Dia benar-benar menancapkan pedang tajam nan tipis ke badan prajurit itu. Dengan perasaan tega, ia langsung menarik kembali pedangnya dan mengambil kunci yang terdapat di saku samping.
ARGH!"Aku tidak peduli dengan lumuran darahnya! Sebaiknya nyawanya cepat-cepat pergi, agar aku tidak ketahuan," ucap Querry dan pergi dari dalam ruang penjara.Querry cepat-cepat berjalan menuruni anak tangga yang begitu curam. Berpuluh-puluh anak tangga yang dibuat pada jaman raja ketiga di istana.Penjara bawah tanah adalah penjara yang paling ditakuti oleh semua orang. Begitu juga dengan Querry.Dirinya sangat takut dan tidak ingin berurusan dengan penjara bawah tanah. Namun, gegara ia begitu sangat kasihan dengan Bintang, itu membuatnya tidak peduli dengan rintangan yang akan menghadang nantinya."Stop! Aku harus menyamar, tapi bagaimana!" serunya dalam hati.Dirinya bersembunyi di balik dinding penjara bawah tanah. Mula-mula, ia melepas semua ikat rambut kecil yang pada awalnya tersusun rapi di rambut panjangnya.Selanjutnya, pakaian itu diganti dengan model yang berbeda agar semakin tidak dikenali."Alangkah baiknya aku mengikat rambut. Ini sangat gerah," batinnya.Tak lama kemudian, ia menampakkan diri di hadapan para algojo dan prajurit paling berenergi yang sudah disahkan untuk menjadi penjara tersebut.Dengan pakaian yang berbeda dari biasanya, ia yakin algojo dan prajurit itu tidak akan mengenalinya. Apalagi karena sekarang ia hanya menampilkan dua matanya saja. Wajahnya benar-benar ditutupi kain!"Penyusup!"Pertikaian kejam itu langsung terjadi. Querry terus-menerus mengibaskan pedangnya agar mengenai badan para algojo itu. Sayangnya tidak bisa, para algojo-algojo itu memakai pakaian berbahan dasar besi!Merasa tidak mungkin ia bisa mengalahkan para algojo yang kuat dan sakti, ia berpikiran untuk menusukkan pedangnya ke bola mata para algojo itu."Rasakan ini!" sontaknya.PRANG!"Dasar! Pedangnya jatuh!" batinnya dan sangat panik.Querry tidak punya pilihan antara kedua ini, yaitu memilih untuk pergi dan mungkin ada masalah baru muncul. Ataukah memilih melawan dan menemui Bintang secepatnya untuk meminta bantuan?Dengan penuh keterpaksaan, ia harus menghadapi tantangan yang menghadap.Walaupun tidak membawa senjata, alias dengan tangan kosong. Dirinya yakin, pasti ia bisa melawan asalkan punya kesempatan.BRAK!"Maju!""Sebentar kawan! Suara mirip dengan Putri Rexa, apa kita sedang diuji?" rasa curiga dari salah satu prajurit itu terpampang."Putri Rexa tidak mungkin bisa bela diri! Karena setahuku, seorang putri hanya ditugaskan untuk memahami, bukan berbuat!" ucap salah satu prajurit lainnya."Siapa Putri Rexa! Aku benar-benar ingin mengambil nyawanya!" ucap Querry yang berpura-pura menjadi penyusup serta tidak tahu apa-apa tentang Putri Rexa.Semoga berhasil.Kalau dipikir-pikir, ada baiknya juga ia berpura-pura tidak tahu dengan Putri Rexa yang merupakan dirinya sendiri.Cuma, beda panggilan saja.Namanya itu lengkap! Yakni "Querry Rexa" pihak istana lebih memilih memanggil dengan nama belakang daripada depan."Ini kesempatan!" batinnya.Dia meluncur berlari menuju ke terowongan yang lebih gelap ditambah menyeramkan.Tidak apa-apa, ia lebih mementingkan