Edars menatap dari kejauhan, dari atas sini terlihat sebuah kerumunan prajurit tengah mengikat kedua tangan dan kaki Bintang mengunakan rantai. Mereka tidak segan-segan melempari batu dan air es ke tubuh Bintang. Pertanda apakah ini?
Merasa masih di dalam jalur tenang, dirinya menyadari semua yang terjadi. Tidak ada salahnya menghukum seseorang yang berani mendekati adik kesayangannya itu.Dia menoleh, pandangannya terkunci ke wajah manis yang keningnya mengerut. Begitu sakit kah? Edars menghampirinya ketika ia mendengar ucapan lirih terlontar dari kedua bibir terluka itu.Wajah Querry sendu, itu dikarenakan terlalu khawatir memikirkan Bintang. Begitu juga dengan tampilan kerut keningnya. Sudah pasti dirinya sedang menahan sakit disertai kekhwatiran."Kamu baik-baik saja?" tanya Edars sambil duduk di atas ranjang ditambah memegang tangan adiknya."Ra—ka ada di—sini? Lalu, di mana Bin—tang?" pertanyaan yang keluar dengan terputus-putus. Querry mengatur napasnya."Apa yang kamu inginkan dari dia! Kau lebih mementingkan dia, daripada aku? Daripada dirimu sendiri?" cetus Edars sembari mengusap buaian air mata di pipi adiknya."Bintang baik-baik saja?" tanya lirih Querry."Kamu sudah mengganti jawaban menjadi pertanyaan. Kamu menyalin pertanyaan dariku? Bodoh!" ucap Edars kelihatan marah."Bintang baik-baik saja?""Dia hanya lelaki yang ingin menghapus masa depanmu,""Raka ... Bintang—""Sudahlah! Apa manfaat dari menyebut dari dua nama itu!" Edars menggerutu sangat kesal."Aku mencintai seseorang dari dua nama ini," jawab Querry lirih, seakan-akan tubuhnya ikut campur.Querry menyingkirkan selimut dan dia ingin duduk. Tidak kuat rasanya, kedua tangannya bisa menopang tubuhnya untuk duduk. Sampai pada saatnya ada sebuah tangan kekar menarik tubuhnya untuk mendekap.Ini bau badan Edars, kakaknya sendiri. Di dunia yang gelap dan dipenuhi bayang-bayang wajah orang jahat ... di situlah ada Edars yang memberi penerang. Menjadi penghibur dan penolong. Ini yang ia suka.Di manapun pasti ia akan ditemani sosok seorang kakak paling peduli itu."Raka! Di mana Bintang! Jangan bilang kalau dia sudah tiada. Aku tidak kuat, badanku lemas. Raka!" ucap Querry dengan sepenuh harapan, ia mengeluarkan semua suaranya. Sampai-sampai kemungkinan terdengar ke luar kamar."Dia? Benarkah kamu mencintainya? Lalu, apa bedanya dengan diriku?" tanya Edars, sepasang bibirnya mencium kening adiknya."Raka tetaplah Raka! Bintang tetaplah Bintang!" Querry memukuli dada kakaknya."Raka ... tolong beri aku kesempatan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi," lirih Querry, lagi-lagi tangisannya diluapkan kepada kakaknya."Aku siap mendengarkan. Aku tidak mau kehilangan sosok perempuan yang ada di dekapanku ini. Ayahanda sudah pergi, Querry...." ucap Edars dengan nada datar dan dingin, tangannya tak kuasa menahan tubuh perempuan kecil ini."Sedihku bertubi-tubi, Raka! Orang bodoh! Raka bodoh! Mengucapkan kata-kata yang tidak tepat waktunya. Astaga," sontak Querry, bicaranya memang keras tapi berakhir tangisan tanpa arah.Dirinya sedih, tangisannya itu memang buat siapa? Kenapa sebegitunya sedih?Dia merasa kikuk dengan tangisannya, kedua tangannya terus memukuli bidang dada perkasa itu. Terus dipukuli, sampai pada akhirnya dia termenung sejenak sembari melingkarkan lengannya ke leher jenjang milik kakaknya sendiri.Air mata itu sangat ajaib, karena ia bukan menangis karena kehilangan sosok ayah. Melainkan karena sakit hati, penyebabnya ada pada Bintang.Dirinya takut kalau mata ini menangisi sosok Bintang yang gagah perkasa telah menolongnya."Bicaralah, bicara itu gratis. Sayang...." ucap Edars, seperti menggoda perempuan yang sudah siap dijamaah.Querry bersikap biasa-biasa saja, ia tidak merasa canggung dengan panggilan "Sayang" karena ia menyadari kalau ini adalah kakaknya. Bukan Bintang."Aku menyesal, karena pada saat itu aku memberi lowongan bicara untuk Bintang. Seharusnya, pada waktu itu aku yang menjelaskannya kepada Raka!" ucap Querry yang berujung membentak."Diam, Raka!""Sosok lelaki yang ingin menghapus masa depanku bukanlah Bintang. Bintang orang yang baik dan perkasa. Sekali lagi, bukan Bintang pelakunya!" sontak Querry melanjutkan penjelasannya."Lalu? Dia cuma jadi patokan?" Edars melirik sedikit sinis.