan meja makan di bantu Bi Rumin. “Jangan di sini, di dalam saja,”pinta Alexa. “Mama bersihkan sebentar ini,” ujar sang ibu. Alexa menunggu dengan malas sang ibu merapikan meja makan. Ia berpikir untuk apa sang ibu repot-repot merapikan meja makan toh sudah ada pembantu di rumahnya. Bu Maria memang rajin dalam merapikanrumah. Walau ia sudah memiliki asisten rumah tangga, ia masih mau mengerjakan semua sendiri. Berbeda dengan Alexa yang tanpa mau mengerjakan sesuatu dirumahnya. Selesai merapikan meja makan, BuMaria langsung ke ruang TV mengikuti Alexa yang sudah berada di sana. Wanita dengan wajah cantik itu sepertinya sudah tahu apa yang akan dikatakan sanganak. “Ma, tolong bicarakan dengan Papa,aku nggak suka pernikahanku dengan Joan. Masa ia aku menikahi sopir pribadi?” Benar dugaan Maria, sang anak memang akan membicarakan pernikahannya. Namun, semua itu sudah terjadi dan memang takdirnya berjodoh dengan Joan. “Jangan banyak protes, setelah kamu melahirkan, minta ceria saja Joan kalau kamu mau. Gampang, kan?” Tidak pusing memberikan ide, Maria langsung saja mengatakan hal yang membuat sang anak semringah. Benar-benar seperti angin segar bagi Alexa saat mendengar saran sang ibu, ia langsung memeluk wanita berbadan langsing itu. Pantas saja sang ayah begitu mencintai sang istri karena selain bertumbuh langsing, Maria begitu wangi saat didekati. Kali ini, Alexa sepertinya akan mengikuti saran sang ibu. ** Alexa tidak melakukan apa pun, ia merasa jenuh. Ia berdiri di balkon rumah, sembari melihat keadaan di bawah. Terlihat Joan sedang mencuci mobil, padahal tadi sudah di ajak pergi sama Papanya. "Dasar, sudah kondratnya sopir ya tetap saja akan menjadi sopir. Tapi, kalau di lihat Joan ganteng juga." Alexa menggeleng keras, mana mungkin dia bisa berpikiran tentang hal itu. Alexa pun gegas masuk ke dalam, takut jika si Joan melihat dan merasa percaya diri. "Frans sialan kamu!" Lagi, Alexa menatap perut yang masih rata. semua sudah jalannya, pil pahit pun harus dia terima. Mimpi dan cita-citanya pun harus tertunda. Bagaimana bisa dia kuliah dengan perut yang membesar, bagaimana kata orang jika belum lama menikah kehamilan lebih dari usia pernikahan. Alexa kembali merasa dirinya sangat bodoh. Harusnya dia tidak datang ke acara malam itu. Dengan membohongi Joan dan lepas dari pengawasan sang sopir, dia akhirnya bisa bersama Frans, kekasihnya sekaligus ayah dari janin yang sedang dia kandung. "Lex, mama mau masuk." "Iya, Ma." Bu Maria mencoba bicara dengan sang anak. Dia tidak membenarkan apa yang dilakukan sang anak. Bahkan Aib itu akan menghancurkan keluarga besarnya. Bu Maria paham, Alexa masih kecil dan butuh pencerahan. "Mama tahu kamu sebal dan kesal. Tapi, mama mohon kamu bersabar. Semua perbuatan ada konsekuensinya. Apalagi dengan kehamilan kamu." Alexa menunduk, dia merasa bersalah. Yang dilakukannya memang sangat salah dan merusak nama baik keluarga. Mau meminta maaf atau mengubah waktu pun tak akan pernah bisa. Bu Maria pun mengatakan jika kelahiran anak Alexa nanti pasti akan menjadi pergunjingan karena mereka pasti menghitung pernikahan Alexa dan Joan. "Ma, Alexa akan merubah semua. Asal mama mau mendukung aku bercerai dari Joan." "Papa kamu enggak akan setuju." Alexa terduduk lemas, benar memang sang ayah pasti akan menolak permintaan sang anak. Lagi pula, bagi ayahnya Joan adalah penyelamat. Kalau tak ada dia, hancur dan mau di taro di mana wajah ayahnya. "Tapi kata mama bisa cerai