nyawa seseorang yang pernah menolongnya daripada nyawa dirinya sendiri.Pedang itu, masih ia pegang sehabis tadi terlempar."Bintang! Kamu di mana? Aku mencari dirimu!" serunya.Dengan kegelapan yang mengerumuni, ia seperti orang bodoh! Ini karena kakinya yang terus melangkah ke depan tanpa arah.Tiba-tiba, sebuah cahaya terpancar dari penjara pojok kiri. Ia langsung mendekati cahaya itu agar bisa menemukan ruang penjara Bintang diletakkan."Aku tidak percaya! Dia bukanlah Bintang, tetapi ... dia benar-benar—" lirihnya, ia berharap yang dilihat ini bukan sosok Bintang.Tangannya cepat-cepat memutar dan membolak-balik gembok yang ingin ia buka. Hasilnya tidak bisa! Apakah kuncinya salah?Ada satu lingkar kunci yang ia ambil tadi, tentu tidak mudah mencari mana yang pas dan cocok.GREK!"Bintang! Bintang? Apakah ini kau?" tanyanya lirih penuh rasa khawatir.Setelah mendekat, ia duduk tepat di samping sosok seorang yang dari tadi ia cari-cari.Ini adalah Bintang, badannya sudah tidak berdaya. Mulai dari detak jantung dan pernapasan yang sudah tak karuan. Darah bercucuran di mana-mana, salah satunya dari kepala dan mulut."Buka mata! Kamu belum tiada! Aku yakin...." lirih Querry.Querry membuka kain yang menutupi sebagian wajahnya tadi, lalu ia usapkan ke luka darah Bintang.Ia tidak berdaya melihat seseorang yang pernah menyelamatkannya sedang dalam kondisi memprihatinkan.Darah itu semakin merembes ke kain miliknya."Bintang, aku merasa bersalah kepadamu," lirih Querry dan mendekap tubuh Bintang."Putri? Apakah ini dirimu?" tiba-tiba pertanyaan lirih terdengar ke telinga Querry."Bintang? Iya, aku Querry. Janganlah engkau memanggilku dengan sebutan Putri Rexa. Aku tidak suka," cetus Querry."Baiklah. Apakah boleh dilepas? Tolong...." lirih Bintang dan mengakibatkan Querry berdiam diri, dingin."Bukan maksudku menyakiti hatimu yang sedang bersedih ... Querry?" imbuhnya sembari mengalihkan tangan gadis itu dari lehernya.SRAK!Querry mengarahkan pedangnya ke leher Bintang. Dia menatap tajam dan dipenuhi buaian air mata.Meskipun gelap, Bintang tahu bahwa Querry tengah menatap ke arahnya dengan penuh ketajaman.Pikiran Querry bertumpu ke pedang yang sudah menjadi miliknya. Kalau saja Bintang menolak untuk menerima semua tindakannya nanti, berarti Bintang tidaklah tulus.Namun! Kalau sebaliknya, sudah pasti ia tidak salah memilih Bintang. Dan ia yakin, Bintang adalah sosok seseorang yang sangat tulus."Aku pastikan! Pedang ini akan merenggut nyawamu sekarang!" sontak Querry dipenuhi ketajaman dan ketelitian."Silahkan, aku lebih suka mendapat hukuman mati dari seseorang yang aku cin—" lirih Bintang, dia benar-benar keceplosan."Apa?""Tidak, aku tidak—""Bilang saja yang jujur, Bintang! Aku tidak akan menyakitimu," cetus Querry sambil melempar pedangnya.Dia menangis sejadi-jadinya, setelah mendengar ucapan yang hampir memenuhi kata "Cintai" dari lisan Bintang.Merasa sedikit kecewa juga karena tangisan yang ia keluarkan ini adalah ungkapannya kepada Bintang. Tetapi ... Bintang sama sekali tidak menghapus air mata yang terus-menerus menetes dari tadi."Bintang! Tolong peduli terhadapku, aku merasa tidak kuat sekarang," batin Querry yang berkeinginan diberi perhatian dari Bintang."Kenapa kamu tidak keluar?" tanya Bintang, datar.Querry bersandar ke tembok yang ada di sebelahnya. