Share

Bab 3. Dunia Khayalan

Penulis: Tia Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Yura, Youngjo, dan Sua berjalan bersama. Memang sudah menjadi kebiasaan, Youngjo menjemput Sua yang bekerja tidak jauh dari tempat Yura bekerja.

Youngjo adalah seorang polisi muda, biasanya ia pulang di sore hari setelah selesai bertugas. Sesekali Youngjo akan mampir ke minimarket sambil menunggu Sua pulang. Tak jarang pula Sua hanya pulang berdua dengan Yura jika Youngjo mendapat giliran bekerja malam. Tapi jika Youngjo dan Sua bertemu di minimarket, mau tidak mau Yura harus pulang bersama mereka.

"Yura, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Sua.

"Mmm... Tidak ada. Mungkin hanya menonton televisi dan tidur. Bagaimana dengan kalian?"

"Kami akan makan di kedai sup yang baru buka di daerah Sinchon. Sepertinya ulasannya bagus. Apa kau mau ikut?" Sua menatap Yura dengan wajah berharap.

"Mmm... Tidak. Lain kali saja. Aku harus membantu ibuku menyiapkan makan malam." Yura beralasan. Ia merasa tidak enak hati tapi ia hanya tidak mau melanjutkan tugasnya sebagai duta roda ketiga lagi hari itu.

Yura mungkin sering merasa sakit dan cemburu saat melihat Youngjo dan Sua bersama. Tapi hubungan mereka baik-baik saja. Yura menyayangi Sua seperti saudaranya sendiri karena ia selalu ada saat Yura sedang terpuruk.

Sua terlihat sedikit kecewa dengan jawaban Yura. Akhirnya sambil memandang Yura ia pun berkata, "Baiklah, kalau begitu. Berarti kita harus berpisah di sini ya. Sampai jumpa lagi besok."

"Dah, Yura!" Youngjo juga berpamitan sambil melambaikan tangannya. Yura membalasnya sambil tersenyum.

Sua dan Youngjo berjalan bergandengan meninggalkan Yura sementara Yura sendiri hanya melihat mereka dari belakang. Hah... Bagaimana bisa hatinya menahan semua perasaan sakit itu selama bertahun-tahun?

***

Yura sampai di rumahnya dan langsung melepas sepatunya.

"Aku pulang!" Yura berseru. Tidak ada yang menjawab. Sepertinya ibunya belum pulang dan adiknya sedang berada di kamar. Yura pun naik ke kamarnya dan turun lagi untuk mandi.

Setelah mandi, ia memasak ramen instan di dapur. Masih belum terlihat adanya tanda-tanda kehidupan di ruang keluarga. Ia pun membawa ramen yang sudah dimasaknya ke ruang keluarga, lalu mengambil remote dan menyalakan televisi.

Ia terus memencet tombol remote sampai menemukan acara  yang pas. Akhirnya jarinya berhenti memencet tombol saat drama Sageuk muncul di televisi. Drama Sageuk adalah drama yang mengangkat tema sejarah dan berlatar di zaman kerajaan Korea.

Adegan di televisi memperlihatkan aktris Lee Yowon yang sedang memerankan Ratu Seondeok dari Kerajaan Silla. Yura sangat menyukai drama tentang kehidupan kerajaan karena latarnya terlihat sangat megah dan pemeran-pemerannya terlihat sangat bersahaja. Keadaan yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupannya saat ini, bagaikan bumi dan langit.

"Kalau aku hidup di zaman itu, kira-kira akan jadi apa aku? Mungkin saja aku hanya akan menjadi gadis penjual sayur." Ia berbicara pada dirinya sendiri kemudian tertawa getir.

Ia menonton drama tersebut sambil menikmati ramen yang ia buat. Ia sangat terhanyut dalam ceritanya sampai-sampai terkadang ia lupa menyuapkan makanannya. Drama itu membuat imajinasinya melayang jauh dari waktunya.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan ibunya datang membawa bungkusan kantong plastik berwarna putih. Wajahnya tampak kelelahan karena hari itu pasti ia bekerja lembur.