setelah anak ini lahir kan?" "Bisa, kalau papa kamu mengizinkan." Tidak ada jaminan sang ayah setuju, bahkan sangat mendukung pernikahan dirinya dengan sopir kesayangan sang ayah. Nasib sudah jadi bubur, Alexa tidak tahu harus bagaimana. Awalnya dia begitu senang mendengar saran sang ibu, tapi menciut saat mengingat jika ayahnya akan menolak. "Bujuk saja Joan yang mencerai kan kamu."Alexa merasa mual, ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua makanan yang tadi di makannya. Ia memegangi kepalanya yang terasa nyeri, begitu juga perut yang semakin menjadi. Ia mencoba melangkah ke luar perlahan.Bu Maria menghampiri sang anak karena mendengar suara muntah Alexa. Wanita berbaju hitam itu mengelus pundaknya. Tidak seharusnya Alexa mengalami hal yang belum waktunya. Namun, karena kesalahannya dan membuat Alexa harus menerima konsekuensi atas perbuatannya.“Kamu sudah minum obat mualnya belum?” tanya Bu Maria.“Aku nggak mau minum obat, Ma. Nggak suka, Ma.” Alexa kembali berbaring dengan membalurkan minyak gosok di perutnya.Bu Maria bingung harus berbuat apa untuk membuat Alexa meminum obat. Ia kasihan melihat calon cucunya jika tidak ada asupan vitamin.Bu Maria meninggalkan Alexa di kamar, ia lalu menelepon Joan untuk pulang. Selanjutnya ia ke halaman di rumah untuk menyirami beberapa bunga dan tanaman yang ditanamnya.“Bu, Non Alexa bagaimana keadaannya?” tanya
Bibir Bu Maria bergetar saat mendengar penuturan Joan. Pria dengan tutur lembut itu kini bersikap dengan tegas menjawab semua tudingan darinya. Bu Maria kali ini merasa lawannya bukan pria lemah. “Maaf, jika perkataan saya menyinggung Nyonya. Walau bagi Alexa pernikahan ini seperti permainan, tapi tidak dengan saya. Saya akan bertanggungjawab tanpa harus di ingatkan.” Joan menarik napas setelah ia berhasil mengeluarkan apa yang menjadi beban di hati.Joan kembali pamit menemui Alexa. Ia melihat sang istri kini malah melemah. “Lex, ke Dokter saja,” ujar Joan. “Nggak usah!” Joan mengambil ponsel dan mencoba menghubungi seseorang untuk berkonsultasi tentang kehamilan Alexa. Ia sengaja menjauh dari sang istri dan menelepon di halaman rumah.“Siang, Nes,” ujar Joan dengan sapaan pada orang di seberang telepon sana. “Iya, Jo. Ada apa, tumben kamu menelepon.” Suara serak wanita terdengar dari kejauhan.Joan mulai bercerita tentang kehamilan Alexa. Wanita di seberang telepon sedikit terk
Frans mendekati Bowo yang memberikan info tentang Alexa. Seperti petir yang menyambar, ia begitu terkejut mendengarnya. Ia pikir pernikahan itu akan gagal dan ia lepas tanggung jawab. Memang benar ia tidak jadi menikah dengan Alexa, tapi bukan berarti dirinya bisa terima dengan pernikahan kekasihnya itu dengan pria lain.Frans begitu emosi mendengar hal itu dari mulut Bowo.Apalagi Alexa sedang mengandung benihnya. Frans kembali memastikan pada Bowo tentang informasi itu. Sekali lagi, Frans tidak percaya dengan apa yang terjadi. Mungkin Bowo hanya membual padanya agar dirinya menyesal.“Lu kaget?” tanya Bowo.“Kok lu tanya begitu, gua pasti kagetlah, bisa-bisanya dia nikah sama orang lain. Dia lagi mengandung anak gua!” Frans berteriak di depan Bowo.Bowo tidak terima, ia menarik kerah baju Frans dan membalas ucapannya.“Bodoh bangat, lu! Otak lu geser apa? Sudah jelas lu ninggalin dia di pernikahan dan nggak mau tanggung jawab. Sekarang, ada yang menutupi aib lu, lu malah ngamuk. Pik
