"Itu apa Non?" tanya si Mbok."Wulan juga tidak tau Mbok ini apa,""Kira-kira dari siapa ya' Non?""Wulan juga tidak tau,""Non Wulan ini, semua pertanyaan si Mbok di jawabnya nggak tau' nggak tau terus," ucap si Mbok kesal dengan wajah cemberut."Ya ampun Mbok…marah ni yeee.." kata Wulan terkekeh melihat raut wajah si Mbok yang sedang ngambek.Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah, Wulan penasaran ingin membuka kado yang dikirim orang tak dikenal itu. Sebuah kotak berwarna silver di dalamnya terdapat sebuah kalung berlian dengan inisial huruf W terlihat begitu mewah dan berkelas."Wahh bagus sekali kalungnya Non. Itu pasti kalung mahal," ucap Mbok Romlah takjub."Iya' Mbok, bagus banget. Kira-kira dari siapa ya Mbok? Di dalamnya juga nggak ada nama pengirimnya," balas Wulan. Tangannya mengecek kotak perhiasan itu dan mencari nama pengirimnya. Namun, sepertinya memang tidak tertera siapa yang mengirim."Pake, Non!" seru si Mbok dan langsung di iyakan oleh Wulan.Kalung berlian itu s
Bu Ratna menarik Fatih keluar dari kamar dan menyuruhnya kembali ke bawah menemui para tamu undangan.Sepanjang acara Fatih terlihat gelisah, beberapa kali ia mencoba mengirim pesan pada Wulan. [Kamu pergi kemana, Wulan? Dari tadi aku mencarimu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang? Kamu baik-baik saja' kan, Wulan?] Send.[Pulanglah! Ini rumahmu, jangan pernah pergi dari rumah ini, aku mohon][Kenapa tidak dibalas? Apa kau marah karena aku memaksamu tadi malam?][Wulan, tolong jangan membuatku khawatir, pulanglah sayang. Aku menunggumu]"Mas!" bentak Eva. "Bisa nggak si kamu jangan main hp terus? Sini hape nya!" Eva merebut benda pipih itu dari tangan Fatih."Eva' apa-apaan kau ini? kembalikan ponselku! Cepat kembalikan!""Tidak, Mas! Aku tidak akan mengembalikan ponsel ini sampai acara ini selesai,""Ayolah Eva, jangan kekanak-kanakan, kembalikan ponselku!""Aku bilang tidak' ya tidak Mas! Kalau kau maksa aku akan lempar ponsel ini!" ancam Eva. Fatih mengalah, ia tidak mau sampai ponsel
***Pagi hari di kontrakan si Mbok."Non mau pulang sekarang?" tanya Mbok Romlah pada Wulan yang terlihat sudah siap untuk pergi."Iya, Mbok. Taxi online nya masih di jalan, paling sebentar lagi juga tiba," jawab Wulan."Non yakin kuat?" tanya si Mbok cemas."Insyaallah kuat, Mbok. Wulan harus berhasil menjalankan rencana Wulan,""Memangnya kapan si Non mau mulai pura-pura hamil?" tanya Mbok Romlah penasaran."Wulan belum tau pastinya kapan, pelan tapi pasti semuanya harus berjalan sempurna. Yang jelas, Wulan ingin buktikan kepada Mas Fatih jika Ibu dan kakaknya itu pembunuh, mereka sengaja membunuh colon cucunya sendiri. Si Mbok kan tau' kalau ke persidangan itu harus punya saksi, untuk kasus itu Wulan masih bingung saksinya siapa, karena bukti pun belum terlalu kuat. Tapi sekarang, setelah ada CCTV semuanya akan terjawab. Mereka akan masuk penjara karena ulahnya," jelas Wulan panjang lebar."Semoga semuanya lancar, ya' Non,""Iya, Mbok. Aminn, kalau gitu Wulan pulang dulu ya' tuh tax
"Si Wulan itu kenapa si Mas? Ko nggak enak banget mukanya? Apa jangan-jangan dia itu cemburu sama kita?" tanya Eva."Entahlah, mungkin saja dia belum siap dipoligami," jawab Fatih datar. Walau sesungguh ia juga penasaran dan ingin segera berbicara empat mata dengan Wulan."Ya udah, Mas. Kita turun yuk!" Mereka berdua pun turun menemui ibu dan Sarah di meja makan."Ciee pengantin baru…so sweet banget gandengan tangan," ledek Sarah saat mereka berdua menghampirinya di meja makan."Semoga kamu betah ya Eva, sekarang kamu sudah jadi nyonya di rumah ini. Menggantikan posisi si Wulan," cetus Bu Ratna."Oh ya Eva, uang yang kamu janjiin bagaimana? Sudah bisa di transfer sekarang kan?" Eva menoleh dan tersenyum malas kepada ibu mertuanya itu. 'Dasar mata duitan, belum sehari jadi menantu saja sudah di palak,'"Emm, jangan sekarang ya' Bu, soalnya limit ATM nya sudah melewati batas. Ibu tau sendiri kemarin Eva udah transfer banyak ke rekening ibu dan mbak Sarah,""Ibu ini apaan si? Masa teru
Fatih menggendong Sarah dan memindahkannya ke sofa. Bu Ratna bergegas mencari minyak angin dan mengolesi hidung Sarah. Namun, Sarah tak juga sadar."Aduh Fatih bagaimana ini? Sudah satu jam gak sadar juga kakakmu ini, ibu jadi cemas, kira-kira kenapa yah?""Ya udah Buk, kita bawa aja ke dokter. Siapa tau mbak Sarah bukan pingsan biasa. Soalnya tumben banget pingsan lama begini," usul Fatih. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk membawa Sarah ke rumah sakit. Selama di rumah sakit Sarah di periksa oleh beberapa Dokter. Namun, sampai saat ini Sarah belum juga sadar. Bu Ratna begitu cemas, ia benar-benar khawatir dengan Sarah. Ia takut Sarah kenapa-kenapa. Apa lagi tempo hari Sarah pernah bilang kepada ibunya jika dia meminum sisa racun yang diberikan kepada Wulan. 'Apa mungkin ini efek racun itu? Apa mungkin racun itu sudah bekerja?' Batin Bu Ratna cemas."Ibu kenapa si? Gelisah terus dari tadi?" tanya Fatih pada ibunya yang terlihat sangat cemas tak seperti biasanya."Ibu takut, Fatih.
