Setengah memaksa, paman Grove mendorong bahu Selena masuk, kemudian cepat-cepat menutup pintu kamar.Sial! Harus terkurung di ruangan neraka ini lagi. Maunya mereka ini apa sebenarnya? Selena menggerutu dalam hati."Pak Aditya," panggil Selena dengan menekan nada suaranya, melihat Aditya rebahan di ranjang, sekujur tubuhnya hampir tertutup selimut.Karena tidak mendengar sahutan, Selena pun mendekatinya. Tampak Aditya seperti tertidur pulas saja. Dalam hati langsung menggerutu kesal, sampai mengutuki dirinya yang mau-mau saja di manfaatkan."Pak Aditya, untuk keperluan apa Anda menyuruh saya tengah malam kemari?" Selena bertanya ketus, membuang muka."Ahhh, Selena. Aku mohon jangan pergi!"Selena menoleh cepat. Astaga, dia bisa memahami kata-kataku tadi gak seh? Orang bertanya kenapa di suruh kemari, malah dijawab lain! Selena menarik salah satu sudut bibirnya. "Saya bertanya---""Selena, aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku berjanji tidak akan bersikap kasar, asal kamu segera mening
Namun, Aditya tidak mendengar sahutan dari Selena."Arghh! Kamu pura-pura tidur, ya? Tolong berikan aku minum, aku haus, Selena!"Menunggu beberapa saat namun tidak juga terdengar suara Selena. Akhirnya Aditya bangkit dari ranjangnya mendekati Selena yang tertidur di sofa panjang."Kamu bilang akan mengawasi ku dari sini, tapi kamu malah pura-pura tidur," omel Aditya menarik selimut yang menutupi tubuh Selena."Hahh, baru sebentar ia sudah tertidur pulas?" gumam Aditya mendengar dengkuran halus Selena.Aditya kemudian menutupi separuh tubuh Selena dengan selimut. Niatnya mau kembali ke ranjangnya namun wajah cantik Selena saat tertidur itu, menarik atensinya duduk berjongkok.Berkali-kali meneguk liur mengagumi kecantikan sekretarisnya itu. Jari tangannya menyentuh lembut inci wajah tenang Selena.Lama hanya mengelus kulit mulus wajah cantik Selena. Kini matanya tertuju pada bibir Selena yang merekah, bagaikan magnet yang berkekuatan besar menarik bibirnya untuk menyatu rapat."Selena
Selena sedikit bingung. Tak mungkin juga ia meninggalkan Baby Lea atau membawanya keluar kota. Lagipula, Aditya pasti tidak akan mengizinkannya, atau malah mengikutinya.Ahh, Selena baru ingat ada pertemuan meeting nanti di perusahaan Adiguna Jaya. Tentu Hendra pun akan ikut ke pertemuan itu nanti."Minggu ini ada pertemuan mitra bisnis perusahaan Adiguna Jaya, Kakak juga ikutkan? Bagaimana kalau---""Selena, aku tidak ikut ke pertemuan apapun lagi dengan perusahaan Adiguna Jaya dan perusahaan Wiguna. Maafkan aku tidak memberitahukannya padamu.""K-kenapa, Kak?" tanya Selena sebenarnya sudah tahu permasalahan Hendra dengan Tuan Collins dan Aditya."Tidak perlu kita bahas itu sekarang, Selena. Tapi, mungkin besok atau lusa aku ke sana bertemu teman lama. Nanti aku kabari kamu ya, Selena.""Ohh, baik Kak. Terimakasih sebelumnya, Kak," ucap Selena memutuskan sambungan teleponnya.Hendra tidak ikut pertemuan apapun dengan perusahaan Adiguna Jaya? Apa artinya Hendra memutuskan kontrak kerj
"A-apa? Oke, aku tahu sekarang, Paman ingin balas dendam padaku, ya? Tinggal bilang berapa milyar yang Paman butuhkan! Tidak mesti mengadu diam-diam ke Kakek!" tuduh Aditya menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi diikuti dengusan kasar.Aditya gantian yang mengitari paman Grove sekarang. "Sampai-sampai harus memaksa orang-orang Paman itu meminta cek ini dari Ayah Selena!"Paman Grove tidak bisa menahan tawa getirnya lagi mendengar tuduhan sembarang Aditya itu. Sementara dirinya pun sudah berjuang mati-matian menutupinya dari Tuan Collins ."Aku?" Paman Grove semakin gelak tertawa. "Kalau niatku begitu sudah dari awal, Aditya!" Sang Paman mencondongkan wajahnya hingga sangat dekat dengan wajah Aditya."Tuan Collins yang melakukannya, Aditya!""Apa?" Aditya berjengit kaget. Sampai tubuhnya terhuyung ke belakang. "Benarkah itu, Paman? Dari mana Kakek bisa tahu hal itu kalau tidak ada yang memberitahunya, Paman?"Paman Grove menghela napas panjang, berjalan kembali ke kursinya. Tangannya
