Langit semakin gelap, ditambah dengan rintik hujan mulai membasahi sang bentala. Seolah turut kasihan atas kemalangan dan kesedihan yang terjadi di kerajaan Cahaya hari ini. Di tengah lapangan, seorang gadis cantik berlutut lemah, memandangan kosong ke tanah. Baginya, semuanya terjadi begitu cepat.
"Atas perintah, Yang Mulia Kaisar. Seluruh keluarga kerajaan Cahaya dijatuhi hukuman mati karena berani melanggar perintah Kaisar. Putri Castarica Gene Leslie, akan menjadi keturunan terakhir yang hidup sebagai keluarga Gene Leslie," ucap seorang pria yang berdiri depan gadis tersebut. Seusai berbicara, pria mengenakan baju perang berwarna emas itu mengangkat pedangnya cukup tinggi.Semua mata yang ada di sana masih tertuju pada gadis berusia 22 tahun, bernama, Castarica Gene Leslie, putri terhormat kerajaan Isaac. Tidak ada rasa belas kasih pasa pandangan mereka, meski mereka tahu tidak lama lagi gadis malang itu menemui ajalnya dengan cara mengerikan.Castarica mengangkat wajahnya, menatap benda tajam yang akan mengambil nyawanya. Tiba-tiba tubuhnya bergejolak, marah, benci dan sedih, tubuhnya meluap seperti lava di dalam perut bumi. Dia menatap tajam pada pria di depannya, sembari mengingat kembali penderitaan yang dia dan keluarganya dapatkan."Kalian ...." Tenggorokannya tercekat, mungkin akibat terus menangis dan menjerit histeris setelah kejadian beberapa waktu yang lalu. "Kalian membunuh seluruh keluargaku. Kenapa kalian melakukan semua ini?" lanjutnya serak, lantaran kerongkongannya kering bak tanah tandus. Tangan pria itu berhenti, tidak jadi mengayunkan pedangnya. "Saya pikir, Putri Castarica, akan tetap diam sampai kematian menjemput." Pria itu menyeringai tipis, perlahan pedangnya kembali turun."Jelaskan pada saya!" pinta Castarica tegas, sorot matanya semakin tajam, sangat memaksa."Karena Anda adalah keluarga terakhir, Gene Leslie, yang masih hidup. Aku akan menjawab pertanyaanmu." Pria itu sedikit membungkuk, lalu berkata setengah berbisik, "Singkatnya, seluruh keluarga Gene Leslie adalah pengkhianat di wilayah kekuasaan Kaisar." Badannya kembali tegak setelah berkata, dengan seutas senyum sinis, lantas bangga telah mengejutkan Castarica.Mendengar jawaban pria itu, Castarica tertegun. Tubuhnya luruh bagai kehilangan penyangganya, pandangnya kembali kosong, menyiratkan arti keterkejutan dan ketidak percayaan. Sungguh Castarica tidak percayai pada apa yang baru saja pria itu ucapkan. Terlalu mustahil untuk dipercaya."Pengkhianat? Hah? Hahaha ... apa kau bercanda?" Castarica memandang pria itu sinis. "Kau pikir kerajaan siapa yang paling patuh selama ini?" ucapnya lagi, menantang jawaban pria itu.Wajah pria itu mendingin, senyum kebanggannya hilang. "Anda hanyalah perempuan manja yang tidak tahu apa-apa. Perempuan memang selalu begitu, bodoh. Apalagi soal perasaan," timpalnya datar, tapi kesan menghina dan kesal terlihat jelas."Katakan padaku bagian mana Ayahku berkhianat pada, Kaisar! Sementara Ayahku selalu patuh kepada peraturan, Kaisar, selama ini!" Castarica menjerit, meminta penjelasan, dia masih belum mengerti. Ucapan pria itu terlalu berbelit-belit.Lagi pula Castarica mengetahui seberapa berbaktinya kerajaan Cahaya pada Kaisar, selama ini ayahnya selalu patuh kepada Kaisar tanpa melakukan