Tiga hari sudah Bu Ratna di rawat di rumah sakit elit itu. Sarah dan Fatih bergantian menjaga ibunya. "Fatih, bagaimana ini? Biaya rumah sakit ibu sudah membengkak, tapi kita belum punya uang untuk membayarnya," ucap Sarah pada adiknya."Fatih juga bingung Mbak, Fatih juga nggak punya uang,""Jalan satu-satunya adalah Eva. Hanya dia yang bisa bantu kita, kamu harus segera menikahinya, setelah itu kita akan aman. Mbak tidak mau jadi gembel, Fatih! Kalau sampai rumah itu disini kita mau tinggal dimana? Memangnya kamu yakin Wulan masih mau menerima kamu jika kamu tidak punya tempat tinggal dan jadi gembel? Wulan itu kan cantik, dia bisa saja cari laki-laki lain yang lebih kaya, daripada harus hidup menderita sama kamu," ucap Sarah sengaja mengompori Fatih."Kamu ingat kan' saat kita jalan-jalan ke Yogya dulu? Banyak pria yang mengira Wulan itu masih gadis, mereka bahkan berani meminta nomor hape Wulan di depan kita, di depan kamu juga. Masa kamu lupa?" 'Bener juga kata mbak Sarah, Wula
••••Pagi hariSuasana di rumah Fatih nampak ramai, semua orang sudah berkumpul untuk menyaksikan acara ijab kabul. Keluarga Eva pun sudah tiba, tidak banyak' hanya beberapa kerabat terdekatnya saja. Karena orang tua Eva sedang berada di luar negeri. Eva keluar dengan gaun mewah di dampingi oleh Sarah, sedangkan Fatih yang mengenakan setelan serba putih sudah lebih dulu duduk di depan penghulu. Bu Ratna tampak antusias, sepanjang acara senyum terus terukir di bibirnya. Begitupun dengan Sarah, ia selalu berada di samping Eva sebagai pendamping.Sedangkan Wulan lebih memilih pergi, ia tidak ingin melihat proses ijab kabul itu. Subuh-sebelum suaminya bangun dari peraduan, Wulan sudah lebih dulu pergi meninggalkan rumah itu menuju rumah si Mbok.Fatih mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Wulan."Dimana Wulan? Kenapa dari tadi tidak terlihat?" Batin Fatih."Bagaimana, Nak Fatih, sudah siap?" tanya Pak penghulu kepada Fatih. Pria itu pun lantas mengangguk mengiyakan.Proses ijab dan k
"Itu apa Non?" tanya si Mbok."Wulan juga tidak tau Mbok ini apa,""Kira-kira dari siapa ya' Non?""Wulan juga tidak tau,""Non Wulan ini, semua pertanyaan si Mbok di jawabnya nggak tau' nggak tau terus," ucap si Mbok kesal dengan wajah cemberut."Ya ampun Mbok…marah ni yeee.." kata Wulan terkekeh melihat raut wajah si Mbok yang sedang ngambek.Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah, Wulan penasaran ingin membuka kado yang dikirim orang tak dikenal itu. Sebuah kotak berwarna silver di dalamnya terdapat sebuah kalung berlian dengan inisial huruf W terlihat begitu mewah dan berkelas."Wahh bagus sekali kalungnya Non. Itu pasti kalung mahal," ucap Mbok Romlah takjub."Iya' Mbok, bagus banget. Kira-kira dari siapa ya Mbok? Di dalamnya juga nggak ada nama pengirimnya," balas Wulan. Tangannya mengecek kotak perhiasan itu dan mencari nama pengirimnya. Namun, sepertinya memang tidak tertera siapa yang mengirim."Pake, Non!" seru si Mbok dan langsung di iyakan oleh Wulan.Kalung berlian itu s
Bu Ratna menarik Fatih keluar dari kamar dan menyuruhnya kembali ke bawah menemui para tamu undangan.Sepanjang acara Fatih terlihat gelisah, beberapa kali ia mencoba mengirim pesan pada Wulan. [Kamu pergi kemana, Wulan? Dari tadi aku mencarimu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang? Kamu baik-baik saja' kan, Wulan?] Send.[Pulanglah! Ini rumahmu, jangan pernah pergi dari rumah ini, aku mohon][Kenapa tidak dibalas? Apa kau marah karena aku memaksamu tadi malam?][Wulan, tolong jangan membuatku khawatir, pulanglah sayang. Aku menunggumu]"Mas!" bentak Eva. "Bisa nggak si kamu jangan main hp terus? Sini hape nya!" Eva merebut benda pipih itu dari tangan Fatih."Eva' apa-apaan kau ini? kembalikan ponselku! Cepat kembalikan!""Tidak, Mas! Aku tidak akan mengembalikan ponsel ini sampai acara ini selesai,""Ayolah Eva, jangan kekanak-kanakan, kembalikan ponselku!""Aku bilang tidak' ya tidak Mas! Kalau kau maksa aku akan lempar ponsel ini!" ancam Eva. Fatih mengalah, ia tidak mau sampai ponsel
