Soraya terkejut mendengar hal itu. Tapi rasa terkejut itu langsung hilang begitu ia melihat Reagan dan Clare masuk ke dalam restoran. Matanya terbelalak melihat mereka.'Ya, Tuhan, apakah ini mimpi?' pikirnya, 'Apakah itu artinya Reagan mau melakukan apa yang aku perintahkan? Dia mengajak Clare berkencan ... Ya, Tuhan, ini benar-benar kabar yang menggembirakan. Mama harus tahu soal ini.'John mengikuti arah pandang Soraya, tapi ia tidak melihat apa-apa. Dengan cepat ia berbalik dan bertanya, "Apa yang kau lihat?"Saat itulah Soraya tersenyum lebar. "Tidakkah menurutmu Clare dan Reagan adalah pasangan yang serasi? Menurutku mereka adalah pasangan yang sangat sempurna."John ingat soal perkataan Dean saat konversasi yang mereka lakukan tadi pagi. "Apa itu artinya tadi kau melihat mereka bersama?""Iya," balas Soraya sambil menunjuk ke arah lain di belakang John, "Mereka terlihat seperti pasangan kencan."John terkekeh. "Itu tidak mungkin, Soraya. Meskipun Clare anak pemilik universitas
Begitu tiba di rumah Clare tampak kesal. Ia segera membaringkan diri di ranjang dengan emosi yang meluap. "Apa dia itu tidak normal? Apa dia ...," Clare bangkit dan duduk, "Pria lain mungkin akan langsung menerima tawaran itu, tapi dia ...," Clare mengendus, "Aku harus melakukan sesuatu agar dia mau melakukannya. Kalau benar dia mencintaiku dan akan menikahiku, aku harus memaksanya untuk melakukan itu," pikiran Clare memeras tentang tindakannya yang bodoh. "Tapi, bagaimana dengan calon suamiku? Bagaimana dengan mami dan papi? Apakah mereka akan membenciku jika aku melakukan ini?"Clare membuang napas panjang kemudian berbaring menatap langit-langit kamar, "Ya, Tuhan, aku sudah jatuh cinta pada Reagan. Aku sudah tergila-gila padanya. Bagaimana ini? Aku hanya ingin menikah dengannya, aku tidak mau menikah dengan orang lain. Mami, papi, maafkan aku. Anak kalian sudah jatuh cinta kepada pria bernama Reagan Harvest."Di sisi lain.Dengan tubuh telanjang bagian atas dan celana pendek hitam
Tut! Tut!Dimitry memutuskan panggilan.Emelly marah. "Apa dia sudah kehilangan akal? Kalau dia melakukannya dan wanita itu meminta pertanggungjawaban, bagaimana? Reagan sudah kelewatan. Aku harus mengadukan hal ini kepada daddy. Daddy tidak boleh mengijinkannya mendekati wanita itu. Kalau wanita itu hamil mau tidak mau Reagan harus menikah dengannya, bukan?"Dimitry setuju kemudian menatap ponsel untuk menghubungi mertua."Apa yang kau lakukan?" tanya Emelly."Menghubungi daddy.""Halo, Dim?" Suara wanita dari balik telepon membuat Dimitry mengisyaratkan Emelly untuk diam. "Mami, apakah daddy ada? Aku ingin bicara.""Tunggu sebentar, ya. Daddy sedang ... Oh ini dia. Sayang, Dimitry menelepon."Suara di balik telepon membuat Emelly dan Dimitry saling bertatap. Ada rasa bahagia dalam wajah mereka karena meski sudah tidak muda lagi tapi kemesraan di antara kedua orangtuanya tak pernah pudar."Halo, Dim, ada apa?" Suara berat dari balik telepon menyapa."Dad, apa benar kau memberikan kel
Sekarang sebelum pria itu menjadi milik orang lain Clare sudah memutuskan. Ia segera bangkit dari ranjang, mengambil ponsel lalu menghubungi Reagan."Halo, Sayang?" sapa Reagan dari balik telepon."Apa kau sibuk?""Tidak, ada apa?""Boleh aku minta sesuatu?"Tawa Reagan terdengar dari balik telepon. "Sejak kapan kau meminta sesuatu aku akan menolak, hah?""Kata siapa? Buktinya ada satu hal yang tidak pernah kau berikan," Clare kesal."Aku mengerti, Agatha. Tapi bukankah sudah kubilang, aku akan memberikannya setelah kau lulus kuliah, oke?"Clare terdiam sesaat. "Apakah setelah aku lulus kuliah kau akan mengabulkan permintaan itu?""Tentu saja.""Bagaimana kalau tidak hanya menginginkan hal itu? Eh, maksudku, bagaimana jika aku ingin kau menjadi suamiku?""Tidak masalah. Apapun yang akan terjadi, aku akan tetap memperjuangkanmu. Tak peduli apa tanggapan orangtuaku, aku akan tetap menikah denganmu. Yang penting kau siap menghadapi orangtuamu jika mereka meminta penjelasan dari kita berd