Bu Maria membuatkan sang suami teh hangat saat Pak Hanif pulang. Pasangan suami istri itu kini duduk berhadapan. Sang istri tahu jika suaminya sedang banyak masalah. Ia beranjak dari tempat duduk dan memijit pundaknya. “Papa capek?” tanya Maria. “Ia, Mah. Apalagi lelah menghadapi Alexa, Papa masih tidak sudi memiliki cucu dari keturunan berengsek.” Pak Hanif kembali mengingat Frans. Bu Maria terdiam sejenak, memang tidak bisa menolak takdir. Walau sekarang Alexa menikah dengan Joan, tapi pria itu bukan ayah kandung bayi yang dikandung Alexa. Bagaimana bisa semua terjadi pada keluarganya. Kedua kakak perempuan Alexa semua menikah dengan orang yang tepat. Mengapa anak terakhir mereka mendapat nasib berbeda dengan sang kakak, hanya itu yang menjadi pikiran Bu Maria. “Sudahlah, Pah. Kasihan Alexa, ia sedang hamil dan butuh dukungan dari kita.” Maria menambahi. Pak Hanif beranjak dari tempat duduk dan memilih untuk membersihkan diri. Ia sudah muak dengan semua keadaan yang memb
Wajah Joan masih di tekuk dan terlihat sangat masam. Laki-laki mana yang Sudi melihat wanita akrab dengan pria lain. Terlebih ada sentuhan. Emosi kian bergemuruh saat Alexa terus saja mengajak mencari Frans. "Aku enggak mau kamu ketemu Frans lagi." Joan memberikan ancaman. "Joan, kamu kok jadi posesif?" Wajah Alexa di tekuk. dia tidak suka sikap Joan yang seperti itu. Joan melirik sebentar lalu kembali menyetir. istrinya, ya sekarang Alexa hanya bisa bungkam mengikuti apa yang di katakan Joan. Alexa menurut saja apa yang di perintahkan sang suami. Gadis itu merengut kesal, apa setalah menikah dirinya tidak boleh bergaul dengan beberapa teman lamanya nanti. "Jo, kamu enggak bisa mengatur aku. Lagi pula, kita menikah mungkin akan hitungan bulan. setelah anak ini lahir. Kita bisa bercerai," ujar Alexa. Joan mengerem mendadak hingga Alexa terbentur. "Aww...." "Bagi aku, pernikahan itu sekali seumur hidup. Kamu pikir kamu saja yang menyesal kita menikah?" Alexa mengelu
“Jawab, Joan!” Joan bergeming, benar-benar menguras tenaga menikahi gadis yang belum cukup umur. Joan memijit pelipisnya, bagaimana bisa setiap hari harus ada pertengkaran. Joan menarik napas panjang, lalu dia menatap tajam dengan mata elangnya. Sementara, Alexa masih dengan emosi yang menggebu dan kepalanya tangan siap menghantam Joan. “Karena saya mau menyelamatkan harga diri Papa kamu! Orang yang paling berjasa dalam hidup saya! Saya yang orang lain saja bisa menghargai Papamu, kenapa kamu malah mencoreng namanya?” "Maksud kamu apa Joan?" Napas Alexa masih naik turun. "Masa kamu enggak mengerti tuan putri. Ayah kamu orang baik, harusnya kamu menjadi putri yang tidak banyak bertingkah laku tidak baik. Joan menarik napas panjang. Mengingat kebaikan Ayah Alexa, membuat ia tidak tega untuk menolak permintaannya. Rasa kaget saat itu membuat Joan seperti serba salah untuk mengambil keputusan. Pernikahan dadakan yang membuat dia pun merasa syok karena menikah dengan gadis
"Joan, ada apa dengan Alexa?" Bu Maria menghampiri kamar sang anak saat mendengar suara tangis Alexa. Joan melepas pelukannya lalu menjauh dari Alexa yang langsung di peluk sang ibu. Bu Maria mengelus rambut sang anak, berharap Alexa baik-baik saja. "Jo, kamu apakan Alexa?" Netra Bu Maria memandang Joan yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. "Bukan saya yang buat Alexa menangis. Alexa menangis tiba-tiba dan memukul perutnya," ujar Joan membela diri. "Benar yang dikatakan Joan, Lex?" tanya Bu Maria yang seolah tidak percaya pada menantu dadakannya. Alexa mengangguk, memang benar bukan karena Joan. Tapi, sebenarnya semua karena mulut Joan yang pedas jadi dirinya merasa tidak berguna dan benar-benar bersalah pada kedua orang tuanya. "Ya sudah, mama enggak mau kamu berbuat tidak baik. Pokoknya kamu dan bayi kamu harus sehat. Jangan berbuat aneh lagi, ya." Bu Maria mengajak Alexa duduk di tepi ranjang. Wanita itu merasa tidak enak saat masih ada Joan di kamar itu dan meminta