"Ibu baru pulang?" tanya Yura kepada ibunya yang berjalan ke arah dapur.

"Ya, hari ini ramai sekali di kedai. Banyak pembeli datang di sore hari." Ibunya menjelaskan sambil mengeluarkan piring dari lemari gantung untuk menempatkan makanan yang dibawanya.

Namun tiba-tiba ia mulai mengomel, "Yura, kenapa kau tidak mencuci piring-piring kotor ini?"

"Nanti aku akan mencucinya, Bu. Tadi sepertinya Yeonsu juga habis makan dan belum mencucinya." Yura memang sengaja akan mencucinya nanti selepas ia makan. Lagipula ia sedang asyik menonton televisi.

"Aduh, kalian ini! Kenapa selalu menunggu nanti? Apakah kalian sengaja membiarkannya supaya Ibu yang mengerjakannya? Kau pikir hanya dirimu saja yang lelah setelah bekerja? Ibu juga lelah! Kau lihat saja hari ini Ibu pulang lebih malam." Ibunya mengomel sambil melanjutkan kegiatannya menata makanan di piring.

"Baik, baik. Aku akan mengerjakannya sekarang." Yura buru-buru menjawab. 

Yura merasa gerah dengan kata-kata ibunya. Telinganya seakan tidak sanggup lagi mendengar ocehan ibunya. Bukan sekali dua kali ibunya mengomel dalam seminggu, apalagi ketika ibunya itu lelah sepulang bekerja. Semua bisa menjadi sasaran empuknya. Maka dari itu, Yura pun segera meninggalkan makanannya dan menuju dapur lalu mulai mencuci piring-piring kotor satu per satu.

Selesai mencuci, ia kembali ke ruang keluarga untuk melanjutkan menonton drama dan memakan ramennya yang kini sudah dingin. Ia memandangi ramennya dengan kesal namun tetap menghabiskannya meskipun rasanya sudah tidak seenak tadi. Ia hanya tidak ingin membuang sepeserpun hasil keringatnya dan ibunya.

Terdengar pintu kamar Yeonsu yang terletak dibelakang posisi Yura duduk terbuka. Yeonsu keluar dari kamarnya hendak menuju ke kamar mandi.

"Lain kali sehabis makan, cuci piringmu sendiri!" Yura memperingatkan Yeonsu sambil matanya tetap mengarah ke televisi. Yeonsu hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya merasa bersalah. Salah lagi, salah lagi. Mungkin itu yang dikatakannya dalam batin.

Setelah drama yang ditontonnya di televisi selesai, Yura memasuki kamarnya dan merebahkan diri di kasur sambil menghela nafas panjang. Tatapan matanya kosong untuk sesaat. Tak berselang lama, diambilnya buku dongeng Cinderella yang ia punya dan mulai membacanya.

Sama halnya dengan drama Sageuk, ia sangat menyukai membaca buku dongeng. Satu judul buku dongeng bisa dibacanya berpuluh kali. Ia merasakan sebuah kepuasan saat membaca akhir yang "bahagia selamanya" di buku-buku dongeng, seolah kisah-kisah itu dapat menyembuhkan segala gundah gulananya dalam menghadapi hari yang berat.

"Pangeran dan Cinderella pun hidup bahagia selamanya...." Yura mengakhiri dongeng yang dibacanya dan tersenyum kecil.

Ia mengembalikan buku itu ke tempatnya semula dan mulai bersiap untuk tidur. Sudah dengan posisi kepalanya di atas bantal, tiba-tiba ia teringat akan pemuda yang muncul dalam mimpinya kemarin malam. Ia berpikir mungkin saja mimpi itu datang karena ia suka menonton drama dan membaca dongeng saat malam hari.