"Maksud ibu apa? Kenapa ibu bilang ini semua karena Wulan?" tanya Fatih. "Ibu! Kenapa ibu diam saja? Ayo jawab, Bu? Apa maksud ibu bilang seperti itu?" "I-ibu salah ngomong, Fatih. Ma-maksud ibu bukan k-karena Wulan, maksud ibu … " ucap Bu Ratna terjeda."Apa maksud ibu?" Fatih menatap ibunya penuh curiga."Ah, sudahlah Fatih, tidak usah dibahas lagi, lebih baik sekarang kita fokus saja pada Kakakmu, kita cari solusi biar dia cepet siuman," sahut Bu Ratna mengalihkan percakapan. Fatih terdiam, ia yakin ada yang tidak beres dengan ibunya. 'Ibu pasti merahasiakan sesuatu dariku, aku yakin' ini pasti ada hubungannya dengan Wulan,' batin Fatih menduga-duga.***Satu minggu sudah Sarah di rawat di rumah sakit, Dokter sudah menyampaikan bahwa Sarah akan lumpuh, terutama pada bagian wajah, kaki dan tangan, untuk saat ini ia harus menggunakan kursi roda karena Sarah dipastikan tidak akan bisa jalan. Tangan dan wajah pun mengalami kelumpuhan yang menyebabkan ia tidak akan bisa bicara karena
Setelah Dokter mengumumkan kehamilan Eva, Bu Ratna terus saja mencemooh Wulan. Tiap hari Wulan akan dibanding-bandingkan dengan menantu kesayangannya itu. Bu Ratna memperlakukan Eva seperti ratu, apapun yang Eva suruh Bu Ratna akan senang hati melakukannya. "Mas, aku mau mangga muda dong, tolong suruh si Wulan atau ibu yang beliin," rengek Eva manja."Tapi ini kan sudah malam Eva, mana ada toko yang buka jam segini," sahut Fatih yang sedang memijat kaki istri mudanya itu. Pria itu melihat jam yang menempel di tembok sudah menunjukan pukul dua belas malam."Tapi Mas, aku maunya sekarang! Cepet bagunin Wulan suruh beli,""Ya sudah, biar Mas aja yang beli,""Gak mau! Aku maunya Wulan yang beli!" "Aduh Eva, kamu jangan aneh-aneh deh, ini kan sudah malam, lagian Wulan nggak bisa bawa mobil. Mana mungkin aku suruh dia keluar nyari mangga," "Dia kan bisa naik ojol, Mas, pokoknya aku nggak mau tau. Aku pingin makan mangga yang di belikan Wulan, titik!" ucap Eva tak mau di bantah.Dengan be
***Pagi hari"Wulan! Kamu lagi apa sih? Cepet sini, lama banget!" teriak Bu Ratna memanggil Wulan."Wulan kamu budek apa gimana sih? Cepet turun!" lagi Bu Ratna berteriak tapi Wulan tidak peduli."Ada apa sih bu, teriak-teriak terus dari tadi?" Fatih turun dan menghampiri ibunya."Ini lo, Fatih, si Wulan dipanggil dari tadi gak turun-turun, sampe capek ibu teriak," ucap Bu Ratna kesal."Memangnya ibu mau ngapain nyari Wulan?" "Ini lho, pampers nya Kakakmu belum di ganti, ibu mau nyuruh si Wulan untuk gantiin,""Kenapa gak ibu aja si' Bu yang ganti, kenapa harus nyuruh Wulan?""Biar si benalu itu ada gunanya! Nggak cuma numpang makan dan tidur doang! Dia itu harus tau diri, udah numpang hidup' masa iya nggak mau bantu," celoteh Bu Ratna panjang lebar."Udah ah, ibu mau sarapan dulu! Ntar kamu suruh tuh istrimu yang parasit itu urus Kakakmu!" titahnya. Ia pun bergegas ke meja makan untuk sarapan bubur ayam yang dibelikan oleh Fatih.Tak lama kemudian Wulan pun turun, dengan sempoyongan