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Kalau bukan karena Bintang, kenapa ia rela berpura-pura menjadi penyusup tadi?Kenapa lelaki lugu tidak peka? Ataukah karena grogi?Beberapa lama kemudian, ia merasakan tangan kekar itu mengelus lembut ke tangannya."Aduh ... Putri? Bisa kau tolong aku untuk—""Aaa!"Bintang merasa kesakitan.Querry segera mengusap pipinya, ia menoleh ke arah Bintang yang sedang mengelus-elus di bagian dada.Dia mendekati dan melihat sebuah garis merah melintang di dada itu. Ingat, kalau bekas garis itu adalah bekas dari tebasan keris milik Osha. Ia sangat mengenal Osha, sampai pada suatu ketika, dirinya pernah melihat Osha melawan musuh dan memberi bekas yang sama persis seperti yang ada pada Bintang."Kita harus keluar," lirihnya."Apakah kamu mempunyai kesaktian? Intinya kita bisa keluar dari sini!" lanjutnya."Kesaktian? Dari kapan aku punya kesaktian?" Bintang bertanya-tanya, aslinya ia hanya pura-pura."Bohong! Kalau seperti itu, aku rela mengandung anakmu. Bintang!"Mendengar ucapan itu, Bintang langsung mematung dan dingin.__(bersambung)__"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," Bintang berpura-pura tidak mengerti dengan hal itu."Aku ingin terkena hukuman sama sepertimu! Aku yakin, hukuman itu akan melepaskanku dari terkaman Osha. Aku lelah dikejar-kejar dia terus,"Bintang semakin banyak bertanya di benaknya sendiri. Kenapa harus berhubungan? Memang tidak ada cara lain?Meskipun Bintang termasuk seseorang yang penurut terhadap atasan, apalagi dari pihak istana.Tetapi maaf, dirinya tidak ingin berurusan dengan permasalahan menampakkan aset pribadi."Tentu aku tidak setuju Querry, marah boleh asalkan tidak membahayakan. Aku tidak tega, baiklah. Ambil pedangmu, semoga kekuatanku masih cukup," ucap Bintang, ia menyerah. Akhirnya Bintang berbicara jujur, tidak ada lowongan lagi untuknya berbohong kepada Querry. Ekspresi wajahnya seketika tajam kepada Querry, sedikit sinis juga.Sedangkan Querry, ia tidak menampakkan senyuman, melainkan cemberut. Mengambil pedang yang sudah jadi miliknya, lalu ia pun
Edars menatap dari kejauhan, dari atas sini terlihat sebuah kerumunan prajurit tengah mengikat kedua tangan dan kaki Bintang mengunakan rantai. Mereka tidak segan-segan melempari batu dan air es ke tubuh Bintang. Pertanda apakah ini?Merasa masih di dalam jalur tenang, dirinya menyadari semua yang terjadi. Tidak ada salahnya menghukum seseorang yang berani mendekati adik kesayangannya itu.Dia menoleh, pandangannya terkunci ke wajah manis yang keningnya mengerut. Begitu sakit kah? Edars menghampirinya ketika ia mendengar ucapan lirih terlontar dari kedua bibir terluka itu.Wajah Querry sendu, itu dikarenakan terlalu khawatir memikirkan Bintang. Begitu juga dengan tampilan kerut keningnya. Sudah pasti dirinya sedang menahan sakit disertai kekhwatiran."Kamu baik-baik saja?" tanya Edars sambil duduk di atas ranjang ditambah memegang tangan adiknya."Ra—ka ada di—sini? Lalu, di mana Bin—tang?" pertanyaan yang keluar dengan terputus-putus. Querry mengatur napasnya.