Clare mengalah. Ia melepaskan tangan dari benda itu dan memberikannya kepada Soraya. "Ini, Nyonya.""Terima kasih, Sayang. Apa kau sedang datang bulan?""Tidak, ibuku. Dia memintaku untuk membelikannya. Maklum, darurat."Soraya tersenyum lebar. "Oh, begitu. Ngomong-ngomong bagaimana kabarmu dan keluargamu?""Kami baik semua," balas Clare. Ia menatap Soraya lalu berkata, "Boleh aku bertanya?""Silahkan, Sayang. Kau ingin bertanya apa?""Kenapa Anda sudah tidak pernah lagi datang ke universitas? Bukankah Anda adalah dosen di universitas kami?"Soraya senang Clare melontarkan pertanyaan itu. Dengan pura-pura ia segera menunduk dan hendak menangis. "Semua ini karena seseorang. Dia telah mengeluarkanku dari universitas itu tanpa alasan jelas.""Mengeluarkan Anda, siapa?" tanya Clare penasaran."Jangan, Sayang, kau tidak boleh tahu. Itu tidak penting." Soraya hendak berbalik, tapi Clare menahannya."Anda harus mengatakannya padaku, siapa yang telah berani mengeluarkan Anda dari universitas
"Apa kau tahu kenapa alasan beliau tidak pernah muncul lagi di universitas sejak kejadian itu? Aku baru sadar ternyata sejak terakhir kita membicarakannya di kantin tempo hari, sejak saat itu beliau sudah tidak pernah masuk lagi ke universitas."Clare tidak ingin mengatakan pertemuannya tadi siang bersama Soraya sebelum Reagan menceritakan yang sebenarnya."Aku juga tidak tahu, mungkin beliau sudah resign sejak lama, tapi dari antara kita semua tidak ada yang tahu."'Aneh,' pikir Clare, "Kalau benar resign, kenapa beliau bilang padaku dia dikeluarkan?'"Sayang?" panggil Reagan."Iya?""Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menyakan soal nyonya Soraya?""Tidak apa-apa. Aku baru sadar kalau selama beberapa tahun ini ternyata beliau sudah tidak pernah hadir di universitas.""Tapi kau pasti punya alasan bukan kenapa kau memikirkan dia?""Aku tidak memikirkan dia, Sayang. Hanya saja sambil berendam aku kembali mengingat semua kejadian selama di universitas, dan aku juga teringat soal hubungannya d
Clare terkejut. Dalam hati ia berkata, 'Nenek dan bibi?' Seingatnya Dean maupun Kensky tidak pernah membahas soal nenek dan bibinya, 'Apakah itu artinya nenek dan bibiku masih hidup?'Soraya yang duduk di samping Clare menarik napas panjang. "Sebenarnya kami tidak berani mengatakan hal ini, Clare. Tapi seperti yang ibuku bilang, kami tidak bisa menyembunyikannya lagi padamu. Mungkin lebih baik kamu tahu segalanya.""Aku masih tidak mengerti apa yang kalian bicarakan."Rebecca berdeham. "Kami tidak tahu apa yang membuat Dean dan Kensky tidak mau menceritakan padamu tentang kami. Tapi sebagai nenekmu aku sangat keberatan, biar bagaimanapun kau adalah cucuku, Nak."Zet!Lagi-lagi Clare terkejut. "Nenek, kau adalah nenekku?""Apa ibumu tidak pernah bilang bahwa Soraya adalah kakaknya dan aku adalah ibunya?"Clare terpaku. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Rebecca.Soraya memulai. "Dulu sebelum Dean Stewart hadir di kehidupan aku dan Kensky, kami sekeluarga sangat