Perlahan ia pun mulai menutup matanya. Ia ingin segera tidur, siapa tahu ia bisa bertemu dengan pemuda itu lagi dalam mimpinya...

***

"Ayo bangun! Bangun! Sudah pagi! Ayo bangun! Ba-"

Yura mematikan alarm Doraemonnya. Ia pun bangun dan melakukan aktivitas pagi harinya, mandi, menggosok gigi, dan berpakaian.

Seperti hari-hari biasanya, ia menaiki bus menuju tempat kerjanya, bertemu Jinguk yang baik hati, berganti seragam di loker, dan mulai bekerja. Rasanya ia sudah seperti robot yang melakukan hal-hal yang sama setiap harinya.

Hari itu adalah hari Sabtu. Biasanya minimarket akan lebih sepi daripada hari-hari kerja karena banyak pekerja dan anak sekolah yang libur di hari itu. 

Yura melakukan pekerjaannya seperti biasa hari itu. Ia bekerja dengan baik namun tidak ada prestasi yang bisa ia banggakan dari pekerjaannya. Mungkin ada satu, yaitu kasir paling cantik. Bukannya ia merasa percaya diri dengan penampilannya, namun ia adalah satu-satunya wanita yang bekerja di situ.

Waktu terus berjalan dan hari pun berubah menjadi sore. Terdengar suara pintu minimarket terbuka.

"Selamat datang," sambut Yura seperti biasanya.

Dua orang pria paruh baya memasuki minimarket. Yang satu berambut keriting dan berkumis, yang satunya lagi memakai topi berwarna hitam dan berkulit agak coklat. Mereka langsung berjalan menuju kasir.

"Nona, apakah kau punya korek api?" tanya pria yang berambut keriting.

Tampilan mereka berantakan dengan jaket yang terlihat agak pudar warnanya. Yura merasa sedikit was-was tapi ia tetap melakukan tugasnya. Ia sudah terbiasa menghadapi pembeli-pembeli yang seperti itu, bahkan banyak yang lebih aneh lagi. 

"Ada," jawab Yura. Ia mengambil korek api yang ada di rak belakangnya dan memberikannya kepada pria berambut keriting itu. Pria itu menerimanya namun ia memegang tangan Yura dan tak melepaskannya.

"Nona, kenapa gadis secantik dirimu bekerja di tempat seperti ini?" tanya pria itu sambil menyeringai. Teman di sampingnya pun ikut menyeringai.

Yura mencoba menarik tangannya namun tidak bisa! Ia merasakan perasaan takut dan jijik di saat yang bersamaan, sementara tidak ada orang lain di sana selain dirinya dan dua orang pria itu!

Bab terkait

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 4. Toko Buku

    "Lepaskan!" teriak Yura kepada pria itu, sambil berusaha menarik kembali tangannya. Namun pria berambut keriting itu tidak mau melepaskan tangannya, sementara pria yang satunya lagi hanya tertawa sambil melihat perilaku tak pantas temannya itu. Tiba-tiba terlihat seseorang memegang lengan pria itu. Yura melihat ke arah orang tersebut. Youngjo! Ia datang tepat waktu! "Paman, tolong lepaskan tangan Nona ini!" pintanya dengan nada tegas. Kedua pria itu memandangi Youngjo dari atas sampai ke bawah. "Kau siapa?" tanya pria bertopi dengan nada meremehkan. Youngjo menggunakan tangannya yang satunya lagi untuk mengambil tanda pengenal kepolisiannya dari sakunya, dan menunjukkannya kepada mereka. Ia tidak bisa dengan mudahnya menunjukkan bahwa ia seorang polisi karena ia mengenakan pakaian biasa pada saat itu. "Lepaskan!" perintah Youngjo sambil menarik tangan pria itu. Kedua pria itu pun ketakutan dan langsung bergegas keluar dari minimarket.