kesalahan sedikit pun, bahkan kepercayaan Kaisar pada Ayahnya tidak bisa disepelekan. Tidak mungkin Kaisar mengeluarkan perintah membantai seluruh keluarga Ayahnya tanpa penjelasan pasti, sementara keluarga Ayahnya tidak pernah menimbulkan masalah."Seandainya begitu." Pria melirih sinis."Apa maksudmu?" Castarica mengernyit."Apa Anda masih belum paham?" Pria itu menyeringai tipis, lantas kemudian mengganti ekspresinya simpati, seolah tengah mengasihani Castarica. "Oh, bagaimana mungkin aku lupa kalau, Putri Castarica, tidak memedulikan keluarganya. Cintanya pada suaminya lebih utama dari segalanya, sehingga tidak sadar semua perbuatannya berdampak besar pada pada keluarganya sendiri."Castarica semakin mengenyit sebab tidak mengerti. "Jangan basa-basi! Katakan saja intinya padaku!" Sungguh Castarica tidak sedang ingin mendengar pemborosan kata saat ini, dia lebih ingin mendengar fakta meski pun menyakitkan."Ah, Anda agresif sekali. Baiklah, karena kau begitu memaksa, aku akan mengatakan intinya." Sejenak pria itu terdiam, berbalik membelakangi Castarica. "Aku tidak mengerti, apakah sifat semacam itu memang tradisi yang diwarisi turun-terumurun atau tidak, atau mungkin semacam bencana kesialan. Memiliki hati yang baik di waktu yang salah, begitu lah yang terjadi pada Ayah dan ke dua Kakakmu. Mereka terlalu baik hati sebagai pemimpin, sehingga lebih mendengarkan suara rakyat dari pada diri mereka sendiri. Alhasil, begini akhir cerita keluarga bangsawan Gene Leslie."Pria itu kembali berbalik, menatap Castarica datar. "Intinya, Ayahmu berkhianat demi membela rakyatnya yang menderita," ucapnya tenang, tapi menekan.Castarica terdiam, mencerna ucapan pria itu. Setelah berhasil memahami maknanya, sesegera mungkin dia berbicara, cukup keras. "Itu tidak mungkin! Ayah dan Kakakku tidak mungkin melakukannya! Demi rakyat? Hah, bahkan Kakakku selalu menindas dan tidak peduli pada kemalangan rakyatnya."Begitulah fakta yang Castarica lihat, sejak Kakaknya--Felix--berhasil menjadi Pangeran Mahkota, sikap semakin dingin dan keras, tidak ada empati pada siapa pun, bahkan kepada Castarica pun, meski Castarica adalah adiknya.Jadi mana mungkin Felix membela rakyatnya, sementara Felix membenci rakyat yang lemah.Mustahil!Sekali lagi, dengusan keluar dari mulut pria itu. "Anda terlalu polos dan naif, Putri Castarica. Apa Anda lupa, manusia memiliki topeng masing-masing. Seperti Kakakmu, dia kejam hanya untuk mengalihkan perhatian, sementara di belakang, dia adalah sosok yang berbeda." Dia terdiam sejenak. "Aku cukup prihatin pada Anda, bahkan Kakak dan Ayah Anda tidak memberitahukan masalah, setidaknya untuk meminta solusi. Namun, tampaknya mereka tidak menganggapmu sebagai bantuan, melainkan ancaman.""Ti-tidak mungkin, kamu ...." Castarica tertegun, menunduk tak percaya, merasakan bahwa ucapan pria itu ada benarnya."Masih ada satu hal lagi. Apakah Anda tidak penasaran dari mana, Kaisar, mengatahui pengkhianatan, Raja Aland?" Pria itu kembali berbicara membuat Castarica menengadah. Castarica bungkam, belum siap menerima semua kenyataan, terlalu memukul."Marquess Ackerley, Suami Anda, sungguh manusia bertopeng. Berbakti pada, Raja Aland, sementara di belakang dia berkhianat, memberitahukan rencana, Raja Aland, pada Kaisar."​Jangan lupa komen dan beri vote 💙
