Dia benar-benar menancapkan pedang tajam nan tipis ke badan prajurit itu. Dengan perasaan tega, ia langsung menarik kembali pedangnya dan mengambil kunci yang terdapat di saku samping.
ARGH!"Aku tidak peduli dengan lumuran darahnya! Sebaiknya nyawanya cepat-cepat pergi, agar aku tidak ketahuan," ucap Querry dan pergi dari dalam ruang penjara.Querry cepat-cepat berjalan menuruni anak tangga yang begitu curam. Berpuluh-puluh anak tangga yang dibuat pada jaman raja ketiga di istana.Penjara bawah tanah adalah penjara yang paling ditakuti oleh semua orang. Begitu juga dengan Querry.Dirinya sangat takut dan tidak ingin berurusan dengan penjara bawah tanah. Namun, gegara ia begitu sangat kasihan dengan Bintang, itu membuatnya tidak peduli dengan rintangan yang akan menghadang nantinya."Stop! Aku harus menyamar, tapi bagaimana!" serunya dalam hati.Dirinya bersembunyi di balik dinding penjara bawah tanah. Mula-mula, ia melepas semua ikat rambut kecil yang pada awalnya tersusun rapi di rambut panjangnya.Selanjutnya, pakaian itu diganti dengan model yang berbeda agar semakin tidak dikenali."Alangkah baiknya aku mengikat rambut. Ini sangat gerah," batinnya.Tak lama kemudian, ia menampakkan diri di hadapan para algojo dan prajurit paling berenergi yang sudah disahkan untuk menjadi penjara tersebut.Dengan pakaian yang berbeda dari biasanya, ia yakin algojo dan prajurit itu tidak akan mengenalinya. Apalagi karena sekarang ia hanya menampilkan dua matanya saja. Wajahnya benar-benar ditutupi kain!"Penyusup!"Pertikaian kejam itu langsung terjadi. Querry terus-menerus mengibaskan pedangnya agar mengenai badan para algojo itu. Sayangnya tidak bisa, para algojo-algojo itu memakai pakaian berbahan dasar besi!Merasa tidak mungkin ia bisa mengalahkan para algojo yang kuat dan sakti, ia berpikiran untuk menusukkan pedangnya ke bola mata para algojo itu."Rasakan ini!" sontaknya.PRANG!"Dasar! Pedangnya jatuh!" batinnya dan sangat panik.Querry tidak punya pilihan antara kedua ini, yaitu memilih untuk pergi dan mungkin ada masalah baru muncul. Ataukah memilih melawan dan menemui Bintang secepatnya untuk meminta bantuan?Dengan penuh keterpaksaan, ia harus menghadapi tantangan yang menghadap.Walaupun tidak membawa senjata, alias dengan tangan kosong. Dirinya yakin, pasti ia bisa melawan asalkan punya kesempatan.BRAK!"Maju!""Sebentar kawan! Suara mirip dengan Putri Rexa, apa kita sedang diuji?" rasa curiga dari salah satu prajurit itu terpampang."Putri Rexa tidak mungkin bisa bela diri! Karena setahuku, seorang putri hanya ditugaskan untuk memahami, bukan berbuat!" ucap salah satu prajurit lainnya."Siapa Putri Rexa! Aku benar-benar ingin mengambil nyawanya!" ucap Querry yang berpura-pura menjadi penyusup serta tidak tahu apa-apa tentang Putri Rexa.Semoga berhasil.Kalau dipikir-pikir, ada baiknya juga ia berpura-pura tidak tahu dengan Putri Rexa yang merupakan dirinya sendiri.Cuma, beda panggilan saja.Namanya itu lengkap! Yakni "Querry Rexa" pihak istana lebih memilih memanggil dengan nama belakang daripada depan."Ini kesempatan!" batinnya.Dia meluncur berlari menuju ke terowongan yang lebih gelap ditambah menyeramkan.Tidak apa-apa, ia lebih mementingkan nyawa seseorang yang pernah menolongnya daripada nyawa dirinya sendiri.Pedang itu, masih ia pegang sehabis tadi terlempar."Bintang! Kamu di mana? Aku mencari dirimu!" serunya.Dengan kegelapan yang mengerumuni, ia seperti orang bodoh! Ini karena kakinya yang terus melangkah ke depan tanpa arah.Tiba-tiba, sebuah cahaya terpancar dari penjara pojok kiri. Ia langsung mendekati cahaya itu agar bisa menemukan ruang penjara Bintang diletakkan."Aku tidak percaya! Dia bukanlah Bintang, tetapi ... dia benar-benar—" lirihnya, ia berharap yang dilihat ini bukan sosok Bintang.Tangannya cepat-cepat memutar dan membolak-balik gembok yang ingin ia buka. Hasilnya