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 5. Novel yang Aneh

    "Aku pulang!" Yura memasuki rumahnya membawa bungkusan buku yang tadi dibelinya. "Apakah kau sudah makan?" tanya ibunya dari dapur sambil membereskan sisa makanan di atas meja. "Tadi aku sudah makan, Bu. Youngjo dan Sua mengajakku makan di kedai dekat minimarket," jawab Yura sambil melepas sepatunya. "Ya sudah kalau begitu. Cepat ganti bajumu dan mandi!" perintah ibunya. Ia pun naik ke lantai atas menuju kamarnya. Diletakkannya kantong plastik berisi buku-buku yang dibelinya tadi di atas meja, lalu berganti pakaian dan segera mandi sebelum hari semakin malam. Selesai mandi, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Badannya terasa letih sekali. Hari itu terasa sangatlah panjang. Kemudian ia mengambil telepon selulernya dan membuka foto-foto dalam albumnya. Dilihatnya foto-foto yang menunjukkan dirinya sedang berpose bertiga bersama Youngjo dan Sua. Di dalam foto-foto itu, ia tampak sangat bahagia. "Hei Yura, sampai kapan kau ak

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 6. Aku Seorang Putri?

    Yura masih tertidur pulas sementara novel di atas mejanya menunjukkan suatu aktifitas yang sangat tidak biasa. Jam 12.00 malam itu, di dalam tidur nyenyaknya, Yura mulai bermimpi. Mimpi ataupun bukan, yang pasti semua itu terjadi saat ia sedang tertidur... Yura membuka matanya perlahan. Ia melihat pemandangan yang sangat asing di depan matanya. Ia melihat dirinya duduk di depan sebuah cermin besar. Pada awalnya ia mengira bahwa bayangan di dalam cermin itu bukanlah dirinya karena terlihat sangat cantik, tak nampak seperti dirinya yang biasanya. Tetapi setelah ia memperhatikannya sekali lagi, ternyata benar itu adalah dirinya. Di dalam cermin, terlihat ia sedang duduk mengenakan pakaian tradisional Korea (Hanbok) yang sangat indah, terdiri dari sehelai kemeja panjang (Sokgui) berlengan lebar dengan warna merah muda dilapisi dengan rompi (Jeogori) berwarna ungu dengan berbagai macam corak berwarna emas, dan rok (Chima) berwarna ungu muda. Kainnya mengkilap dan sangat h

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 7. Mimpi yang Indah

    (Dunia Novel) Semua Putri dan Pangeran duduk di tempatnya masing-masing. Ratu Munmyeong duduk di samping Raja Muyeol, dan di sebelahnya lagi duduk Selir Yeongchang yang juga merupakan ibu kandung dari Putri Yoohye, Putri Yoseok, dan Pangeran Intae. Mereka duduk saling berhadapan mengelilingi sebuah meja makan berbentuk persegi panjang. Peralatan makan yang ada di atas meja terbuat dari emas. "Baik, semuanya sudah berkumpul. Hari ini sangatlah istimewa karena Pangeran Inmun baru saja pulang dari Tiongkok setelah beberapa bulan berada di Chang'an. Kita harus berterima kasih kepada Pangeran Inmun karena telah mengabdikan dirinya sebagai perantara diplomasi untuk Kerajaan Silla dan Dinasti Tang," puji Raja Muyeol dengan wajahnya yang sangat ramah. "Terima kasih, Yang Mulia," jawab Pangeran Inmun sambil menundukkan kepalanya kepada Raja Muyeol. Pangeran Inmun memiliki keahlian yang baik sebagai seorang diplomat, keahlian yang diturunkan oleh ayahnya yang j

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 8. Jenderal Muda dan Hwarang