"Kau benar-benar terhipnotis dengannya. Buktinya mana! Aku akan menolongnya kalau kamu memberitahu siapa yang melukaimu, menyakitimu dan membuat air matamu jatuh," ucapan Edars sedang diaduk rata oleh Querry."Ini semua salah Raka! Raka yang telah terhipnotis jawaban dari prajurit bodoh itu!"Jawaban Querry membuat Edars sangat tersentak serta membekas di hatinya. Apakah selama ini dirinya salah kepada Querry?Edars memeluk erat tubuh Querry dan membiarkan air matanya jatuh ke rambut hitam pekat itu.Menyadari semuanya yang terjadi, akhirnya ia bisa tahu mana yang salah dan keliru.Dirinya yang salah! Dan pikirannya yang keliru!Sejauh ini, ia memendam semua rahasia. Kini terungkap. Ayahanda yang telah menitipkan pesan kepadanya untuk selalu menyayangi adik satu-satunya serta memberi pengertian setiap hari. Sekaligus menjadi teman untuk adiknya yang sedang kesepian.Bodoh! Dirinya sangat bodoh!"Rexa, aku salah. Ayahanda sudah bilang kepadaku, agar se
Tidak berpikir banyak lagi, Osha menuntunnya untuk bisa ke bawah. Hari yang buruk, rencana telah kacau. Sebetulnya ia emosi kepada Edars karena telah menghalangi pedang yang ingin menebas leher Bintang.Kenapa jadi salah?Namun di sisi lain, Osha beruntung karena bukan dirinya yang melakukan. Lagipula pihak kerajaan pasti akan memutuskan untuk memberi pertanggungjawaban kepada Querry, karena satu-satunya anak kandung raja dan ratu asli dari keturunan kebangsawanan."Bintang! Kamu tak apa-apa?""Osha, apakah kamu diam saja? Cepat dan tolong bukakan rantai ini,"Bukannya peduli terhadap kakaknya sendiri yang sebentar lagi dibawa ke tempat perkuburan, anehnya Querry khawatir dengan keadaan Bintang yang bisa dibilang tidak apa-apa.Tangannya membuka kain yang menutupi kedua mata Bintang, sedangkan Osha dan prajurit lainnya membuka rantai. Sesuai dengan apa yang diperintahkan.Pejabat itu harus nurut.Tidak hanya Osha yang matanya terbelalak melihat Querry
Tingkah laku Osha semakin menonjol di benak Querry. Dia tidak mengetahui tentang apa yang menimpa kepada Osha, sampai-sampai pertanyaan terkait kehidupan baru tidak keluar lagi. Alias pertanyaan dunia pernikahan, jangan sampai.Tidur adalah yang paling tepat, ia tidak bisa berbuat apa-apa meskipun ada beberapa pekerjaan yang harus diurus oleh seorang putri istana. Namun, sepertinya dia malas. Bukan begitu, tetapi lebih cenderung sakit dan masih tahap pemulihan.Tangannya terus-terusan mencengkeram erat ke perutnya. Pasti tepat di peluru menyelusup ke perutnya.Masih belum diangkat?Mana ada yang tahu, Querry lebih memilih diam dan terus merahasiakan semuanya. Dia juga berpikiran kalau Osha sedang berpura-pura baik agar kesalahan bisa tertutupi. Sayangnya, itu tidaklah mungkin. Querry cukup cerdik dan tidak pernah lupa dengan sesuatu hal apapun.****Dia membuka mata dan menggerakkan tangannya yang sedang dielus oleh seseorang.Siapa ini?Querry menata
Bintang menggeleng tidak menyangka, dia begitu bingung dan berujung takut kurang sopan. Namun ini adalah perintah. Jangan ditanya lagi, dia sebenarnya ingin membalas dengan dekapan yang menciptakan kehangatan tak abadi."Bintang!""Iya, Putri?""Aku akan ikhlas, maka berikan rasa ikhlas kepadaku,"Querry tidak tahan lagi, kenapa dunia menjadi tempat sandiwara baginya?Bau keringat? Bau ini pasti akan menempel ke badannya. Keringat khas yang sama sekali belum berakhir dari hari-hari kemarin. Sedih, namun dia sangat bangga. Sosok yang sedang ia dekap memang tak salah.Tangannya tiba-tiba bergerak, Querry berharap gerakan ini tidak kontra. Tolong jangan kontra! Tangisannya masih meluap-luap, mengerubunginya dan sangat disayangkan.Sudah berapa liter itu, Querry?Sama sekali tidak ada apa-apa, aneh! Tangan kekar itu justru sedikit mendorong tubuh Querry supaya melepas! Terlepas!"Aku pergi, aku akan membuatmu ikhlas,"Ucapan Bintang tidak hanya dari lisan d