"Clare, Sayang. Bibi tahu kamu anak yang baik. Demi menjaga keharmonisan rumah tangga orangtuamu bibi harap kau tidak menceritakan pertemuan kami hari ini kepada mereka, apalagi ayahmu. Dia pasti akan marah besar jika tahu yang sebenarnya. Sebagai anak kau pasti tidak ingin hal itu terjadi, kan? Jadi bibi mohon, kau harus merahasiakan hal ini dari siapapun. Bibi tidak masalah jika ibumu tidak menganggap kami sebagai keluarga, selama kami bisa makan dan bertahan hidup kami tidak akan pernah menganggu kehidupan bahagia keluargamu. Hanya saja bibi masih bingung karena sampai sekarang tidak ada satupun perusahan yang mau menerima bibi untuk bekerja. Bibi curiga kalau hal ini juga adalah satu cara ibumu untuk mengusir kami dari kota ini. Bibi tidak tahu pasti, tapi kekuasaan keluarga Stewart sangat berpengaruh di negara ini."Clare menatap sedih. "Aku harus bagaimana? Aku ingin sekali membantu bibi," kata Clare sambil duduk di atas ranjang. Ia tiba-tiba teringat sesuatu kemudian membalas p
Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala
Clare tak menjawab. Perlahan ia merayap di tubuh Reagan hingga kepalanya sejajar dengan bagian keras dan besar milik Reagan.Reagan mulai gelisah. Dilihatnya pandangan Clare begitu licik saat menatap bagian itu. "Apa yang kau lakukan?"Lagi-lagi Clare tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menyentuh pucuk bagian itu dengan lidahnya."Oh," desah Reagan. Matanya terpejam saat rasa dingin mulai merambat ke batangnya yang keras, "Clare, kau curang. Kau melanggar aturan, Sayang."Clare menghentikan permainan lidahnya. Sambil menatap Reagan ia berkata, "Curang bagaimana, hah? Kan aku sedang memijat.""Memijat?" Reagan terkekeh, "Itu bukan memijat, Sayang. Tindakanmu seperti itu seakan-akan sengaja membuatku kalah.""Itu salahmu. Kau kan tinggal menahannya saja biar tidak kalah."Baru hendak menjawab Reagan langsung terdiam saat Clare memasukan semua bagian itu ke mulutnya.Clare tak peduli. Sambil menggerakan mulut dan kepalanya ia terus menatap Reagan dengan pandangan penuh kemenangan."H
Dengan senyum menggoda Claren mengambil botol minyak tubuh yang ada di atas nakas.Reagan yang merasa permainan akan segera dimulai segera memadamkan lampu utama kemudian menyalahkan lampu tidur berwarna kuning.Aroma pewangi ruangan dan cahaya lampu membuat suasana kamar begitu intim.Setelah Reagan mengatur posisi tubuhnya dengan tengkurap, Clare melepaskan jubah mandi hingga tubuh tanpa sehelai benangnya pun terlihat di bawah redum cahaya lampu.Clare mendekati Reagan. Ia menaiki ranjang lalu menuangkan minyak ke telapak tangan. "Aku mulai dari kaki saja, ya?"Reagan memejamkan mata. "Terserah kamu."Claren pun mulai mengoles minyak itu di bagian betis dan pergelangan Reagan dengan tangannya yang lembut."Kau mendapatkan ide ini dari mana?" tanya Reagan sambil menikmati setiap elusan tangan Clare.Clare tersenyum. "Aku terobsesi saat kita pacaran dulu. Kita berdua harus menahan gairah karena kau takut aku masih kuliah. Aku rasa saling menyentuh dan menahan gairah akan sangat menyen
Clare menoleh.Zet!Wajahnya membeku dan tubuhnya terpaku saat melihat Reagan masuk dengan senyum yang sangat lebar."Ini dia calon prianya. Ayo, duduklah," kata Dean.Kensky dan lainnya tersenyum sambil menatap Clare yang masih berdiri seperti patung.Clare masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. 'Reagan? Reagan adalah calon suamiku?' batinnya, 'Pria yang dijodohkan denganku adalah pacarku?'"Clare? Apakah kau akan terus berdiri?" Suara Dean mengejutkannya, "Calon suamimu sudah datang. Kenapa kau tidak duduk?"Air mata bahagia lolos di matanya. "Kalian ... apa kalian semua mengerjaiku?"Suara tawa memenuhi ruangan."Maafkan kami, Sayang."Reagan yang merasa bersalah langsung berdiri mendekati Clare. "Kita sama-sama dikerjai, Sayang. Wanita yang selama ini telah dijodohkan mommy dan daddy denganku adalah kamu."Clare menangis. "Benarkah?"Reagan mengangguk. "Iya. Aku ingin minta maaf, kata-kataku kemarin pasti sudah membuatmu sakit."Clare menangis lagi. "Aku pikir kau