    Yura hari itu pulang sedikit lebih awal dari biasanya. Seperti pesan ibunya, ia harus membereskan semua pekerjaan rumah sebelum ibunya pulang dari rumah Bibi Su. Ia segera mengganti pakaiannya lalu membereskan dapur, mencuci piring-piring kotor, serta membersihkan sisa makanan adiknya. Adiknya yang bandel itu, mengetahui ibunya akan pulang lebih malam, akan menjadi lebih malas dari biasanya. Yura kemudian makan sendirian di meja makan. Ia hanya menemukan sup tahu dan kimchi di atas meja. Meskipun hanya itu yang tersisa, ia tetap memakannya karena sudah merasa sangat lapar. Sambil mengunyah makanannya itu, ia teringat kembali akan mimpi yang semalam ia alami. Masih terbayang nikmatnya sup daging yang dimakannya tadi malam. Itu adalah sup daging terenak yang pernah ia makan. Kemudian ia melihat sup tahu yang ada di depannya dan menghela nafas panjang. "Aku jadi ingin bermimpi makan makanan enak lagi malam ini," gumamanya pada diri sendiri. Selesai makan, ia pun

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 9. Cinta Pertama

    Putri Yoohye melihat Jenderal Besar Yushin dan Raja Muyeol sedang berjalan sambil bercaka-cakap, didampingi oleh beberapa Jenderal senior lainnya di belakang mereka. Saat itu Putri Yoohye sedang berada di taman sendirian, melihat ikan-ikan yang berenang kesana-kemari di dalam kolam. Tiba-tiba datang seseorang menghampirinya dari belakang. "Putri Yoohye," sapa lelaki itu dengan suaranya yang cukup berat namun bernada lembut. Putri Yoohye langsung menoleh ke arah lelaki yang memanggil namanya itu. Lelaki itu sangatlah tampan dan gagah. Ia memancarkan kharisma maskulinitas dengan kulit terangnya yang sedikit kecoklatan dengan garis wajah yang tegas dan badan yang tinggi serta tegap. Namun dari semua kesan kuat yang dimilikinya, ia memiliki pandangan mata yang memancarkan belas kasih. Lelaki itu berdiri menghadap Putri Yoohye dengan masih mengenakan seragam militernya. "Jenderal Wonjin," sapa Putri Yoohye dengan wajah bahagia. Ia merasakan kerinduan yang

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 10. Ternyata Bukan Mimpi

    Yura bangun dengan tergesa-gesa. Gara-gara tidak bisa tidur nyenyak karena perasaan yang dibawanya dari mimpi semalam, ia menjadi telat bangun. Ia bergegas mandi dan bersiap-siap, mengambil tasnya dan berjalan melewati buku novel di atas mejanya yang kini sudah dalam keadaan terbuka lagi. Ia segera berlari turun dan menuju ke dapur untuk meneguk segelas air putih, kemudian berlari ke arah rak sepatu. "Yura, kau tidak sarapan dulu?" tanya ibunya dari dapur sambil memandanginya berlari menuju ke rak sepatu. Yeonsu pun ikut memandanginya. "Tidak, Bu. Aku sudah telat," jawab Yura sambil mengenakan sepatunya. Kemudian ia berpamitan dan langsung berlari menuju ke halte bus sambil melihat jamnya. Untungnya saat ia sampai di halte bus, sebuah bus yang mengarah ke tujuannya masih berhenti. Ia pun bergegas naik. Ia duduk di barisan kedua dari belakang. Masih tertengah-tengah, ia melihat ke arah luar jendela kemudian tersenyum lebar. Walaupun hampir telat, peras

