Sebelum pulang ke rumah neraka itu, Wulan akan lebih dulu pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Riska."Jika kamu saja bisa menuduhku sekeji itu, maka aku juga bisa melakukan hal yang sama, tunggu saja Mas. Aku pastikan kau akan menyesal setelah ini," batin Wulan. Ia benar-benar sudah terluka dengan sikap suaminya itu. Terlebih setelah melihat video Fatih dan Eva di kamarnya kemarin membuat Wulan semakin membenci suaminya itu."Dia tega menuduhku selingkuh dan menuduh janin yang kukandung sebagai anak hasil selingkuhan ku dengan pria lain. Padahal dia lah yang sebenarnya telah berbuat zina dengan wanita itu! Menjijikan!" ucap Wulan. Matanya terasa panas melihat setiap adegan menjijikan yang dilakukan Fatih dan Eva di kamarnya. ***Wulan masuk ke ruangan Dokter Riska. "Silahkan duduk, Bu Wulan. Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabar Ibu?" sapa Dokter cantik itu ramah."Alhamdulilah, Dok. Kabar saya baik, Dokter sendiri bagaimana?""Saya juga baik, Bu. Oh iya, apa
"Wulan!" ucap Fatih memeluk istrinya."Maafkan aku, Lan. Aku mohon jangan pernah mengucapkan kata cerai lagi, aku tidak mau kehilangan kamu, Lan. Aku mohon," "Sudah, Mas. Jangan di jalan, malu dilihat orang," ucap Wulan mengurai pelukan suaminya."Aku cemburu, aku tidak ingin ada laki-laki lain di hatimu,""Kita bicarakan di rumah saja, Mas." jawab Wulan. Ia pun berjalan menuju rumahnya.Sesampainya di rumah, mereka berdua pun segera naik ke kamarnya. Seketika bayang-bayang video menjijikan itu kembali teringat di benak Wulan.Mata Wulan menyusuri isi kamar, melihat barang-barang yang tak lagi berada di posisinya, bahkan lemari baju miliknya pun terlihat berantakan. Siapa lagi pelakunya jika buka Eva."Ibu sudah pulang?" tanya Wulan memulai percakapan. Ia sengaja bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa."Sudah, mungkin sekarang sudah tidur," jawab Fatih. "Wulan, berjanjilah tidak akan pernah mengucap kata itu lagi," Wulan mengangguk dan menjawab."Baiklah, Mas. Aku berjanji tidak
"Sarah! Sarah kamu dimana sih? Cepet sini!" teriak bu Ratna memanggil anaknya. Sarah yang saat itu tengah minum pun bergegas keluar dari kamarnya dengan gelas berisi air putih di tangannya."Ada apa si Bu teriak-teriak? Bikin orang tersedak aja!" ucap Sarah menghampiri ibunya."Mana Fatih? Apa dia sudah berangkat?""Sepertinya sudah, Bu. Tuh mobilnya aja nggak ada, berarti sudah berangkat,""Bener- bener yah adikmu itu bisa-bisanya dia lebih memilih pergi bersama si benalu itu dari pada fitting baju sama Eva, kurang ajar! Mana si rentenir itu nelponin ibu terus lagi dari tadi, gawat! Kalau sampai hari ini ibu nggak dapat uangnya, bisa habis ibu dihajar mereka," ucap Bu Ratna panik."Ibu si mainnya sama rentenir! Jadi repot kan sekarang,""Udah kamu nggak usah ngoceh, lebih baik sekarang kamu telepon tuh si Eva. Jelasin ke dia kalau Fatih nggak bisa ikut fitting. Mudah-mudah aja Eva mau ngasih uangnya ke kita," ucap Bu Ratna dan langsung di iya kan oleh Sarah.Sarah pun langsung menghu
"Keluar lo nenek tua! Sebelum gue geledah rumah ini, lebih baik lo cepet keluar!" Bu Ratna semakin ketakutan, ia ketar ketir di dalam kamar. Sedangkan para preman itu terus masuk dan menggeledah setiap ruangan. Dan … Brak!!Pintu kamar bu Ratna di dobrak, wanita itu diseret keluar kamar. Tangannya ditarik paksa, dan wajahnya di cengkram saat preman bertato itu meminta ia segera melunasi hutang-hutangnya."Ampun, ampuni saya, saya mohon jangan siksa saya," ucap bu Ratna memohon."Mana uang yang lo janjikan waktu itu? Cepat bayar!" Teriaknya dengan mata nyalang menatap bu Ratna penuh kekesalan."Saya belum ada uang, saya janji besok saya bayar!""Janji, janji! Terus lo, bayar kagak! Orang-orang seperti lo itu banyak di luaran sana, dan ujung-ujungnya pasti kabur. Lo pikir gue bodoh, hah? Batas waktu yang kita berikan sudah habis, kesabaran gue juga sudah habis, ngerti lo!" ucap preman itu di hadapan bu Ratna."Sita semua barang yang ada di rumah ini!" titah preman bertato itu kepada k