__(bersambung)__"Kau benar-benar terhipnotis dengannya. Buktinya mana! Aku akan menolongnya kalau kamu memberitahu siapa yang melukaimu, menyakitimu dan membuat air matamu jatuh," ucapan Edars sedang diaduk rata oleh Querry."Ini semua salah Raka! Raka yang telah terhipnotis jawaban dari prajurit bodoh itu!"Jawaban Querry membuat Edars sangat tersentak serta membekas di hatinya. Apakah selama ini dirinya salah kepada Querry?Edars memeluk erat tubuh Querry dan membiarkan air matanya jatuh ke rambut hitam pekat itu.Menyadari semuanya yang terjadi, akhirnya ia bisa tahu mana yang salah dan keliru.Dirinya yang salah! Dan pikirannya yang keliru!Sejauh ini, ia memendam semua rahasia. Kini terungkap. Ayahanda yang telah menitipkan pesan kepadanya untuk selalu menyayangi adik satu-satunya serta memberi pengertian setiap hari. Sekaligus menjadi teman untuk adiknya yang sedang kesepian.Bodoh! Dirinya sangat bodoh!"Rexa, aku salah. Ayahanda sudah bilang kepadaku, agar se
Tidak berpikir banyak lagi, Osha menuntunnya untuk bisa ke bawah. Hari yang buruk, rencana telah kacau. Sebetulnya ia emosi kepada Edars karena telah menghalangi pedang yang ingin menebas leher Bintang.Kenapa jadi salah?Namun di sisi lain, Osha beruntung karena bukan dirinya yang melakukan. Lagipula pihak kerajaan pasti akan memutuskan untuk memberi pertanggungjawaban kepada Querry, karena satu-satunya anak kandung raja dan ratu asli dari keturunan kebangsawanan."Bintang! Kamu tak apa-apa?""Osha, apakah kamu diam saja? Cepat dan tolong bukakan rantai ini,"Bukannya peduli terhadap kakaknya sendiri yang sebentar lagi dibawa ke tempat perkuburan, anehnya Querry khawatir dengan keadaan Bintang yang bisa dibilang tidak apa-apa.Tangannya membuka kain yang menutupi kedua mata Bintang, sedangkan Osha dan prajurit lainnya membuka rantai. Sesuai dengan apa yang diperintahkan.Pejabat itu harus nurut.Tidak hanya Osha yang matanya terbelalak melihat Querry
Tingkah laku Osha semakin menonjol di benak Querry. Dia tidak mengetahui tentang apa yang menimpa kepada Osha, sampai-sampai pertanyaan terkait kehidupan baru tidak keluar lagi. Alias pertanyaan dunia pernikahan, jangan sampai.Tidur adalah yang paling tepat, ia tidak bisa berbuat apa-apa meskipun ada beberapa pekerjaan yang harus diurus oleh seorang putri istana. Namun, sepertinya dia malas. Bukan begitu, tetapi lebih cenderung sakit dan masih tahap pemulihan.Tangannya terus-terusan mencengkeram erat ke perutnya. Pasti tepat di peluru menyelusup ke perutnya.Masih belum diangkat?Mana ada yang tahu, Querry lebih memilih diam dan terus merahasiakan semuanya. Dia juga berpikiran kalau Osha sedang berpura-pura baik agar kesalahan bisa tertutupi. Sayangnya, itu tidaklah mungkin. Querry cukup cerdik dan tidak pernah lupa dengan sesuatu hal apapun.****Dia membuka mata dan menggerakkan tangannya yang sedang dielus oleh seseorang.Siapa ini?Querry menata
Bintang menggeleng tidak menyangka, dia begitu bingung dan berujung takut kurang sopan. Namun ini adalah perintah. Jangan ditanya lagi, dia sebenarnya ingin membalas dengan dekapan yang menciptakan kehangatan tak abadi."Bintang!""Iya, Putri?""Aku akan ikhlas, maka berikan rasa ikhlas kepadaku,"Querry tidak tahan lagi, kenapa dunia menjadi tempat sandiwara baginya?Bau keringat? Bau ini pasti akan menempel ke badannya. Keringat khas yang sama sekali belum berakhir dari hari-hari kemarin. Sedih, namun dia sangat bangga. Sosok yang sedang ia dekap memang tak salah.Tangannya tiba-tiba bergerak, Querry berharap gerakan ini tidak kontra. Tolong jangan kontra! Tangisannya masih meluap-luap, mengerubunginya dan sangat disayangkan.Sudah berapa liter itu, Querry?Sama sekali tidak ada apa-apa, aneh! Tangan kekar itu justru sedikit mendorong tubuh Querry supaya melepas! Terlepas!"Aku pergi, aku akan membuatmu ikhlas,"Ucapan Bintang tidak hanya dari lisan d