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 11. Semua yang Kuinginkan

    (Dunia Novel) Yura menjelma lagi menjadi Putri Yoohye... Putri Yoohye sedang mengenakan pakaiannya dibantu oleh salah seorang dayangnya. Dengan mengenakan pakaian bernuansa biru muda, ia berjalan ke depan cermin dengan rambut yang masih belum ditata. Tiba-tiba penjaga pintu di depan kamarnya berteriak, "Putri Yoseok datang!" Putri Yoohye yang saat itu sedang berdiri di depan cermin pun membalikkan badannya, menunggu Putri Yoseok masuk ke dalam kamarnya. Pintu kamar terbuka, dan masuklah Putri Yoseok yang sudah berdandan rapi dengan pakaiannya yang bernuansa perpaduan antara kuning dan merah muda. "Kakak!" sapa Putri Yoohye dengan senyum sumringah. "Yoohye, kau belum selesai berdandan?" tanya Putri Yoseok yang berjalan mendekati Putri Yoohye. "Belum, Kak. Aku baru saja selesai berendam," jawab Putri Yoohye. Pagi itu memang ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk berendam air hangat, merilekskan badannya. Putri Yoseok pu

Bab terbaru

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 18. Silla & Baekje

    Jenderal Wonjin dan Jenderal Philsung menunggangi kuda mereka menuju ke arah perkemahan militer yang terletak di dekat tembok gerbang Ibukota Seorabeol. Sesampainya di sana, mereka langsung masuk ke sebuah kemah terbesar di situ. Di dalamnya sudah ada para Jenderal, seorang Pungwolju (sebutan untuk pemimpin utama para Hwarang), serta beberapa Hwarang senior sedang berdiri mengelilingi berbaris dengan dipimpin oleh Jenderal Besar Yushin yang berdiri di depan. Jenderal Wonjin dan Jenderal Philsung segera bergabung bersama mereka."Pasukan Baekje menyerang perbatasan Barat. Jumlahnya sekitar 100 orang. Mereka menuju ke benteng Gajam tapi mata-mata kita di sana sudah mengetahuinya terlebih dahulu dan melaporkannya pada Wonsanghwa regional Barat," terang Jenderal Besar Yushin membuka pertemuan mereka siang itu. Wonsanghwa adalah sebutan untuk Hwarang senior, yang di bawahnya terdapat para Hwarang dan pasukan Hwarang yang disebut Nangdo."Berapakah jumlah pasukan kita di san

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 17. Tiga Kerajaan

    Malam itu, dengan keikhlasan hatinya Yura pun memutuskan untuk pasrah mengikuti apapun yang akan terjadi padanya. Ia akan mengikuti ke mana alur membawanya di dunia novel sesuai dengan takdir yang ditentukan oleh sang Penulis. Ia tidak ingin berpikir terlalu keras karena kehidupannya sendiri sudah sangatlah berat. Mulai malam itu, ia berniat melakukan "pelarian" dari dunia nyata dan mulai menikmatinya setiap malamnya.Setelah mandi dan berganti pakaian, ia beranjak ke atas tempat tidurnya dengan novel ajaib itu ada di tangannya. Ia pun memandangi sampul novel itu dalam posisinya yang sedang berbaring. Dirabanya gambar mahkota di sampul novel itu, memikirkan seandainya semua yang ia miliki di dalam dunia novel juga bisa ia miliki di dunia nyata.Ia meletakkan novel itu di atas bantal sebelah kepalanya. Badannya dimiringkan ke arah kanan, di mana novel tersebut diletakkan, lalu ia pun perlahan-lahan menutup matanya. Tak butuh waktu lama, ia pun tertidur...Jam 12.

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 16. Bawa Aku Kembali ke Silla

    Sore itu, Yura pulang berjalan kaki sendirian. Youngjo dan Sua tidak mampir ke tempatnya bekerja karena hari itu Sua libur, jadi Youngjo langsung menuju rumah Sua sepulang ia bekerja. Yura berjalan menyusuri trotoar yang cukup ramai, tapi pikirannya tidak berada di sana. Ia masih saja memikirkan lelaki tua tadi. Menurutnya hal yang dialaminya hari itu benar-benar aneh.Mungkinkah itu hanya kebetulan? Ah... sudahlah. Aku bisa benar-benar gila memikirkan banyak hal sekaligus, batinnya.Saat ia mengembalikan fokusnya ke jalanan, saat itu pulalah ia berpapasan dengan seorang lelaki muda berbadan tinggi dan tegap. Ia hanya sekilas saja melihat wajah lelaki itu dan terus melanjutkan langkahnya. Tapi tiba-tiba ia berhenti melangkah dan sejenak berpikir. Sepintas wajah lelaki yang baru saja berpapasan dengannya itu terasa tak asing, apa ia mengenalnya? Ia memang tak melihat wajah lelaki tadi dengan jelas, tapi entah mengapa ia merasa seperti mengenalnya. Ia pun berbalik badan