Seketika semua harapan dan kepercayaan Castarica mendadak runtuh. Jika benar Ayah dan ke dua Kakaknya berencana memberontak terhadap Kaisar, maka tidak salah jika Kaisar memberikan perintah menghancurkan keluarga Gene Leslie. Pertanyaannya, kenapa? Mengapa Ayah dan ke Dua kakaknya rela melakukan semua itu hanya untuk orang-orang yang bahkan belum tentu membela atau membantu mereka ketika dalam kesulitan? Ini tidak adil. Tidak adil bagi Castarica yang telah kehilangan segalanya hanya untuk orang-orang yang tidak tahu terima kasih. Namun, terlepas dari kebenciannya pada rakyat, Castarica bahkan lebih membenci Marquess Ackerley, suaminya sendiri. Sosok yang telah membeberkan rencana Ayah dan Kakaknya kepada Kaisar. Sementara Marquess Ackerley merupakan salah satu pejabat terpercaya kerajaan Cahaya, sekaligus menantu Raja Aland, ayahnya Castarica. Namun, dengan teganya dia berkhianat pada kerjaannya sendiri. Castarica menggeleng, menampik kecurigaan d
Perlahan mata Castarica terbuka. Menatap langit-langit kamar yang terasa tidak asing baginya. Ruangan ini adalah kamarnya! Ya, sungguh kamarnya. Tunggu dulu! Bukankah dia sudah mati? Itulah yang pertama dia tanyakan pada dirinya sendiri ketika dia tersadar dengan situasinya. 'Mungkinkah ini hanya khayalanku saja?' Castarica menebak, tidak yakin jika yang dia lihat adalah realita. Faktanya, kerajaan Ayahnya telah hancur di depan matanya, Castarica tidak mungkin melupakan ingatan pahit itu. 'Atau ini surga?' Castarica menebak lagi. Tepatnya setelah itu, sebuah teriakan mengejutkan dirinya, spontan Castarica menoleh dan terkejut. "Putri Casta, telah sadar!" teriak seorang perempuan, kemudian berlari begitu saja setelah berhasil mengejutkan sang pemilik ruangan. Castarica terbelalak. "Anne?! Tu-tunggu." Berniat mengejar, dia justru mendapat serangan di kepalanya. "Ugh, kepalaku sakit sekali." Casta memegang kepalany
Castarica tidak tahu apa yang telah terjadi padanya hingga bisa hidup kembali, lebih-lebih kembali ke masa sebelum semuanya hancur menjadi puing-puing kesedihan dan penderitaan. Padahal sangat jelas saat itu kepala dan tubuh Castarica terpisah, meninggalkan rasa sakit mendalam lantaran pedang yang menebas lehernya tumpul. Seharusnya, Castarica sudah benar-benar mati, lalu mendatangi neraka menerima penghukuman atas semua perbuatannya. Bukannya Castarica tidak senang bisa hidup kembali, hanya saja bukan aneh seorang manusia biasa sepertinya bisa hidup kembali ke masa lalu? Lalu apakah dirinya telah bereinkarnasi seperti penjelasan dalam buku sejarah Sihir Kehidupan, atau Tuhan sedang memberinya satu kali kesempatan memperbaiki kesalahannya. Apa pun alasannya. Intinya, Castarica bahagia dan merasa sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan Ayah dan ke dua Kakaknya. Paling tidak, Tuhan, memberinya kesempatan untuk menebus semua kesalahannya kepada Ayah dan Kak