tidak bisa! Apakah kuncinya salah?Ada satu lingkar kunci yang ia ambil tadi, tentu tidak mudah mencari mana yang pas dan cocok.GREK!"Bintang! Bintang? Apakah ini kau?" tanyanya lirih penuh rasa khawatir.Setelah mendekat, ia duduk tepat di samping sosok seorang yang dari tadi ia cari-cari.Ini adalah Bintang, badannya sudah tidak berdaya. Mulai dari detak jantung dan pernapasan yang sudah tak karuan. Darah bercucuran di mana-mana, salah satunya dari kepala dan mulut."Buka mata! Kamu belum tiada! Aku yakin...." lirih Querry.Querry membuka kain yang menutupi sebagian wajahnya tadi, lalu ia usapkan ke luka darah Bintang.Ia tidak berdaya melihat seseorang yang pernah menyelamatkannya sedang dalam kondisi memprihatinkan.Darah itu semakin merembes ke kain miliknya."Bintang, aku merasa bersalah kepadamu," lirih Querry dan mendekap tubuh Bintang."Putri? Apakah ini dirimu?" tiba-tiba pertanyaan lirih terdengar ke telinga Querry."Bintang? Iya, aku Querry. Janganlah engkau memanggilku dengan sebutan Putri Rexa. Aku tidak suka," cetus Querry."Baiklah. Apakah boleh dilepas? Tolong...." lirih Bintang dan mengakibatkan Querry berdiam diri, dingin."Bukan maksudku menyakiti hatimu yang sedang bersedih ... Querry?" imbuhnya sembari mengalihkan tangan gadis itu dari lehernya.SRAK!Querry mengarahkan pedangnya ke leher Bintang. Dia menatap tajam dan dipenuhi buaian air mata.Meskipun gelap, Bintang tahu bahwa Querry tengah menatap ke arahnya dengan penuh ketajaman.Pikiran Querry bertumpu ke pedang yang sudah menjadi miliknya. Kalau saja Bintang menolak untuk menerima semua tindakannya nanti, berarti Bintang tidaklah tulus.Namun! Kalau sebaliknya, sudah pasti ia tidak salah memilih Bintang. Dan ia yakin, Bintang adalah sosok seseorang yang sangat tulus."Aku pastikan! Pedang ini akan merenggut nyawamu sekarang!" sontak Querry dipenuhi ketajaman dan ketelitian."Silahkan, aku lebih suka mendapat hukuman mati dari seseorang yang aku cin—" lirih Bintang, dia benar-benar keceplosan."Apa?""Tidak, aku tidak—""Bilang saja yang jujur, Bintang! Aku tidak akan menyakitimu," cetus Querry sambil melempar pedangnya.Dia menangis sejadi-jadinya, setelah mendengar ucapan yang hampir memenuhi kata "Cintai" dari lisan Bintang.Merasa sedikit kecewa juga karena tangisan yang ia keluarkan ini adalah ungkapannya kepada Bintang. Tetapi ... Bintang sama sekali tidak menghapus air mata yang terus-menerus menetes dari tadi."Bintang! Tolong peduli terhadapku, aku merasa tidak kuat sekarang," batin Querry yang berkeinginan diberi perhatian dari Bintang."Kenapa kamu tidak keluar?" tanya Bintang, datar.Querry bersandar ke tembok yang ada di sebelahnya. Dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting. Kalau bukan karena Bintang, kenapa ia rela berpura-pura menjadi penyusup tadi?Kenapa lelaki lugu tidak peka? Ataukah karena grogi?Beberapa lama kemudian, ia merasakan tangan kekar itu mengelus lembut ke tangannya."Aduh ... Putri? Bisa kau tolong aku untuk—""Aaa!"Bintang merasa kesakitan.Querry segera mengusap pipinya, ia menoleh ke arah Bintang yang sedang mengelus-elus di bagian dada.Dia mendekati dan melihat sebuah garis merah melintang di dada itu. Ingat, kalau bekas garis itu adalah bekas dari tebasan keris milik Osha. Ia sangat mengenal Osha, sampai pada suatu ketika, dirinya pernah melihat Osha melawan musuh dan memberi bekas yang sama persis seperti yang ada pada Bintang."Kita harus keluar," lirihnya."Apakah kamu mempunyai kesaktian? Intinya kita bisa keluar dari sini!" lanjutnya."Kesaktian? Dari kapan aku punya kesaktian?" Bintang bertanya-tanya, aslinya ia hanya pura-pura."Bohong! Kalau seperti itu, aku rela mengandung anakmu. Bintang!"Mendengar ucapan itu, Bintang langsung mematung dan dingin.