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 15. Paman Misterius

    Yura masuk ke dalam rumahnya kemudian langsung naik ke kamarnya di lantai atas. Ibu dan adiknya pastinya sudah tidur karena waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi. Ia pun sampai di depan pintu kamarnya. Saat hendak membuka pintunya, ia tiba-tiba merasa ragu-ragu. Ia masih merasa takut melihat novel itu lagi. Ia pun mempersiapkan dirinya sebelum akhirnya benar-benar memegang gagang pintu dan membuka pintu kamarnya. Dilihatnya novel ajaib itu masih berada di atas meja dalam posisi terbuka. Yura memang sudah tidak terkejut lagi dengan pemandangan itu. Namun ia masih merasakan ketakutan dalam dirinya. Ia tidak menyangka malam ini ia mengalami kejadian aneh itu lagi, kembali ke dunia novel, bahkan ketika ia sedang berada jauh dari novel itu sekalipun. Ia berjalan menghampiri novel tersebut dengan perlahan. Perlahan pula diraihnya novel tersebut dan diangkatnya, kemudian dibacanya bab terbaru yang tertulis di sana. Kali ini ia tidak seterkejut kemarin karena sudah

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 14. Tak Ingin Terbangun

    Youngjo dan Sua terkejut melihat Yura tiba-tiba tertidur di meja di hadapan mereka. Mereka pun berinisiatif untuk memeriksa keadaan Yura. "Yura? Yura?" panggil Youngjo pada Yura sambil menggoyangkan bahu Yura. Yura masih saja "tertidur". "Kenapa dia tiba-tiba tertidur seperti itu? Apakah dia mabuk?" tanya Sua heran. Sahabatnya itu tadi memang meminum beberapa gelas Soju. Youngjo pun mengambil botol Soju yang ada di hadapan Yura dan dilihatnya Soju dalam botol itu masih ada setengahnya. "Dia hanya meminumnya setengah. Biasanya dia tidak akan semabuk ini kan?" tanya Youngjo merasa heran. Mereka berdua pun melihat Yura sambil berpikir. "Ah, mungkin saja dia memang sedang mabuk berat. Kau dengar sendiri kan tadi dia tiba-tiba berkata 'hari ini aku sangat senang' sebelum dia tertidur. Dulu dia juga pernah mabuk berat, dan saat mabuk memang dia suka tertidur dan susah dibangunkan," terang Sua. Mereka berdua melihat ke arah Yura lagi dan menghe

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 13. Melawan Kekuatan Aneh

    (Dunia Nyata) Yura terbangun dari ketidaksadarannya. Ia perlahan-lahan mengumpulkan kesadarannya kembali dan melihat ke arah jam dinding. Jam 12.30 malam. Kemudian ia mulai tersadar secara penuh dan teringat akan novel ajaib tadi. Ia pun langsung turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah meja di kamarnya, kemudian mebuka laci tempat novel tadi disimpan. Ia mengambil novel ajaib itu dan membukanya. Dilihatnya telah tertulis beberapa halaman baru dengan judul "Bab 3" di atasnya. Ia membacanya dengan cepat untuk memastikan apakah isinya benar menggambarkan kejadian-kejadian yang dialaminya tadi ketika sedang "tertidur". Dan benar saja, di dalam novel itu digambarkan secara jelas kejadian yang dialaminya tadi. Alis Yura semakin mengernyit dan matanya melebar selama membaca halaman-halaman Bab 3 novel tersebut. Dengan pandangan matanya yang nanar karena rasa tak percaya, ia duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia pun mengusap kepalanya ke belakang dengan kedua

