“Sudah. Sayang. Aku sudah nggak sanggup lagi,” tolak Gifran merasa perutnya sudah sesak, penuh terisi dengan segala jenis asinan.
“Ini, Mas sisa satu lagi mangganya.” Serena masih membujuk sang suami untuk membuka mulut.
Gifran menggeleng pertanda sudah tidak ingin lagi. Ia berlari ke wastfle memuntahkan seluruh makanan yang ada di dalam mulutnya. Melihat sang suami mendadak muntah, Serena panik. “Mas, Kamu nggak apa-apa?” tanya Serena cemas sembari mengurut tengkuk sang suami.
“Ah… ah…!” Menyeka mulut dengan tisu Gifran berkata, “Entahlah, tiba-tiba perut aku rasanya mual dan pengen muntah. Mungkin pengaruh asinan kali karena terlalu makan banyak,” sahut Gifran.
Serena merasa bersalah kepada suaminya. Matanya berkaca-kaca mendengar perkataan sang suami.
“Maafin aku, Mas,” ucap Serena begitu sampai di kamar. Lalu, membaluri punggung dan perut suaminya dengan
Pertanyaan Serena membuat mama Lusi dan Gifran saling menatap.“Itu ramuan untuk meningkatkan kesehatan saja. Mama pikir, akhir-akhir ini Gifran makin sibuk jadi mama menyuruh bi Ina untuk membuatkan ramuan ini agar dia sehat bugar,” sahut mama Lusi. Ia tahu dari tatapan Gifran tadi seolah menyiratkan jangan memberitahu kondisinya kepada istrinya.Serena mengangguk paham. Ia pun melanjutkan sarapannya. Sementara Gina, ia melihat ada sesuatu yang disembunyikan mama dan kakaknya. Sebab, ia memperhatikan tadi sejenak keduanya saling berpandangan menyiratkan ada yang disembunyikan.“Ya, sudah. Sayang aku berangkat kerja dulu, yah!” Gifran mencium kening sang istri sebelum masuk ke dalam mobil. Tayo sudah menunggu sejak tadi.“Kita berangkat sekarang, Tuan!” ujar Tayo seraya membukakan pintu mobil untuk atasannya.Gifran mengangguk. Lekas ia masuk ke dalam mobil usia berpamitan pada sang istri.Melihat mobil su
Saat ini Serena sudah berada di rumah sakit. Setelah dirinya sadar, ia meminta ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan suaminya. Ia sangat khawatir perihal keadaan Gifran.Walau mama Lusi bersikeras menghentikan agar Serena lebih baik beristirahat saja, perempuan itu tetap menolak. Ia bersikeras ingin menemui dan mengetahui keadaan suaminya. Mama Lusi juga tidak bisa menghentikan kemauan Serena. Sampai saat ini kedua perempuan beda generasi tersebut duduk di kursi berbahan stainless di depan IGD rumah sakit menunggu hasil pemeriksaan dokter.“Sebaiknya kita berdoa semoga hasilnya baik-baik saja, dan Gifran tidak kenapa-kenapa,” ujar mama Lusi memegang pundak menantunya. Sebagai sesama perempuan ia tahu betul perasaan Serena. Oleh karena itu, ia memberikan kekuatan bagi menantunya.“Kamu nggak boleh capek dan banyak pikiran. Nanti akan berdampak pada janin yang ada di kandunganmu. Sebaiknya kamu, minum dulu.” Mama Lusi menyodorkan
Merasa kondisinya sudah lebih baik sebelumnya, hari ini Gifran sudah siap berangkat bekerja. Usai sarapannya, ia pamit kepada istrinya. “Mas, ini jangan terlalu memaksakan diri jika belum terlalu sehat.” Serena mengingatkan suaminya agar tidak terlalu kecapekan.Serena segera masuk kembali ke dalam rumah usai suaminya sudah menjauh dari bayangannya. Ia masuk ke dalam rumah. Mama Lusi sejenak memanggi namanya. “Serena, sini sayang.” Mendengar mama mertuanya memanggil, Serena lekas menghampiri wanita paruh baya itu di meja makan.Duduk megambil tempat di samping suaminya, Serena berkata “Iya, Ma ada apa?”Mama Lusi mengambil sebuah adonan kue bolu, berniat menghibur menantunya. Ia tahu jika saat ini menantunya bosan tinggal di rumah. semenjak dikatakan hamil, Gifran sudah memperingati istrinya agar tidak bekerja.Oleh sebab itu, mama Lusi mendapat sebuah ide untuk menghibur menantunya itu. Mengetahui Serena menyukai berba
Belum sampai jam pulang, Gifran sudah sampai di rumah. Serena yang duduk di balkon kamar menikmati suasana sore, dibuat kaget dengan kedatangan suaminya yang memeluk dari belakang sambil mencium pipinya.“Mas, kamu mengagetkan saja,” ujar Serena, berusaha lepas dari pelukan suaminya. Gadis itu kembali menatap yang sudah saling berhadapan. “Mas, kenapa kamu pulang cepat? Apa kamu nggak enak badan?” tanya Serena khawatir sambil memegang kening Gifran.Melihat sikap istrinya yang cemas menanyakan dirinya, Gifran merasa senang. Ia langsung mendekap Serena ke dalam pelukannya.“Aku hanya kangen sama kamu, sayang,” sahut Gifran manja seraya membenamkan kepalanya di ceruk leher sang istri.“Baru setengah hari kerja kamu sudah kangen, Mas.” Serena mengangkat kepala suaminya. Memegang kedua sisi wajah Gifran. “Apa yang membuat kamu kangen, Mas?”Bukannya jawaban yang Serena dapat, Gifran dengan sen