"Kamu berkhianat, Bintang," batin Querry.Tingkah laku Querry sudah bisa dibilang gila. Sekarang dia sedang mondar-mandir melihat ke jendela. Sangat-sangat panik, hatinya tersakiti.Dia langsung berlari menuju kamar mandi, dan membersihkan diri.Di atas ranjang empuk itu, masih terbaring. Pakaiannya memanglah pakaian Bintang. Namun bentuk rupanya saja yang Osha.Ini semua benar.Dan terdapat juga yang salah.Yang benar itu adalah Bintang. Sosok lelaki mandraguna yang pasti mempunyai kesaktian pengubah bentuk rupa. Dirinya menyamar menjadi Osha. Supaya Querry bisa menjauh.Ini tidak salah bukan?Dan yang salah hanyalah cara dia berpikir. Jika diketahui betul, Bintang terlalu kejam sampai-sampai membohongi tuan Putri."Katanya janji? Kau terlalu licik, Bintang," suara itu terdengar ketika air diguyur ke badannya, Querry."Maafkan aku, aku terpaksa. Semoga Kau baik-baik saja," cetus Bintang, dilanjut menghilangkan diri.Masalah kecil ini akhirnya selesai. Bagi Querry adalah masalah yang s
"Menikah saja aku tidak sudi, Bibi bilang kebutuhan batin?" Querry bertanya sambil mengangkat satu alisnya."Ini juga perintah dari Ratu Rei, dia juga mendukung, Non," cetus Bibi Kesy.Querry menutup rapat kedua telinganya, siapa bilang Ratu Rei adalah ibunya. Bagi Querry, Ratu Rei adalah ibu tiri kedua yang dibilang licik.Membahas kematian hanya menghadirkan kesedihan. Jadi, singkat cerita, ibu kandung Querry telah tiada dibunuh musuh kerajaan waktu itu.Akhirnya Querry menghembuskan napas pasrah, dia mengusap wajahnya yang menjadi tempat mengalirnya air mata. Mencoba menenangkan hati."Bibi bunuh aku, sejatinya dunia adalah hidup dan mati. Aku memilih mati. Jadi bunuh aku sekarang!" sontak Querry dengan penuh keyakinan."Querry! Cepat kamu pergi ke balai sekarang juga. Ibu bilang, cepat terima pernikahan ini!" suara yang berasal dari pintu masuk kamar ini.Itu adalah Ratu Rei bersama tim perias pengantin.Querry bangun dari duduknya, dia melangkah ingin ke kamar mandi."Tunggu, Non
Querry yang celingak-celinguk ke arah pepohonan di mana tadi Morgan menghilang.Tiba-tiba bahu Querry ditepuk tidak terlalu keras oleh perempuan itu. Querry menampilkan senyuman dan mengangguk ramah."Apakah Kau ini ... Putri Rexa?" lontar perempuan itu setengah kaget."Putri Rexa!" seru perempuan itu dan langsung memeluk erat tubuh Querry.Di posisi itu, Querry merasa sangat-sangat senang bagai keliling dunia sampai ke kutub bertemu beruang putih. Sedikit seram juga bertemu beruang.Pokoknya Querry senang, baru kali ini dipeluk oleh sosok perempuan selain ibundanya.Pelukan hangat yang diselimuti sinar panas dari sang surya. Diiringi pula angin semilir dari arah belakang. Rambut yang terurai panjang milik perempuan itu menyeruak ke wajah manis Querry.Bukan menyeruak, lebih dikenal menepis lembut."Iya, Kamu ini ... adik sepupu Morgan ya?" tanya Querry."Kurang tepat, Putri," jawab perempuan yang belum diketahui namanya."Ini adik aku, paling suka cabai. Dia pacarnya cabai!" celetuk
Wajah Querry benar-benar kesal, dia sengaja mencubit pipi kiri Morgan demi dihargai.AAA!Morgan hanya meringis, pura-pura kesakitan. Yang paling lucu, pipinya sekarang dipenuhi bekas hitamnya arang. Querry langsung tertawa."Wajahmu ganteng banget, Gan," cetus Querry cengar-cengir."Haha, tumben. Kamu juga cantik banget, kalah sama gulali," ucap Morgan sekedar senyum."Aku kalah sama gulali?" tanya Querry sedikit serius."Iya, karena aku belum merasakan," jawab Morgan cuek."Huh! Emang aku tidak tahu," lirih Querry.Di balik wajah Morgan yang cuek, dia juga romantis. Karena mau memasak untuk Querry. Terlebih lagi masaknya dihadiri hati.Aroma sup sayur tercium oleh indra penciuman Querry. Ia yang tengah duduk di bawah pohon langsung menuju ke sumber aroma.Matanya berbinar-binar melihat sup yang sepertinya enak."Kalau boleh ya. Aku mau lamar Kau dengan harta sup sayur dan jiwa ragaku," ucap Morgan menyodorkan sendok berisi sup."Temanku, ragaku. Sup sayur itu tidak ada manfaatnya,"
