Beranda / Fantasi / Prince Love Maze / Seuntai Peribahasa

Share

Seuntai Peribahasa

Edars menatap dari kejauhan, dari atas sini terlihat sebuah kerumunan prajurit tengah mengikat kedua tangan dan kaki Bintang mengunakan rantai. Mereka tidak segan-segan melempari batu dan air es ke tubuh Bintang. Pertanda apakah ini?

Merasa masih di dalam jalur tenang, dirinya menyadari semua yang terjadi. Tidak ada salahnya menghukum seseorang yang berani mendekati adik kesayangannya itu.

Dia menoleh, pandangannya terkunci ke wajah manis yang keningnya mengerut. Begitu sakit kah? Edars menghampirinya ketika ia mendengar ucapan lirih terlontar dari kedua bibir terluka itu.

Wajah Querry sendu, itu dikarenakan terlalu khawatir memikirkan Bintang. Begitu juga dengan tampilan kerut keningnya. Sudah pasti dirinya sedang menahan sakit disertai kekhwatiran.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Edars sambil duduk di atas ranjang ditambah memegang tangan adiknya.

"Ra—ka ada di—sini? Lalu, di mana Bin—tang?" pertanyaan yang keluar dengan terputus-putus. Querry mengatur napasnya.

"Apa yang kamu inginkan dari dia! Kau lebih mementingkan dia, daripada aku? Daripada dirimu sendiri?" cetus Edars sembari mengusap buaian air mata di pipi adiknya.

"Bintang baik-baik saja?" tanya lirih Querry.

"Kamu sudah mengganti jawaban menjadi pertanyaan. Kamu menyalin pertanyaan dariku? Bodoh!" ucap Edars kelihatan marah.

"Bintang baik-baik saja?"

"Dia hanya lelaki yang ingin menghapus masa depanmu,"

"Raka ... Bintang—"

"Sudahlah! Apa manfaat dari menyebut dari dua nama itu!" Edars menggerutu sangat kesal.

"Aku mencintai seseorang dari dua nama ini," jawab Querry lirih, seakan-akan tubuhnya ikut campur.

Querry menyingkirkan selimut dan dia ingin duduk. Tidak kuat rasanya, kedua tangannya bisa menopang tubuhnya untuk duduk. Sampai pada saatnya ada sebuah tangan kekar menarik tubuhnya untuk mendekap.

Ini bau badan Edars, kakaknya sendiri. Di dunia yang gelap dan dipenuhi bayang-bayang wajah orang jahat ... di situlah ada Edars yang memberi penerang. Menjadi penghibur dan penolong. Ini yang ia suka.

Di manapun pasti ia akan ditemani sosok seorang kakak paling peduli itu.

"Raka! Di mana Bintang! Jangan bilang kalau dia sudah tiada. Aku tidak kuat, badanku lemas. Raka!" ucap Querry dengan sepenuh harapan, ia mengeluarkan semua suaranya. Sampai-sampai kemungkinan terdengar ke luar kamar.

"Dia? Benarkah kamu mencintainya? Lalu, apa bedanya dengan diriku?" tanya Edars, sepasang bibirnya mencium kening adiknya.

"Raka tetaplah Raka! Bintang tetaplah Bintang!" Querry memukuli dada kakaknya.

"Raka ... tolong beri aku kesempatan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi," lirih Querry, lagi-lagi tangisannya diluapkan kepada kakaknya.

"Aku siap mendengarkan. Aku tidak mau kehilangan sosok perempuan yang ada di dekapanku ini. Ayahanda sudah pergi, Querry...." ucap Edars dengan nada datar dan dingin, tangannya tak kuasa menahan tubuh perempuan kecil ini.

"Sedihku bertubi-tubi, Raka! Orang bodoh! Raka bodoh! Mengucapkan kata-kata yang tidak tepat waktunya. Astaga," sontak Querry, bicaranya memang keras tapi berakhir tangisan tanpa arah.

Dirinya sedih, tangisannya itu memang buat siapa? Kenapa sebegitunya sedih?

Dia merasa kikuk dengan tangisannya, kedua tangannya terus memukuli bidang dada perkasa itu. Terus dipukuli, sampai pada akhirnya dia termenung sejenak sembari melingkarkan lengannya ke leher jenjang milik kakaknya sendiri.

Air mata itu sangat ajaib, karena ia bukan menangis karena kehilangan sosok ayah. Melainkan karena sakit hati, penyebabnya ada pada Bintang.

Dirinya takut kalau mata ini menangisi sosok Bintang yang gagah perkasa telah menolongnya.

"Bicaralah, bicara itu gratis. Sayang...." ucap Edars, seperti menggoda perempuan yang sudah siap dijamaah.

Querry bersikap biasa-biasa saja, ia tidak merasa canggung dengan panggilan "Sayang" karena ia menyadari kalau ini adalah kakaknya. Bukan Bintang.

"Aku menyesal, karena pada saat itu aku memberi lowongan bicara untuk Bintang. Seharusnya, pada waktu itu aku yang menjelaskannya kepada Raka!" ucap Querry yang berujung membentak.

"Diam, Raka!"

"Sosok lelaki yang ingin menghapus masa depanku bukanlah Bintang. Bintang orang yang baik dan perkasa. Sekali lagi, bukan Bintang pelakunya!" sontak Querry melanjutkan penjelasannya.

"Lalu? Dia cuma jadi patokan?" Edars melirik sedikit sinis.

__(bersambung)__

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status