🍀Setelah puas mengajak Wulan berbelanja dan makan di restoran, mereka pun memutuskan untuk segera pulang. Fatih menyalakan mesin mobil keluar dari baseman menuju rumahnya.Sepanjang jalan Fatih terus berusaha bersikap baik pada istrinya, ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Wulan."Sayang, besok kita jalan-jalan ke puncak yu!" ajak Fatih, tangannya meraih jemari Wulan dan menciumnya. Wulan melirik, entah kenapa ia merasa risih melihat sikap suaminya. Padahal dulu ia sangat menyukai setiap sentuhan yang diberikan oleh Fatih. Tapi semenjak ia melihat video pergumulan Fatih dan Eva' dirinya merasa risih dengan semua itu.Wulan menarik tangannya membuat Fatih bertanya-tanya. "Lho, kenapa? Ko dilepas?" tanya Fatih pada Wulan."Gak apa-apa, Mas, tapi kan kamu lagi nyetir. Bahaya kalau sambil pegangan gitu," jawab Wulan."Kita kan udah sering seperti ini, gak pernah bahaya ko' gak pernah sampai oleng juga kan bawa mobilnya? Udah sini tangannya!" ujar pria berparas ta
"Wulan jangan berdiri saja! Cepat bantu kami!" Teriak Sarah.Akhirnya mereka bertiga pun berhasil mengeluarkan bu Ratna dari kamar mandi."Kita mau bawa ibu ke klinik dokter Denli lagi?" tanya Fatih."Gak usah! Ke rumah sakit saja langsung," jawab Sarah cepat. Wulan hanya menggelengkan kepala, ia sudah bisa tebak jika saat ini Sarah tidak mungkin membawa ibunya ke klinik."Mbak yakin? Rumah sakit kan mahal?""Yakin! Udah cepet Fatih, kamu jangan banyak tanya!"Dengan sigap Fatih membawa ibunya ke rumah sakit tempat dimana Sarah dirawat dulu. Rumah sakit elit yang harga per malamnya bisa mencapai 5 juta.Bu Ratna ditangani dengan cepat oleh Dokter dan perawat. Setelah tiga puluh menit di IGD ia pun dipindahkan ke ruang rawat inap."Ibu kenapa bisa seperti ini si Bu? Baru saja keluar dari klinik, sekarang udah masuk rumah sakit lagi," ucap Fatih pusing."Ibu di siksa Fatih, ibu di pukulin sama preman," jawab Bu Ratna menangis."Preman? M-maksud ibu?" tanya Fatih bingung, sedangkan bu Ra
Tiga hari sudah Bu Ratna di rawat di rumah sakit elit itu. Sarah dan Fatih bergantian menjaga ibunya. "Fatih, bagaimana ini? Biaya rumah sakit ibu sudah membengkak, tapi kita belum punya uang untuk membayarnya," ucap Sarah pada adiknya."Fatih juga bingung Mbak, Fatih juga nggak punya uang,""Jalan satu-satunya adalah Eva. Hanya dia yang bisa bantu kita, kamu harus segera menikahinya, setelah itu kita akan aman. Mbak tidak mau jadi gembel, Fatih! Kalau sampai rumah itu disini kita mau tinggal dimana? Memangnya kamu yakin Wulan masih mau menerima kamu jika kamu tidak punya tempat tinggal dan jadi gembel? Wulan itu kan cantik, dia bisa saja cari laki-laki lain yang lebih kaya, daripada harus hidup menderita sama kamu," ucap Sarah sengaja mengompori Fatih."Kamu ingat kan' saat kita jalan-jalan ke Yogya dulu? Banyak pria yang mengira Wulan itu masih gadis, mereka bahkan berani meminta nomor hape Wulan di depan kita, di depan kamu juga. Masa kamu lupa?" 'Bener juga kata mbak Sarah, Wula
••••Pagi hariSuasana di rumah Fatih nampak ramai, semua orang sudah berkumpul untuk menyaksikan acara ijab kabul. Keluarga Eva pun sudah tiba, tidak banyak' hanya beberapa kerabat terdekatnya saja. Karena orang tua Eva sedang berada di luar negeri. Eva keluar dengan gaun mewah di dampingi oleh Sarah, sedangkan Fatih yang mengenakan setelan serba putih sudah lebih dulu duduk di depan penghulu. Bu Ratna tampak antusias, sepanjang acara senyum terus terukir di bibirnya. Begitupun dengan Sarah, ia selalu berada di samping Eva sebagai pendamping.Sedangkan Wulan lebih memilih pergi, ia tidak ingin melihat proses ijab kabul itu. Subuh-sebelum suaminya bangun dari peraduan, Wulan sudah lebih dulu pergi meninggalkan rumah itu menuju rumah si Mbok.Fatih mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Wulan."Dimana Wulan? Kenapa dari tadi tidak terlihat?" Batin Fatih."Bagaimana, Nak Fatih, sudah siap?" tanya Pak penghulu kepada Fatih. Pria itu pun lantas mengangguk mengiyakan.Proses ijab dan k