__(bersambung)__"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," Bintang berpura-pura tidak mengerti dengan hal itu."Aku ingin terkena hukuman sama sepertimu! Aku yakin, hukuman itu akan melepaskanku dari terkaman Osha. Aku lelah dikejar-kejar dia terus,"Bintang semakin banyak bertanya di benaknya sendiri. Kenapa harus berhubungan? Memang tidak ada cara lain?Meskipun Bintang termasuk seseorang yang penurut terhadap atasan, apalagi dari pihak istana.Tetapi maaf, dirinya tidak ingin berurusan dengan permasalahan menampakkan aset pribadi."Tentu aku tidak setuju Querry, marah boleh asalkan tidak membahayakan. Aku tidak tega, baiklah. Ambil pedangmu, semoga kekuatanku masih cukup," ucap Bintang, ia menyerah. Akhirnya Bintang berbicara jujur, tidak ada lowongan lagi untuknya berbohong kepada Querry. Ekspresi wajahnya seketika tajam kepada Querry, sedikit sinis juga.Sedangkan Querry, ia tidak menampakkan senyuman, melainkan cemberut. Mengambil pedang yang sudah jadi miliknya, lalu ia pun
Edars menatap dari kejauhan, dari atas sini terlihat sebuah kerumunan prajurit tengah mengikat kedua tangan dan kaki Bintang mengunakan rantai. Mereka tidak segan-segan melempari batu dan air es ke tubuh Bintang. Pertanda apakah ini?Merasa masih di dalam jalur tenang, dirinya menyadari semua yang terjadi. Tidak ada salahnya menghukum seseorang yang berani mendekati adik kesayangannya itu.Dia menoleh, pandangannya terkunci ke wajah manis yang keningnya mengerut. Begitu sakit kah? Edars menghampirinya ketika ia mendengar ucapan lirih terlontar dari kedua bibir terluka itu.Wajah Querry sendu, itu dikarenakan terlalu khawatir memikirkan Bintang. Begitu juga dengan tampilan kerut keningnya. Sudah pasti dirinya sedang menahan sakit disertai kekhwatiran."Kamu baik-baik saja?" tanya Edars sambil duduk di atas ranjang ditambah memegang tangan adiknya."Ra—ka ada di—sini? Lalu, di mana Bin—tang?" pertanyaan yang keluar dengan terputus-putus. Querry mengatur napasnya.
"Kau benar-benar terhipnotis dengannya. Buktinya mana! Aku akan menolongnya kalau kamu memberitahu siapa yang melukaimu, menyakitimu dan membuat air matamu jatuh," ucapan Edars sedang diaduk rata oleh Querry."Ini semua salah Raka! Raka yang telah terhipnotis jawaban dari prajurit bodoh itu!"Jawaban Querry membuat Edars sangat tersentak serta membekas di hatinya. Apakah selama ini dirinya salah kepada Querry?Edars memeluk erat tubuh Querry dan membiarkan air matanya jatuh ke rambut hitam pekat itu.Menyadari semuanya yang terjadi, akhirnya ia bisa tahu mana yang salah dan keliru.Dirinya yang salah! Dan pikirannya yang keliru!Sejauh ini, ia memendam semua rahasia. Kini terungkap. Ayahanda yang telah menitipkan pesan kepadanya untuk selalu menyayangi adik satu-satunya serta memberi pengertian setiap hari. Sekaligus menjadi teman untuk adiknya yang sedang kesepian.Bodoh! Dirinya sangat bodoh!"Rexa, aku salah. Ayahanda sudah bilang kepadaku, agar se
Tidak berpikir banyak lagi, Osha menuntunnya untuk bisa ke bawah. Hari yang buruk, rencana telah kacau. Sebetulnya ia emosi kepada Edars karena telah menghalangi pedang yang ingin menebas leher Bintang.Kenapa jadi salah?Namun di sisi lain, Osha beruntung karena bukan dirinya yang melakukan. Lagipula pihak kerajaan pasti akan memutuskan untuk memberi pertanggungjawaban kepada Querry, karena satu-satunya anak kandung raja dan ratu asli dari keturunan kebangsawanan."Bintang! Kamu tak apa-apa?""Osha, apakah kamu diam saja? Cepat dan tolong bukakan rantai ini,"Bukannya peduli terhadap kakaknya sendiri yang sebentar lagi dibawa ke tempat perkuburan, anehnya Querry khawatir dengan keadaan Bintang yang bisa dibilang tidak apa-apa.Tangannya membuka kain yang menutupi kedua mata Bintang, sedangkan Osha dan prajurit lainnya membuka rantai. Sesuai dengan apa yang diperintahkan.Pejabat itu harus nurut.Tidak hanya Osha yang matanya terbelalak melihat Querry