"Kamu berkhianat, Bintang," batin Querry.Tingkah laku Querry sudah bisa dibilang gila. Sekarang dia sedang mondar-mandir melihat ke jendela. Sangat-sangat panik, hatinya tersakiti.Dia langsung berlari menuju kamar mandi, dan membersihkan diri.Di atas ranjang empuk itu, masih terbaring. Pakaiannya memanglah pakaian Bintang. Namun bentuk rupanya saja yang Osha.Ini semua benar.Dan terdapat juga yang salah.Yang benar itu adalah Bintang. Sosok lelaki mandraguna yang pasti mempunyai kesaktian pengubah bentuk rupa. Dirinya menyamar menjadi Osha. Supaya Querry bisa menjauh.Ini tidak salah bukan?Dan yang salah hanyalah cara dia berpikir. Jika diketahui betul, Bintang terlalu kejam sampai-sampai membohongi tuan Putri."Katanya janji? Kau terlalu licik, Bintang," suara itu terdengar ketika air diguyur ke badannya, Querry."Maafkan aku, aku terpaksa. Semoga Kau baik-baik saja," cetus Bintang, dilanjut menghilangkan diri.Masalah kecil ini akhirnya selesai. Bagi Querry adalah masalah yang s
"Menikah saja aku tidak sudi, Bibi bilang kebutuhan batin?" Querry bertanya sambil mengangkat satu alisnya."Ini juga perintah dari Ratu Rei, dia juga mendukung, Non," cetus Bibi Kesy.Querry menutup rapat kedua telinganya, siapa bilang Ratu Rei adalah ibunya. Bagi Querry, Ratu Rei adalah ibu tiri kedua yang dibilang licik.Membahas kematian hanya menghadirkan kesedihan. Jadi, singkat cerita, ibu kandung Querry telah tiada dibunuh musuh kerajaan waktu itu.Akhirnya Querry menghembuskan napas pasrah, dia mengusap wajahnya yang menjadi tempat mengalirnya air mata. Mencoba menenangkan hati."Bibi bunuh aku, sejatinya dunia adalah hidup dan mati. Aku memilih mati. Jadi bunuh aku sekarang!" sontak Querry dengan penuh keyakinan."Querry! Cepat kamu pergi ke balai sekarang juga. Ibu bilang, cepat terima pernikahan ini!" suara yang berasal dari pintu masuk kamar ini.Itu adalah Ratu Rei bersama tim perias pengantin.Querry bangun dari duduknya, dia melangkah ingin ke kamar mandi."Tunggu, Non
"Aku mencintaimu, Morgan," lirih Querry tepat pada waktunya Osha terbelalak melihatnya.Ketika seseorang itu berada di posisi Morgan, kemungkinan akan larut ke dalam dekapan itu. Berbeda dengan Morgan yang terus ingin melepas dekapan itu, namun tidak bisa juga."Morgan, bisa tenang?""Aku hanya ingin terbebas dari Osha. Mohon, kamu jangan kontra,"Harapan Querry kepada Morgan cukup aneh apabila diukur dengan akal sehat. Sayangnya Querry hanya berpura-pura, mana ada dia seenaknya saja mencium bibir orang.Osha berlari menuju mereka berdua, dia sangat murka dan tidak terima dengan semua itu. Tangannya menggunakan ajian untuk melempar keduanya ke tembok.BRAK!"Aduh, sakit banget kena kekuatan Osha. Aduh!" desah Querry setelah terhantam ke tembok."Kamu kira, saya bodoh? Cepat bawa Morgan ke penjara dan aku sendiri akan berurusan dengan Rexa!" ucap Osha dengan lantangnya.Cukup dibilang kesialan telah mendatangi Querry. Apa kira-kira yang akan terjadi apabila dirinya sekarang satu kamar
Pintu penjara terbuka kasar. Osha mengayunkan pedangnya dan hampir saja mengenai Morgan.Untungnya Morgan sempat menghindar, akhirnya dia tidak terkena tebasan pedang.Morgan tidak tahu persis apa yang dikira-kira Osha saat ini. Bukankah kejadian tadi adalah salah Querry karena memeluknya sekaligus mengecup bibirnya?Dia ingin sekali meluruskan pemikiran Osha sebelum nanti dirinya yang kena akibatnya. Sungguh ini bagai disayat petir di atas bukit. Sakit dan kecewa.Teman bermain yang baik, ternyata berubah sikap. Morgan sangat kecewa dengan Querry."Asal Kau tahu Osha! Aku dengan Querry hanyalah teman waktu kecil. Kejadian tadi ... jangan dipikirkan! Kau salah paham!" sontak Morgan memberi penjelasan, meski sudah tahu akan gagal."Aku tidak peduli! Dia calon istriku, pagi ini. Dan nanti malam ada pelantikan Raja yang baru dan itu aku!" tegas Osha dengan penuh ekspresi sangar."Aku juga tidak peduli, Osha. Dia yang melakukannya,""Aku tidak peduli, Kau harus mati,"Tidak menunggu lama,