“Apa?” Gifran terkejut dengan pernyataan Tayo yang mengatakan bahwa salah satu rekan bisnis bosnya itu sedang berbuat curang.“Cepat katakan, siapa orang yang berbuat curang kepadaku!” Gifran menatap Tayo berdiri di depan meja kerjanya saat ini.Melihat gelagat Tayo yang tidak membuka suara saat itu juga, membuat emosi Gifran kembali mencuat. Ia tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.“Dia Tuan Smith, Tuan,” ucap Tayo, menyerahkan bukti perbuatan kecurangan yang dilakukan Smith. Untung saja, dengan cepat Tayo melihat ada yang aneh dengan pergerakan saham hari ini. Setelah mengecek, ternyata ada seseorang yang menysup untuk memanipulasi laporan saham.Sebelumnya, Gifran tidak merasa curiga dengan sikap Smith yang sudah dianggapnya sebagai sahabat semenjak kuliah. Masuk ke perusahaannya sebagai invenstor menawarkan sejumlah kesepakatan yang menjanjikan bagi Gifran saat saham B&G turun gara-gara video viral
Namun, kejadian na’as sungguh membuat Serena merasa lebih terkejut, tatkala dirinya mendadak limbung karena lift yang mereka gunakan tiba-tiba mendadak mati.“A-apa yang terjadi,” ucapnya panik. Ia berpegangan pada sisi lift untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh. Namun, dengan cepat, Smith memeluk dirinya. Berusaha menenangkan. “Jangan, panik. Ada aku di sini.”“Jangan berani macam-macam kamu! Lepaskan tanganmu itu!” sergah Serena, menyingkirkan tangan Smith yang bertengger di bahunya. Walau merasa terjebak di dalam lift, ia tidak sudi tubuhnya disentuh laki-laki manapun selain suaminya.Tiba-tiba lift kembali bergerak. Namun terjadi sesuatu yang ambruk, membuat Serena berjongkok menutup telinganya. Smith berdiri di depan Serena seolah berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.Sementara itu, Gifran mendengar keributan yang ada di luar. Biasanya ia tidak peduli dengan keributan yang dibuat karyawannya selagi masi
Petugas mengikuti perintah Gifran. Mereka gegas menuju lantai tempat Serena terjebak di dalam lift.Bagian atap lift terbuka. “Nona, silahkan naik melalui tangga darurat ini. Kami akan mengeluarkan anda dari sini,” teriak petugas.“Sayang. Kamu tenang. Jangan panik. Kamu ikuti arahan petugas,” teriak Gifran dari atas atap lift yang dibukaoleh petugas.Mendengar ucapan suaminya, Serena lekas berdiri dari duduknya. Sementara, Smith yang duduk di sampingnya ikutan senang karena petugas berusaha mengeluarkan mereka.“Kemarilah, aku bantu kamu menaiki tangga ini!” ajak Smith. Laki-laki itu sejak tadi diam tidak mendekat ke Serena usai digertak oleh Gifran. Namun, karena merasa simpati dengan kondisi Serena yang hamil, akhirnya Smith tergerak menolong dengan tulus.Tanpa ragu sedikit pun Serena menaiki tangga yang disediakan petugas dengan bantuan, Smith akhirnya ia bisa keluar dari lift.Melihat istrinya selama
Melihat Serena menikmati jeruk yang ada di tangannya, Gifran pun bertanya perihal kedatangan istrinya yang datang mendadak. “Sayang, Aku mau nanya, kamu kok ke mari nggak bilang-bilnag sebelumnya. Biasanya kamu, ‘kan nelpon aku dulu,” kata Gifran merapikan surai hitam istrinya ke belakang telinga.“Awalnya, aku ingin membuat kejutan untuk kamu, Mas. ke kantor mengantarkan bekal makan siang. Eh, nggak tahu pas di lift terjadi insiden. Makanannya jatuh berhamburan,” jelas Serena, tangannya masih sibuk membuka buah jeruk yang masih tertinggal sebiji.Penjelasan istrinya membuat Gifran terharu. Ternyata istrinya ingin memberi kejutan. Namun karena suatu insiden yang terjadi, ia pun khawatir dengan kondisi janin yang ada di dalam perut sang istri. Walaupun, Serena terlihat baik-baik saja, tetapi rasa cemas dan khawatir membuat Gifran mengajak sang istri cek ke dokter.“Sayang, habis ini kita ke rumah sakit, ya!” Saat ini kedu