Tingkah laku Osha semakin menonjol di benak Querry. Dia tidak mengetahui tentang apa yang menimpa kepada Osha, sampai-sampai pertanyaan terkait kehidupan baru tidak keluar lagi. Alias pertanyaan dunia pernikahan, jangan sampai.Tidur adalah yang paling tepat, ia tidak bisa berbuat apa-apa meskipun ada beberapa pekerjaan yang harus diurus oleh seorang putri istana. Namun, sepertinya dia malas. Bukan begitu, tetapi lebih cenderung sakit dan masih tahap pemulihan.Tangannya terus-terusan mencengkeram erat ke perutnya. Pasti tepat di peluru menyelusup ke perutnya.Masih belum diangkat?Mana ada yang tahu, Querry lebih memilih diam dan terus merahasiakan semuanya. Dia juga berpikiran kalau Osha sedang berpura-pura baik agar kesalahan bisa tertutupi. Sayangnya, itu tidaklah mungkin. Querry cukup cerdik dan tidak pernah lupa dengan sesuatu hal apapun.****Dia membuka mata dan menggerakkan tangannya yang sedang dielus oleh seseorang.Siapa ini?Querry menata
Bintang menggeleng tidak menyangka, dia begitu bingung dan berujung takut kurang sopan. Namun ini adalah perintah. Jangan ditanya lagi, dia sebenarnya ingin membalas dengan dekapan yang menciptakan kehangatan tak abadi."Bintang!""Iya, Putri?""Aku akan ikhlas, maka berikan rasa ikhlas kepadaku,"Querry tidak tahan lagi, kenapa dunia menjadi tempat sandiwara baginya?Bau keringat? Bau ini pasti akan menempel ke badannya. Keringat khas yang sama sekali belum berakhir dari hari-hari kemarin. Sedih, namun dia sangat bangga. Sosok yang sedang ia dekap memang tak salah.Tangannya tiba-tiba bergerak, Querry berharap gerakan ini tidak kontra. Tolong jangan kontra! Tangisannya masih meluap-luap, mengerubunginya dan sangat disayangkan.Sudah berapa liter itu, Querry?Sama sekali tidak ada apa-apa, aneh! Tangan kekar itu justru sedikit mendorong tubuh Querry supaya melepas! Terlepas!"Aku pergi, aku akan membuatmu ikhlas,"Ucapan Bintang tidak hanya dari lisan d
"Kamu berkhianat, Bintang," batin Querry.Tingkah laku Querry sudah bisa dibilang gila. Sekarang dia sedang mondar-mandir melihat ke jendela. Sangat-sangat panik, hatinya tersakiti.Dia langsung berlari menuju kamar mandi, dan membersihkan diri.Di atas ranjang empuk itu, masih terbaring. Pakaiannya memanglah pakaian Bintang. Namun bentuk rupanya saja yang Osha.Ini semua benar.Dan terdapat juga yang salah.Yang benar itu adalah Bintang. Sosok lelaki mandraguna yang pasti mempunyai kesaktian pengubah bentuk rupa. Dirinya menyamar menjadi Osha. Supaya Querry bisa menjauh.Ini tidak salah bukan?Dan yang salah hanyalah cara dia berpikir. Jika diketahui betul, Bintang terlalu kejam sampai-sampai membohongi tuan Putri."Katanya janji? Kau terlalu licik, Bintang," suara itu terdengar ketika air diguyur ke badannya, Querry."Maafkan aku, aku terpaksa. Semoga Kau baik-baik saja," cetus Bintang, dilanjut menghilangkan diri.Masalah kecil ini akhirnya selesai. Bagi Querry adalah masalah yang s
"Menikah saja aku tidak sudi, Bibi bilang kebutuhan batin?" Querry bertanya sambil mengangkat satu alisnya."Ini juga perintah dari Ratu Rei, dia juga mendukung, Non," cetus Bibi Kesy.Querry menutup rapat kedua telinganya, siapa bilang Ratu Rei adalah ibunya. Bagi Querry, Ratu Rei adalah ibu tiri kedua yang dibilang licik.Membahas kematian hanya menghadirkan kesedihan. Jadi, singkat cerita, ibu kandung Querry telah tiada dibunuh musuh kerajaan waktu itu.Akhirnya Querry menghembuskan napas pasrah, dia mengusap wajahnya yang menjadi tempat mengalirnya air mata. Mencoba menenangkan hati."Bibi bunuh aku, sejatinya dunia adalah hidup dan mati. Aku memilih mati. Jadi bunuh aku sekarang!" sontak Querry dengan penuh keyakinan."Querry! Cepat kamu pergi ke balai sekarang juga. Ibu bilang, cepat terima pernikahan ini!" suara yang berasal dari pintu masuk kamar ini.Itu adalah Ratu Rei bersama tim perias pengantin.Querry bangun dari duduknya, dia melangkah ingin ke kamar mandi."Tunggu, Non