"Anne, aku menginginkan kue pai lagi, bisakah kau mengambilkannya untukku?" Castarica menatap Anne berbinar, terlihat sangat berharap. Entah kenapa, setelah memikirkan rencana membalas dendam terhadap keluarga Qimberly membuatnya lapar, bahkan perutnya bergejolak cukup kuat, seperti tidak pernah makan selama beberapa hari, padahal baru beberapa menit yang lalu dua piring kue pai telah habis dia lahap. Anne mengiyakan perintah Castarica, memerintah dua pelayan di belakangnya mengambil kue pai keinginan Castarica. "Kalian, ambil kue pai lagi untuk, Putri." "Baik, Anne." Serempak dua pelayan itu menjawab, membungkuk sejenak lalu pergi menjalankan tugas mereka. Anne berbalik, kembali menatap Castarica yang sedang termenung, seperti awal gadis itu datang ke taman ini, diam dan kembali memikirkan sesuatu. Sebenarnya sikap Castarica hari cukup aneh, sejak tiba di taman, Castarica lebih cenderung diam dan merenung, seperti ada masalah ya
'Meski pun begitu, tetap saja sikap, Putri, aneh.' Anne menatap Castarica lekat, masih belum sepenuhnya percaya Castarica membatalkan kunjungannya ke barak pelatihan. Bukannya Anne tidak senang dengan sikap Castarica sekarang, hanya saja, tetap terasa aneh baginya jika Castarica seperti ini, sekali lagi seperti bukan Castarica saja. "Kue?" Castarica menatap dua pelayan di belakang Anne, memberikan kode agar dua pelayan itu segera menghidangkan kue yang mereka bawah. "Ah, kue?" Anne tertegun, lantas memerintahkan dua pelayan di belakangnya menghidangkan kue pai yang mereka bawa ke meja. Perlahan perasaan Castarica mencair, melihat kue pai kesukaannya berada di depannya. Seketika dia melupakan semua tentang balas dendamnya, menghayati rasa manis asam dari kue pai yang selalu bisa memperbaiki perasaannya. 'Kue pai memang selalu bisa menghibur.' Sesuap demi sesuap terus masuk, begitu lahapnya Castarica memakan kue pai tersebut tanpa memedu
Erick telah memasuki kediaman Felix atau yang lebih akrab dengan sebutan 'Pangeran Mahkota'. Tidak lagi bersama Penasihat Rodney sebab pria banyak bicara itu sudah kembali ke istana setelah mendapat panggilan mendadak dari prajurit kiriman. Kata prajurit itu, Menteri Pembangunan ingin bertemu dengannya. Trang! "Khiat! Khiat! Khiat!" Baru saja masuk, Erick sudah disuguhkan dengan pemandangan menarik. Pemuda berstatus Pangeran Mahkota yang juga merupakan sahabat dekatnya itu tengah asik beradu pedang dengan ksatria terbaik kerajaan Cahaya. Tidak ingin mengganggu pertarungan antara murid dan guru itu, Erick memilih diam di tempatnya berdiri. Juga memerintahkan pelayan di sana untuk tidak memberitahukan kedatangannya pada majikan mereka. "Kekuatan dan ketangkasan Anda semakin meningkat, Pangeran Mahkota. Saya rasa Anda bisa memenangi pertarungan nanti," puji Lyon di tengah-tengah pertarungan. Tangannya terus bergerak cepat menangkis-balas serangan ped
Castarica berjalan cukup cepat, jelas sekali ia sedang terburu-buru, bahkan Anne yang mengikutinya tertinggal jauh di belakang, sebab saking cepatnya Castarica berjalan. Seperti sedang mengejar sesuatu. Tentu. Tentu saja Castarica sedang mengejar sesuatu, dia sedang mengejar Duke Erick yang keberadaannya sekarang entah di mana, cepat sekali hilangnya. Sembari mencari keberadaan Duke muda itu, Castarica mencoba menebak di mana kiranya Erick berada. 'Jika aku tidak salah ingat, dia datang ke kerajaan untuk melaporkan kunjungannya dari kerajaan Isaac. Mungkinkah dia mengunjungi kediaman Ayah?' Castarica terdiam sejenak, sampai akhirnya ia memutuskan memutar balik arah menuju kediaman Ayahnya, istana utama. Sepanjang jalan, raut wajah Castarica terus berkerut serius. Bagaimana mungkin tidak? Jika sudah berhubungan dengan keluarganya dan kerajaannya, Castarica pasti akan bersikap serius, apalagi jika menyangkut masa depan ke dua hal tersebut. Sekali la