Penawaran? Jadi benar yang dikatakan Tuan Collins kalau Hendra sudah mengaku-ngaku sebagai kekasihnya."Iya, Kak. Aku juga mendengar sekilas saja, kok. Tapi ..." Selena menjeda ucapannya takut Hendra tersinggung. "Tapi?" tanya Hendra mencondongkan wajah, hingga berjarak beberapa centimeter saja dari wajah Selena. Dengan bebas kedua netranya mengeksplor wajah cantik Selena yang tersipu malu-malu. Bibir seksi sedikit tebal itu terus saja tersenyum seolah menggoda Selena."Tapi ... ahh, a-apa benar Kakak mengaku ke Tuan Collins kalau kita memiliki hubungan istimewa?""Yah! Apa itu salah, Selena?" Tenang Hendra menjawab dengan balas bertanya.Berbeda dengan Selena, ia kaget. Bukan hanya salah lagi, tapi Hendra sudah jelas berbohong ke semua orang. Sampai Tuan Collins pun mempercayai itu."Untuk apa Kak Hendra melakukan itu? Jelas itu kebohongan, Kak, sampai Tuan Collins juga mempercayainya.""Wah, syukurlah akhirnya pria tua itu mau percaya. Jadi, tak perlu lagi dia menguasai mu."Tid
Selena hanya membiarkannya. Namun, panggilan dari Aditya tak kunjung berhenti.Selena geram menyambar ponselnya, ketus ia bertanya, "Ada apa, Pak Aditya?""Kamu sibuk, Selena?" "Iya, masih sangat sibuk, Pak.""Selena tolong bantu aku kali ini, ya. Aku sangat membutuhkannya saat ini. Please, jangan menolak ku, Selena."Selena mencebik kesal. Ia tahu Aditya ingin mengajaknya bertemu dengan Tuan Collins. Selena tersenyum miring, untungnya ia sudah tahu semuanya dari Hendra tadi."Maafkan saya, Pak. Tapi saya tidak bisa meninggalkan orang tua saya sekarang. Mereka membutuhkan saya," tegas Selena menolak Aditya."Oh, begitu ya." Langsung memutuskan sambungan teleponnya.Selena tersenyum puas. Merebahkan santai tubuhnya di ranjangnya. Dalam hati bersorak gembira sudah berhasil membuat Aditya tak berdaya memaksanya.Ahh, cara ini sangat ampuh menghindar dari Aditya. Senyum-senyum bergumam dalam hati.Sementara di kediamannya, Aditya sangat gelisah di dalam kamarnya. Sudah setengah jam pria
"Jadi apa maksudmu, Julia?" Tidak sabar Aditya bertanya ketus."Jadi, mau tidak mau kamu harus menemaniku malam ini. Kamu tahu, Aditya, aku bela-belain pulang dari Belanda demi kamu!""What? Kamu masih waras? Sejak kapan aku menginginkanmu? Maaf, tapi aku harus pulang sekarang!" ujar Aditya menepis tangan Julia mencengkeram lengan tangannya."Silakan, Aditya kalau kamu sudah tidak menginginkan perusahaan Wiguna dan perusahaan Adiguna Jaya lagi. Tapi ada satu hal lagi yang lebih penting!"Aditya tampak mengerutkan kening sesaat namun tidak niat bertanya. Hatinya sudah tak suka dengan Julia. Membuang wajahnya ke samping hanya menunggu gadis bertubuh tambun tersebut melanjutkan ucapannya."Tentu kamu tidak mau sekretaris mu itu terlempar ke jalanan, Aditya!" Mendengar nama Selena, Aditya menoleh cepat."Tutup mulutmu itu, Julia! Kamu tidak berhak menyentuh ujung rambut Selena! Sekali saja kamu berani melakukannya---""Itu benar, Aditya! Aku tidak berani, tapi mereka yang melakukan!" Jul
"A-apa? M-maaf saya tidak bisa... eh, bukan, Tuan. Maksud saya nanti saja setelah rencana Anda berhasil, Tuan," ujar paman Grove menolak cek pemberian Tuan Collins. Dia tahu resiko cek itu kalau perintah Tuan Collins sampai terabaikan. Apalagi saat ini paman Grove masih fokus mencari-cari Selena diam-diam. "Hmm, apa kamu mau menolaknya, Grove? Atau alasan halus mu agar tidak ikut rencanaku?" "Bukan, Tuan. Tapi saya takut Aditya mengetahuinya, jadi nanti saja kalau rencananya sudah berhasil, Tuan." "Mmm, iya kalau begitu!" Cuek Tuan Collins mengedikkan kedua bahunya bersamaan "Oiya, Grove sampaikan ke Aditya, jangan coba-coba mencari-cari Selena dan anaknya itu lagi, Grove! Waktunya sudah habis, sekarang dia hanya harus menuruti perintahku. Satu lagi, katakan Tuan Besar Collins tidak menginginkannya lagi!" Paman Grove cuma mengangguk pasrah, tidak mau berdebat dengan Tuan Collins. Pikirnya, harus cepat-cepat keluar dari sana kalau tidak mau Tuan Collins memintanya melakuk