"Seharusnya aku jadi prajurit," celetuk Querry."Buat apa?""Ya ... karena aku jadi Putri malahan minim pengetahuan,"Morgan auto cengengesan, dia menatap Querry dengan penuh gembira. Bagaimana tidak, dengan keberadaan Querry membuatnya tenang, damai khalayak es batu terus mencair tiba-tiba.Saking gembiranya Morgan, dia hampir jatuh menubruk Querry. Untungnya hampir dan tidak sengaja. Kalaupun terjadi nantinya juga berakhir enak.Bercanda."Kau tahu Osha?""Yah," jawab Querry malas."Dia tampan melebihi—""Melebihi Bintang? Kamu salah, Morgan,"Morgan langsung menatap malas kepada Querry, barusan mau memberi penjelasan. Kenapa tiba-tiba dipotong terus dilanjutkan dengan nyosor.Querry tidak pernah peduli, perempuan harus menang. Kalau kalah harus menentang.Itu moto asli dari Querry.Querry cepat-cepat memeluk Morgan dari belakang, dia ingin bermain. Sesekali seharusnya bermain, seorang Putri perlu kegembiraan."Lepas, Querry ... Kau ingin minta maaf? Aku tolak," ucap Morgan yang ter
"Jangan jadi bawahan, Querry," celetuk Morgan."Maksudnya?""Iya, Kau harus menjadi pemimpin. Nadimu tetap mengalir darah keturunan bangsawan," ujar Morgan.Apa yang dibilang Morgan sangatlah benar. Querry harus menyadari hal itu semua. Namanya kerajaan juga harus dipimpin keturunan Raja, itu benar. Namun Querry juga tidak bisa memaksa penduduk untuk memberi dukungan. Menjadi Putri Mahkota pasti butuh dukungan para rakyat.Berita terkait kenaikan tahta kerajaan, Querry tahu tentang berita tersebut. Sosok prajurit yang ia takuti, nanti malam sudah bisa dipanggil Raja. Mau tidak mau harus terima.Pada aslinya menaikan tahta kerajaan harus dihadiri Raja sebelumnya. Sayangnya Raja sebelum ini atau ayahanda Querry telah tiadaApa kenaikan tahta malam ini akan sah?Tidak ada yang tahu kecuali Raja sebelumnya. Sesuai dengan Kitab Xuerayl yang berisi tentang semua aturan dan hukum istana."Nanti malam kenaikan tahta," Querry bersuara memecah kesunyian.Morgan menoleh, benaknya dipenuhi pertan
"Tidak perlu, aku yang seharusnya merawat Kamu. Ini hanya keringat, bau dan asin. Kamu tidak berhak," ucap Morgan menatap kepada Querry.Anehnya, tatapan Morgan begitu tulus. Apalagi dengan posisi tangannya, tangan kiri memegang pinggang dan tangan kanan memegang kepala Querry dari belakang.Ini bahaya, Morgan dicap sebagai tersangka dalam kasus perebutan cintanya Querry dengan nomor urut tiga.Bercanda, ya."Bau, asin. Kita semua sama. Maaf apabila aku salah. Bintang memang sosok yang aku cintai dan dia adalah separuh napasku," ujar dengan jelas Querry."Seandainya ada seseorang yang menanti dirimu selain Bintang. Kamu akan menerimanya?" Morgan bertanya dengan hati-hati.Querry hanya melirik Morgan, dia langsung melepas tangannya. Hatinya tiba-tiba panas.Berapapun lamanya pelukan tadi bertahan, Querry sama sekali tidak merasa nyaman. Lebih baiknya menjauh karena itu yang membuat nyaman.Napas Querry begitu sesak, sangat ingin bersama Bintang. Dia merindukan sosok Bintang. Sangat rin