"Jadi apakah ini maksudnya, Putri?" Erick menatap Castarica datar. "Tidak ada maksud apapun," balas Castarica santai. Lalu menyeruput air teh dengan tenang. Alis Erick sedikit berkerut, dia tidak percaya dengan ucapan Castarica. Meski pun gelagat Castarica terlihat tenang, seperti tidak berbohong. "Sekarang Anda bahkan terlihat tidak seperti sebelumnya? Apakah Anda menganggap semua tadi hanya sebagai permainan? Jika memang begitu, maka cari lah teman main yang lain, saya tidak berniat mengikuti permainan Anda, Putri Castarica." Erick beranjak dari kursi, tidak lagi berniat berbincang dengan Castarica. Semua sudah cukup jelas, ia tidak ingin ambil pusing memainkan peran yang tidak berguna. Melihat Erick beranjak, lekas Castarica menaruh cangkir teh ke meja. "Tunggu dulu, Duke Erick!" panggil Castarica sembari ikut beranjak, mengejar Erick yang mulai menjauh. Erick berhenti berjalan, kemudian berbalik menatap Castarica dengan
"Putri, kenapa Anda terlihat begitu puas telah membuat Duke Erick marah?" Anne menatap Castarica khawatir. Dia mengerti arti tatapan Castarica saat ini. Tampak sekali sedang bahagia. Padahal, baru beberapa waktu yang lalu Castarica telah membuat suasana terasa menegangkan. Tentu menegangkan sebab Castarica baru saja membuat Duke Erick marah. Ya, memang Duke Erick tidak menunjukkan kemarahannya, tapi aura gelap yang keluar dari tubuhnya, semua pun bisa tahu jika Duke Erick sedang marah. Castarica tersenyum tipis, lalu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya yang sedang menatap kepergian Duke Erick. "Puas? Masih belum, Anne. Aku masih belum puas." Anne tersentak. "Putri ... Anda tidak sedang berniat membuat kekacauan 'kan?" Entah kenapa Anne bisa merasakan ada aura tidak baik dari ucapan Castarica tadi. Dan kemungkinan saja akan berakibat pada kerajaan Cahaya. "Kekacauan?" Castarica beralih menatap Anne dengan alis terangkat sebelah. Lalu tiba-tiba saja
"Jadi apakah ini maksudnya, Putri?" Erick menatap Castarica datar. "Tidak ada maksud apapun," balas Castarica santai. Lalu menyeruput air teh dengan tenang. Alis Erick sedikit berkerut, dia tidak percaya dengan ucapan Castarica. Meski pun gelagat Castarica terlihat tenang, seperti tidak berbohong. "Sekarang Anda bahkan terlihat tidak seperti sebelumnya? Apakah Anda menganggap semua tadi hanya sebagai permainan? Jika memang begitu, maka cari lah teman main yang lain, saya tidak berniat mengikuti permainan Anda, Putri Castarica." Erick beranjak dari kursi, tidak lagi berniat berbincang dengan Castarica. Semua sudah cukup jelas, ia tidak ingin ambil pusing memainkan peran yang tidak berguna. Melihat Erick beranjak, lekas Castarica menaruh cangkir teh ke meja. "Tunggu dulu, Duke Erick!" panggil Castarica sembari ikut beranjak, mengejar Erick yang mulai menjauh. Erick berhenti berjalan, kemudian berbalik menatap Castarica dengan