***Pagi hari di kontrakan si Mbok."Non mau pulang sekarang?" tanya Mbok Romlah pada Wulan yang terlihat sudah siap untuk pergi."Iya, Mbok. Taxi online nya masih di jalan, paling sebentar lagi juga tiba," jawab Wulan."Non yakin kuat?" tanya si Mbok cemas."Insyaallah kuat, Mbok. Wulan harus berhasil menjalankan rencana Wulan,""Memangnya kapan si Non mau mulai pura-pura hamil?" tanya Mbok Romlah penasaran."Wulan belum tau pastinya kapan, pelan tapi pasti semuanya harus berjalan sempurna. Yang jelas, Wulan ingin buktikan kepada Mas Fatih jika Ibu dan kakaknya itu pembunuh, mereka sengaja membunuh colon cucunya sendiri. Si Mbok kan tau' kalau ke persidangan itu harus punya saksi, untuk kasus itu Wulan masih bingung saksinya siapa, karena bukti pun belum terlalu kuat. Tapi sekarang, setelah ada CCTV semuanya akan terjawab. Mereka akan masuk penjara karena ulahnya," jelas Wulan panjang lebar."Semoga semuanya lancar, ya' Non,""Iya, Mbok. Aminn, kalau gitu Wulan pulang dulu ya' tuh tax
"Si Wulan itu kenapa si Mas? Ko nggak enak banget mukanya? Apa jangan-jangan dia itu cemburu sama kita?" tanya Eva."Entahlah, mungkin saja dia belum siap dipoligami," jawab Fatih datar. Walau sesungguh ia juga penasaran dan ingin segera berbicara empat mata dengan Wulan."Ya udah, Mas. Kita turun yuk!" Mereka berdua pun turun menemui ibu dan Sarah di meja makan."Ciee pengantin baru…so sweet banget gandengan tangan," ledek Sarah saat mereka berdua menghampirinya di meja makan."Semoga kamu betah ya Eva, sekarang kamu sudah jadi nyonya di rumah ini. Menggantikan posisi si Wulan," cetus Bu Ratna."Oh ya Eva, uang yang kamu janjiin bagaimana? Sudah bisa di transfer sekarang kan?" Eva menoleh dan tersenyum malas kepada ibu mertuanya itu. 'Dasar mata duitan, belum sehari jadi menantu saja sudah di palak,'"Emm, jangan sekarang ya' Bu, soalnya limit ATM nya sudah melewati batas. Ibu tau sendiri kemarin Eva udah transfer banyak ke rekening ibu dan mbak Sarah,""Ibu ini apaan si? Masa teru
Fatih menggendong Sarah dan memindahkannya ke sofa. Bu Ratna bergegas mencari minyak angin dan mengolesi hidung Sarah. Namun, Sarah tak juga sadar."Aduh Fatih bagaimana ini? Sudah satu jam gak sadar juga kakakmu ini, ibu jadi cemas, kira-kira kenapa yah?""Ya udah Buk, kita bawa aja ke dokter. Siapa tau mbak Sarah bukan pingsan biasa. Soalnya tumben banget pingsan lama begini," usul Fatih. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk membawa Sarah ke rumah sakit. Selama di rumah sakit Sarah di periksa oleh beberapa Dokter. Namun, sampai saat ini Sarah belum juga sadar. Bu Ratna begitu cemas, ia benar-benar khawatir dengan Sarah. Ia takut Sarah kenapa-kenapa. Apa lagi tempo hari Sarah pernah bilang kepada ibunya jika dia meminum sisa racun yang diberikan kepada Wulan. 'Apa mungkin ini efek racun itu? Apa mungkin racun itu sudah bekerja?' Batin Bu Ratna cemas."Ibu kenapa si? Gelisah terus dari tadi?" tanya Fatih pada ibunya yang terlihat sangat cemas tak seperti biasanya."Ibu takut, Fatih.
"Maksud ibu apa? Kenapa ibu bilang ini semua karena Wulan?" tanya Fatih. "Ibu! Kenapa ibu diam saja? Ayo jawab, Bu? Apa maksud ibu bilang seperti itu?" "I-ibu salah ngomong, Fatih. Ma-maksud ibu bukan k-karena Wulan, maksud ibu … " ucap Bu Ratna terjeda."Apa maksud ibu?" Fatih menatap ibunya penuh curiga."Ah, sudahlah Fatih, tidak usah dibahas lagi, lebih baik sekarang kita fokus saja pada Kakakmu, kita cari solusi biar dia cepet siuman," sahut Bu Ratna mengalihkan percakapan. Fatih terdiam, ia yakin ada yang tidak beres dengan ibunya. 'Ibu pasti merahasiakan sesuatu dariku, aku yakin' ini pasti ada hubungannya dengan Wulan,' batin Fatih menduga-duga.***Satu minggu sudah Sarah di rawat di rumah sakit, Dokter sudah menyampaikan bahwa Sarah akan lumpuh, terutama pada bagian wajah, kaki dan tangan, untuk saat ini ia harus menggunakan kursi roda karena Sarah dipastikan tidak akan bisa jalan. Tangan dan wajah pun mengalami kelumpuhan yang menyebabkan ia tidak akan bisa bicara karena