"Iya, sudah hampir dua tahun Abang menjadi sopir keluarga Pak Hanif." Joan menjelaskan. "Aduh, siapa lagi ini Pak Hanif. Sesil enggak ngerti," ujarnya dengan mengusap wajah. Sesil tidak mengerti dengan kakak sepupunya itu. Di mana-mana orang ingin hidup bergelimang harta, apalagi jika dia kembali ke rumah maka akan menduduki posisi tertinggi di perusahaan sang ayah. Hanya karena kesalahanpahaman saja membuat nya tidak mau pulang. Sesil sejak tadi membujuk tidak berhasil, demi kebaikan sang kakak."Baiklah, aku pikir Abang sudah lebih dewasa."Joan pamit pada Sesil dan gegas kembali pulang karena Pak Hanif sudah menghubunginya sejak tadi. ** Ayah Alexa menunggu kedatangan Joan. Namun, sudah hampir sejam pria itu tidak datang. Sang ayah terus menatap foto gadis kecilnya yang begitu ia sayangi. Namun, ia kembali kesal saat mengingat kesalahan putri kecilnya. “Pa, masuk, yuk.” Bu Maria melihat sang suami yang masih duduk di teras rumah. “Sebentar, tadi Papa telepon Joan. S
Tidak bisa di biarkan, Joan pun tidak mungkin menyembunyikan identitasnya. Selain itu, di mulai cemas dengan beberapa kali Jerico kakaknya menghubungi Alexa. Tidak akan Joan diam begitu saja seperti dulu sang kakak merebut semuanya. "Hari ini aku mau ke kantor papa. Kamu di rumah sama mama atau ada kegiatan lain?" tanya Alexa. "Aku mau ketemu Sesil." Sontak kopi yang sedang di minum Joan pun tersembur begitu saja. Alexa sudah menduga jika sang suami akan kaget mendengar apa yang di katakan. Memang dengan sengaja Alexa mendekati Sesil untuk mengetahui hubungan mereka berdua. Joan kembali merapikan bajunya yang sedikit terkena kopi. "Di ganti Joan. Kamu mau ke kantor Papa dengan baju dengan noda?" Alexa sedikit menggerutu lalu mengambil baju kemeja berwana navy dan menyerahkannya pada Joan."Pakai ini." "Kamu enggak mau bantu aku ganti baju?" tanya Joan."Mimpi aja terus. Halu! Pakai sendiri." Alexa keluar dari kamar, sedangkan Jona terkekeh di kamarnya. Agak sedikit senang karen
"Aku tidak suka kamu dekat atau didekati pria lain. Walau status pernikahan kita hanya dari sebuah kesalahan kamu. Hargai aku walau hanya menjadi suami pengganti." Joan Mempertegas apa yang dia rasakan. Tidak tahu harus menjawab apa, bagaiamana bisa Joan tahu dirinya tadi bersama dengan Jeri. "Apa Sesil yang mengadu? Dia sengaja bukan?" tanya Alexa. Joan mengerutkan kening, bagaimana bisa Alexa berpikir yang mengadu adalah Sesil. Tidak tahu saja jika yang mengadu adalah kaka iparnya. Namun, tidak mungkin dia mengatakan hal itu karena Alexa tidak tahu jika dirinya sering bertukar pesan pada Adam. "Bukan Sesil, bahkan dia tidak ada mengirim pesan hari ini." "Tapi biasanya dia mengirim pesan?" tanya Alexa sinis. Kali ini malah Alexa yang merasa kesal dengan Joan. Keduanya sebenarnya sudah saling peduli. Apalagi Alexa yang sudah mulai merasa kesal atau cemburu jika Joan bersama dengan wanita lain. "Kenapa jadi aku yang di sudutkan? Kita lagi bahas Jerico."Alexa kini merasa heran,