Castarica berjalan cukup cepat, jelas sekali ia sedang terburu-buru, bahkan Anne yang mengikutinya tertinggal jauh di belakang, sebab saking cepatnya Castarica berjalan. Seperti sedang mengejar sesuatu. Tentu. Tentu saja Castarica sedang mengejar sesuatu, dia sedang mengejar Duke Erick yang keberadaannya sekarang entah di mana, cepat sekali hilangnya. Sembari mencari keberadaan Duke muda itu, Castarica mencoba menebak di mana kiranya Erick berada. 'Jika aku tidak salah ingat, dia datang ke kerajaan untuk melaporkan kunjungannya dari kerajaan Isaac. Mungkinkah dia mengunjungi kediaman Ayah?' Castarica terdiam sejenak, sampai akhirnya ia memutuskan memutar balik arah menuju kediaman Ayahnya, istana utama. Sepanjang jalan, raut wajah Castarica terus berkerut serius. Bagaimana mungkin tidak? Jika sudah berhubungan dengan keluarganya dan kerajaannya, Castarica pasti akan bersikap serius, apalagi jika menyangkut masa depan ke dua hal tersebut. Sekali la
Erick telah memasuki kediaman Felix atau yang lebih akrab dengan sebutan 'Pangeran Mahkota'. Tidak lagi bersama Penasihat Rodney sebab pria banyak bicara itu sudah kembali ke istana setelah mendapat panggilan mendadak dari prajurit kiriman. Kata prajurit itu, Menteri Pembangunan ingin bertemu dengannya. Trang! "Khiat! Khiat! Khiat!" Baru saja masuk, Erick sudah disuguhkan dengan pemandangan menarik. Pemuda berstatus Pangeran Mahkota yang juga merupakan sahabat dekatnya itu tengah asik beradu pedang dengan ksatria terbaik kerajaan Cahaya. Tidak ingin mengganggu pertarungan antara murid dan guru itu, Erick memilih diam di tempatnya berdiri. Juga memerintahkan pelayan di sana untuk tidak memberitahukan kedatangannya pada majikan mereka. "Kekuatan dan ketangkasan Anda semakin meningkat, Pangeran Mahkota. Saya rasa Anda bisa memenangi pertarungan nanti," puji Lyon di tengah-tengah pertarungan. Tangannya terus bergerak cepat menangkis-balas serangan ped
'Meski pun begitu, tetap saja sikap, Putri, aneh.' Anne menatap Castarica lekat, masih belum sepenuhnya percaya Castarica membatalkan kunjungannya ke barak pelatihan. Bukannya Anne tidak senang dengan sikap Castarica sekarang, hanya saja, tetap terasa aneh baginya jika Castarica seperti ini, sekali lagi seperti bukan Castarica saja. "Kue?" Castarica menatap dua pelayan di belakang Anne, memberikan kode agar dua pelayan itu segera menghidangkan kue yang mereka bawah. "Ah, kue?" Anne tertegun, lantas memerintahkan dua pelayan di belakangnya menghidangkan kue pai yang mereka bawa ke meja. Perlahan perasaan Castarica mencair, melihat kue pai kesukaannya berada di depannya. Seketika dia melupakan semua tentang balas dendamnya, menghayati rasa manis asam dari kue pai yang selalu bisa memperbaiki perasaannya. 'Kue pai memang selalu bisa menghibur.' Sesuap demi sesuap terus masuk, begitu lahapnya Castarica memakan kue pai tersebut tanpa memedu
"Anne, aku menginginkan kue pai lagi, bisakah kau mengambilkannya untukku?" Castarica menatap Anne berbinar, terlihat sangat berharap. Entah kenapa, setelah memikirkan rencana membalas dendam terhadap keluarga Qimberly membuatnya lapar, bahkan perutnya bergejolak cukup kuat, seperti tidak pernah makan selama beberapa hari, padahal baru beberapa menit yang lalu dua piring kue pai telah habis dia lahap. Anne mengiyakan perintah Castarica, memerintah dua pelayan di belakangnya mengambil kue pai keinginan Castarica. "Kalian, ambil kue pai lagi untuk, Putri." "Baik, Anne." Serempak dua pelayan itu menjawab, membungkuk sejenak lalu pergi menjalankan tugas mereka. Anne berbalik, kembali menatap Castarica yang sedang termenung, seperti awal gadis itu datang ke taman ini, diam dan kembali memikirkan sesuatu. Sebenarnya sikap Castarica hari cukup aneh, sejak tiba di taman, Castarica lebih cenderung diam dan merenung, seperti ada masalah ya