Harapan Morgan adalah ingin cepat-cepat menyembuhkan Querry. Masa sekarang jadi kacau balau cuma gegara kehadiran sang nenek."Nenek bisa buat ramuan, iya?" tanya Morgan menatap tajam."Ramuan apa?" neneknya Morgan linglung.Morgan mengendus kesal, dia duduk di samping Querry. Tangannya membelai rambut Querry dengan harapan itulah sentuhan yang membuat jiwa kembali sehat.Jangan berharap aneh-aneh.Mana bisa cuma dibelai terus siuman, itu adanya hanya di film-film keajaiban atau horor."Nenek ke belakang dulu, misal pengin dibuatkan ramuan. Kamu harus menikahinya dulu, Gan," celetuk nenek.Morgan melempar pandangan sinis dan berapi-api ke arah neneknya. Kesal sangat kejam. Menikah tidak semudah membalikkan selendang.Tak lama kemudian, Morgan bisa merasakan tangannya diraih Querry dan dipegang kuat-kuat.Morgan juga melihat Querry menangis dengan mengigau. Rasanya pengin dibelah dua hatinya ini."Bintang, jangan pergi. Aku butuh Kamu," lirih Querry."Siapa, Bintang? Maksud Querry itu
Mereka berdua berhasil keluar. Morgan memegang kedua lengan sosok misterius dengan penuh hati-hati.Dan berakhir masuk ke rumah salah satu pembantu istana, kebetulan sang pemilik rumah membolehkannya."Kau tidak apa-apa?" tanya Morgan cemas."Aduh, kita harus pergi menjauh dari wilayah ini. Sekarang juga!" cetus sosok yang belum diketahui Morgan."Iya, tapi aku tidak mau ada pelarian. Nanti kerja aku apa?" ucap Morgan, dirinya masih memperdulikan jabatan."Gampang, kita pergi dari sini," ucap sosok itu dan berdiri."Tunggu, Kau belum pulih. Darahmu masih deras, biar aku obati," ucap Morgan melarang sosok itu pergi."Tidak, lebih baik diobati setelah pergi,""Kalau itu maumu, baiklah. Ngomong-ngomong Kau ini siapa? Kenapa menolongku?" tanya Morgan menatap ke lubang topeng tersebut, terlihat dua mata hitam pekat."Aku balas budi kepadamu. Cepatlah kita harus pergi," ujar sosok tersebut dan berlari melihat keadaan dari jendela."Ke mana? Aku bingung,""Ke rumahmu atau siapa. Intinya jauh
Pintu penjara terbuka kasar. Osha mengayunkan pedangnya dan hampir saja mengenai Morgan.Untungnya Morgan sempat menghindar, akhirnya dia tidak terkena tebasan pedang.Morgan tidak tahu persis apa yang dikira-kira Osha saat ini. Bukankah kejadian tadi adalah salah Querry karena memeluknya sekaligus mengecup bibirnya?Dia ingin sekali meluruskan pemikiran Osha sebelum nanti dirinya yang kena akibatnya. Sungguh ini bagai disayat petir di atas bukit. Sakit dan kecewa.Teman bermain yang baik, ternyata berubah sikap. Morgan sangat kecewa dengan Querry."Asal Kau tahu Osha! Aku dengan Querry hanyalah teman waktu kecil. Kejadian tadi ... jangan dipikirkan! Kau salah paham!" sontak Morgan memberi penjelasan, meski sudah tahu akan gagal."Aku tidak peduli! Dia calon istriku, pagi ini. Dan nanti malam ada pelantikan Raja yang baru dan itu aku!" tegas Osha dengan penuh ekspresi sangar."Aku juga tidak peduli, Osha. Dia yang melakukannya,""Aku tidak peduli, Kau harus mati,"Tidak menunggu lama,
"Aku mencintaimu, Morgan," lirih Querry tepat pada waktunya Osha terbelalak melihatnya.Ketika seseorang itu berada di posisi Morgan, kemungkinan akan larut ke dalam dekapan itu. Berbeda dengan Morgan yang terus ingin melepas dekapan itu, namun tidak bisa juga."Morgan, bisa tenang?""Aku hanya ingin terbebas dari Osha. Mohon, kamu jangan kontra,"Harapan Querry kepada Morgan cukup aneh apabila diukur dengan akal sehat. Sayangnya Querry hanya berpura-pura, mana ada dia seenaknya saja mencium bibir orang.Osha berlari menuju mereka berdua, dia sangat murka dan tidak terima dengan semua itu. Tangannya menggunakan ajian untuk melempar keduanya ke tembok.BRAK!"Aduh, sakit banget kena kekuatan Osha. Aduh!" desah Querry setelah terhantam ke tembok."Kamu kira, saya bodoh? Cepat bawa Morgan ke penjara dan aku sendiri akan berurusan dengan Rexa!" ucap Osha dengan lantangnya.Cukup dibilang kesialan telah mendatangi Querry. Apa kira-kira yang akan terjadi apabila dirinya sekarang satu kamar