Clarisa begitu emosi bagaimana bisa sekarang semua orang justru memihak kepada Joan sepertinya laki-laki itu sudah bisa mencuci otak semua orang sampai-sampai dirinya yang anak kandung justru diperlakukan seperti itu. Sebenarnya apa yang ia katakan tidak ada salahnya bukan memangnya Joan menikah dengan Alexa itu karena Alexa hamil dan sekarang Alexa sudah keguguran lantas tidak diperlukan lagi bukan, dia pun langsung meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. Mereka berencana akan menginap karena sudah terlalu malam. Adam meminta maaf pada ayah mertuanya. "Maaf pak mungkin karena Clarissa terlalu kelelahan dia tidak bermaksud seperti itu, dia hanya terlalu Sayang saja kepada Alexa." Sebagai seorang suami Ia hanya ingin melindungi martabat istrinya itu. Dirinya juga tidak menyangka jika ternyata Clarissa bisa mengatakan hal seperti itu, hal yang benar-benar sangat diluar dugaan ia kira Clarissa hanya membenci Joan saja tak menyangka jika ternyata istrinya itu berani mengatakan h
Sementara, di rumah Joan kesal melihat sebuah pesan dari Adam. Sang kakak benar-benar membuat dia jengkel, bagaimana Jeriko bisa mendekati Alexa. Katanya itu benar-benar begitu sangat gatal bagaimana bisa adik iparnya sendiri saja didekati andai saja sang kakak mengetahui yang sebenarnya jika Alexa itu adalah istrinya meminta kakak tidak akan berani seperti itu. Ia di rumah hanya bisa menahan rasa kesal yang benar-benar begitu sangat membara saja, Johan benar-benar tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya itu karena mendekati sang istri. Dia benar-benar merasa begitu sangat kecewa sekali. Ia tentu saja akan memberikan sebuah pelajaran.Harusnya dia di sana dan dengan bangga memperkenalkan sang istri pada keluarganya. Namun, karena hal itu benar-benar membuatnya merasa ia tidak bisa memperkenalkan istrinya di hadapan orang tua. Padahal Alexa benar-benar wanita yang pantas dirinya banggakan dan waktu saja yang belum tepat. Ya benar-benar merasa begitu sangat menyesal, seharu
"Iya, anak saya Alexa sudah menikah. Dia menikah muda dan suaminya hari ini sedang mengurus bisnis saya di luar kota." Kali ini Pak Hanif yang berbohong. Hanya karena satu orang kedua orang tua itu terpaksa berdusta.Mereka berdua harus berbohong untuk menutupi semuanya, tidak mungkin jika mereka semua harus mengatakan secara langsung. Rasanya benar-benar martabat menantunya.Harusnya mereka tahu jika yang mereka lindungi adalah orang yang sama. Joan, benar-benar membuat mereka pusing. Pak Hardi berbohong untuk melindungi harkat dan martabatnya, Pak Hanif ia berbohong untuk melindungi menantunya itu. Mereka semua begitu sangat tampak melindungi Joan.Sayang sekali pikir bu Delima jika Alexa sudah menikah karena dirinya ingin sekali wanita itu jadi menantunya. Sayangnya dia baru saja bertemu dengan Alexa dan tidak mengenal Alexa lebih dulu, mungkin akan lain cerita. Padahal tadi darinya cinta berangan-angan mengenai Alexa, tetapi sayangnya justru langsung dipatahkan oleh kenyataan jik
Jerico seperti menyukai Alexa, dia gencar mengajak bicara wanita itu. Namun, Alexa enggan untuk banyak bicara. Alexa benar-benar merasa begitu sangat kesal karena melihat Jericho yang meminta nomor ponselnya sangat jelas sekali jika lelaki itu pasti menyukainya.Lalu tak sengaja bertemu dengan Felisha. "Hai, Ka. Hmm ... adikmu enggak datang?" tanya Felisha. Melihat ketidakhadiran Joan membuat Felisha merasa benar-benar sangat kesal padahal ia datang ke sini hanya ingin bertemu dengan Juan saja, tetapi sayangnya lelaki itu justru tidak ada benar-benar sangat menyebalkan kurang beruntung sekali hari ini dia. Sesil melihat kondisi itu takut Felisha keceplosan bicara tentang Joan. Dirinya yang tadi sedang memperhatikan Alexa dan juga Jericho memilih untuk langsung menghampiri mereka saja. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat takut jika sampai Felisa keceplosan mengenai Joan bisa hancur semuanya. Akhirnya Sesil mengajak Alexa menjauh dari Jerico. Melihat Alexa yang tidak nyaman akh