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 12. Kisah Jenderal dan Putri

    Pangeran Chadeuk melambai-lambaikan tangannya ke arah Putri Yoohye, memberi isyarat padanya untuk segera menghampiri mereka. Putri Yoohye pun mempercepat laju kudanya dan menghampiri para saudaranya itu, yang kini sudah berada di atas kudanya masing-masing. "Kau sudah siap?" tanya Pangeran Gaewon dari atas kudanya. "Sudah, Kakak," jawab Putri Yoohye sambil tersenyum. "Nanti di dalam hutan, kau jangan menangis ya," canda Pangeran Madeuk. "Ah, Kakak ini... kapan aku pernah menangis saat berburu? Lihat saja nanti, aku pasti bisa lebih dulu mendapatkan hasil buruan daripada Kakak," balas Putri Yoohye dengan nada bercanda. Itu memang bukan pertama kalinya ia ikut berburu. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya bahkan semenjak ayah mereka belum menjadi Raja. "Ayo kita lihat nanti siapa yang lebih dulu mendapatkan hasil buruan," goda Pangeran Madeuk. Ia tidak pernah lelah menggoda adik perempuannya itu dengan candaannya. "Baiklah, mari kita beran

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 11. Semua yang Kuinginkan

    (Dunia Novel) Yura menjelma lagi menjadi Putri Yoohye... Putri Yoohye sedang mengenakan pakaiannya dibantu oleh salah seorang dayangnya. Dengan mengenakan pakaian bernuansa biru muda, ia berjalan ke depan cermin dengan rambut yang masih belum ditata. Tiba-tiba penjaga pintu di depan kamarnya berteriak, "Putri Yoseok datang!" Putri Yoohye yang saat itu sedang berdiri di depan cermin pun membalikkan badannya, menunggu Putri Yoseok masuk ke dalam kamarnya. Pintu kamar terbuka, dan masuklah Putri Yoseok yang sudah berdandan rapi dengan pakaiannya yang bernuansa perpaduan antara kuning dan merah muda. "Kakak!" sapa Putri Yoohye dengan senyum sumringah. "Yoohye, kau belum selesai berdandan?" tanya Putri Yoseok yang berjalan mendekati Putri Yoohye. "Belum, Kak. Aku baru saja selesai berendam," jawab Putri Yoohye. Pagi itu memang ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk berendam air hangat, merilekskan badannya. Putri Yoseok pu

  • Prince from Another World (Indonesia)   Bab 10. Ternyata Bukan Mimpi

    Yura bangun dengan tergesa-gesa. Gara-gara tidak bisa tidur nyenyak karena perasaan yang dibawanya dari mimpi semalam, ia menjadi telat bangun. Ia bergegas mandi dan bersiap-siap, mengambil tasnya dan berjalan melewati buku novel di atas mejanya yang kini sudah dalam keadaan terbuka lagi. Ia segera berlari turun dan menuju ke dapur untuk meneguk segelas air putih, kemudian berlari ke arah rak sepatu. "Yura, kau tidak sarapan dulu?" tanya ibunya dari dapur sambil memandanginya berlari menuju ke rak sepatu. Yeonsu pun ikut memandanginya. "Tidak, Bu. Aku sudah telat," jawab Yura sambil mengenakan sepatunya. Kemudian ia berpamitan dan langsung berlari menuju ke halte bus sambil melihat jamnya. Untungnya saat ia sampai di halte bus, sebuah bus yang mengarah ke tujuannya masih berhenti. Ia pun bergegas naik. Ia duduk di barisan kedua dari belakang. Masih tertengah-tengah, ia melihat ke arah luar jendela kemudian tersenyum lebar. Walaupun hampir telat, peras

DMCA.com Protection Status