Castarica tidak tahu apa yang telah terjadi padanya hingga bisa hidup kembali, lebih-lebih kembali ke masa sebelum semuanya hancur menjadi puing-puing kesedihan dan penderitaan. Padahal sangat jelas saat itu kepala dan tubuh Castarica terpisah, meninggalkan rasa sakit mendalam lantaran pedang yang menebas lehernya tumpul. Seharusnya, Castarica sudah benar-benar mati, lalu mendatangi neraka menerima penghukuman atas semua perbuatannya. Bukannya Castarica tidak senang bisa hidup kembali, hanya saja bukan aneh seorang manusia biasa sepertinya bisa hidup kembali ke masa lalu? Lalu apakah dirinya telah bereinkarnasi seperti penjelasan dalam buku sejarah Sihir Kehidupan, atau Tuhan sedang memberinya satu kali kesempatan memperbaiki kesalahannya. Apa pun alasannya. Intinya, Castarica bahagia dan merasa sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan Ayah dan ke dua Kakaknya. Paling tidak, Tuhan, memberinya kesempatan untuk menebus semua kesalahannya kepada Ayah dan Kak
Perlahan mata Castarica terbuka. Menatap langit-langit kamar yang terasa tidak asing baginya. Ruangan ini adalah kamarnya! Ya, sungguh kamarnya. Tunggu dulu! Bukankah dia sudah mati? Itulah yang pertama dia tanyakan pada dirinya sendiri ketika dia tersadar dengan situasinya. 'Mungkinkah ini hanya khayalanku saja?' Castarica menebak, tidak yakin jika yang dia lihat adalah realita. Faktanya, kerajaan Ayahnya telah hancur di depan matanya, Castarica tidak mungkin melupakan ingatan pahit itu. 'Atau ini surga?' Castarica menebak lagi. Tepatnya setelah itu, sebuah teriakan mengejutkan dirinya, spontan Castarica menoleh dan terkejut. "Putri Casta, telah sadar!" teriak seorang perempuan, kemudian berlari begitu saja setelah berhasil mengejutkan sang pemilik ruangan. Castarica terbelalak. "Anne?! Tu-tunggu." Berniat mengejar, dia justru mendapat serangan di kepalanya. "Ugh, kepalaku sakit sekali." Casta memegang kepalany
Seketika semua harapan dan kepercayaan Castarica mendadak runtuh. Jika benar Ayah dan ke dua Kakaknya berencana memberontak terhadap Kaisar, maka tidak salah jika Kaisar memberikan perintah menghancurkan keluarga Gene Leslie. Pertanyaannya, kenapa? Mengapa Ayah dan ke Dua kakaknya rela melakukan semua itu hanya untuk orang-orang yang bahkan belum tentu membela atau membantu mereka ketika dalam kesulitan? Ini tidak adil. Tidak adil bagi Castarica yang telah kehilangan segalanya hanya untuk orang-orang yang tidak tahu terima kasih. Namun, terlepas dari kebenciannya pada rakyat, Castarica bahkan lebih membenci Marquess Ackerley, suaminya sendiri. Sosok yang telah membeberkan rencana Ayah dan Kakaknya kepada Kaisar. Sementara Marquess Ackerley merupakan salah satu pejabat terpercaya kerajaan Cahaya, sekaligus menantu Raja Aland, ayahnya Castarica. Namun, dengan teganya dia berkhianat pada kerjaannya sendiri. Castarica menggeleng, menampik kecurigaan d