"Tapi bagusnya jika Joan ga ikutkan?" Clarisa masih sangat sengit, baginya suami Alexa tidak sebanding dengan keluarga mereka. Selain takut harta di ambil Joan, Clarisa sangat benci dan berpikir Joan orang jahat. Terlebih lagi dirinya takut jika sampai Alexa disakiti oleh lelaki itu karena mereka tidak mengetahui asal usul orang yang menikahi Alexa tersebut. Sebagai seorang kakak dirinya hanya menginginkan yang terbaik untuk adiknya. Ia juga ingin jika keluarganya aman-aman saja, melihat Joan yang tanpa asal usul yang jelas membuatnya selalu saja curiga ia tidak seperti yang lainnya mudah tertarik dengan lelaki itu, dirinya hanya ingin berjaga-jaga dan takut jika sampai keluarganya disakiti maka dari itu ia akan selalu terus waspada. "Kak, sudahlah sekarang Joan adalah suamiku jangan berpikir yang buruk terus loh sampai kapankah seperti ini?" Alexa sangat kesal sekali mengapa kakaknya selalu saja mempermasalahkan perihal sang suami. Walaupun Joan memang tidak jelas tetapi di mata
Alexa menampar wajah Seren, di depan semua orang karena dirinya sudah gak kuat menahan kesal. Mereka boleh menghinanya, tapi tidak menghina Joan. Joan orang baik pikirnya dan tidak mungkin melakukan hal yang buruk. Seren hampir saja menampar balik Seren jika Frans tak menahan tangan Alexa. "CK! Ternyata kalian sudah akur. Sepertinya kamu lebih cocok dengan Frans dari pada Bowo. Kalian itu sepertinya sefrekuensi, sama-sama berhati iblis!" Kamu kan yang membuat aku pingsan malam itu dan sengaja mengatur semua hingga aku --- shit!" Alexa muak dengan apa yang dia kembali bayangkan. Tidak mau membuat pesta Arum hancur, Alexa memilih untuk mundur dan pamit pulang. Namun, sebelum itu dia kembali menyembur dua manusia laknat itu. "Asal kalian tahu, karma berlaku. Sistem tabur tuai, aku enggak menyumpahi. Hanya saja berhati-hati saja apa yang aku alami kemungkinan kalian alami," ujar Alexa. "Lex!" "Apa hah? Jahat kamu Frans!" Alexa menarik Joan dan menemui Arum untuk pamit. Tidak etis
Sebenarnya Alexa malas melangkah masuk dalam acara, tapi dia tak enak jika tak datang ke acara Arumi. Arumi salah satu teman baiknya, walau tak begitu dekat tapi mereka suka berbincang di perpustakaan. Alexa memejamkan mata, dia sangat takut apalagi saat ini mungkin Seren sudah menyebarkan gosip tidak enak di kampus. Joan menggenggam tangan Alexa, lalu mengajaknya masuk. Joan terlihat sangat tampan, menggunakan kemeja dan jas hitam. Beberapa wanita memandang pesona suami Alexa. Alex merasa risih apalagi Joan malah melempar senyum. "Bisa enggak jangan tebar pesona. ""Dih, biasa saja kok. Cemburu? " Joan menggoda Alexa. "Geer aja. "Saat keduanya datang, salah satu sosok pria yang berdiri di dekat pintu mengepal tangan dengan keras. "Frans, ternyata dia bisa bahagia setelah kamu buang," ujar Seren yang sengaja memanasi Frans. Seren kembali membuat Frans panas, dengan mengatakan jika dirinya malah kalah dengan sopir rumahnya. Padahal, jika mereka menikah pasti akan bahagia. "Sepe