Kensky tak menjawab. Ia melepaskan pelukan lalu menghapus air kata Clare. "Jangan sedih lagi, ya. Siapa tahu pria pilihan mami dan papi mengobati luka di hatimu saat ini. Mungkin Reagan telah mengecewakanmu, tapi sebagai orang tua mami berharap pria ini tidak akan pernah mengecewakanmu."Clare tak menjawab."Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan datang. Mami sudah menghubungi Ansley, dia akan membantumu berdandan malam ini."Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh."Halo, apa aku mengganggu?"Suara Ansley membuat Kensky tersenyum. "Masuklah, Sayang," Kensky menatap Clare, "Mami tinggal dulu. Ans, tolong buat Clare membuang semua kesedihan di wajahnya dan gantikan dengan senyuman terbaik, ya.""Siap, Tante."Jika Ansley begitu bersemangat, Clare justru sebaliknya. Ia tak menjawab bahkan tak menyapa Ansley meski wanita itu sudah tersenyum lebar kepadaya.Seandainya pria yang akan datang melamar itu adalah Reagan Harvest pasti saat ini ia sudah kegirangan
Perkataan ibunya membuat Reagan terkejut.Tuan Harvest berkomentar. "Sebenarnya ini belum waktunya kami membicarakan masalah pernikahan kalian, tapi calon mertuamu ingin mempercepat pernikahan putrinya. Mereka takut kau atau putrinya akan terlibat cinta dengan orang lain. Jadi besok malam kita akan menemui mereka dan langsung melakukan lamaran."Lagi-lagi Reagan terpaku. Setelah syoknya kembali ia berkata, "Boleh aku mengungkapkan sesuatu?"Tuan dan nyonya Harvest menyimak. Mereka menatap Reagan dengan pandangan penasaran.Reagan menarik napas panjang. "Aku mencintai anak pemilik universitas. Namanya Clare Agatha Stewart. Daddy pasti tahu dia dan Daddy sangat menenalnya. Aku sangat mencintainya Daddy dan aku tidak akan mau menikah jika wanita itu bukan dia."Ekspresi tuan dan nyonya Harvest berubah.Reagan berkata lagi, "Aku tahu ini salah, tapi aku sangat mencintanya. Aku sangat mencintai Agatha dan kami saling mencintai."***Di dalam kamar yang besar dan sejuk sambil berbaring Clar
"Sayang, bisa kau jelaskan untuk siapa mobil yang kau minta dari papi?""Untuk bibi Soraya, Pi. Katanya hari ini dia berulang tahun. Jadi dia memintaku hadiah mobil."Zet!Soraya dan Rebecca terpaku.Dean menatap tajam ke arah mereka. "Aku tak menyangka mereka begitu berani membohongimu, Nak. Hari ini bukan ulang tahun Soraya, Clare, dia telah membohongimu.""Benarkah?""Untuk apa papi bohong? Papi tidak seperti mereka, Nak. Mereka itu tukang bohong."Aku minta maaf, Papi. Aku hanya menuruti apa yang bibi Soraya minta.""Apalagi yang dia minta padamu selain mobil?""Berapa hari lalu kata nenek Rebecca bibi Soraya diculik. Untuk membebaskannya mereka harus meminta uang jutaan dolar. Karena kasihan, aku memberikan uang itu kepada mereka. Aku sendiri yang mengantar uang itu ke rumah mereka."Zet!Keringat membasahi tubuh Rebecca dan Soraya."Maafkan aku, Pi, aku salah.""Tidak, Sayang. Papi tidak marah padamu, kau hanya korban. Mereka yang salah dan mereka harus dihukum."Tut! Tut!Dean
Ting! Tong!"Kalau begitu biar aku yang buka, itu pasti Clare."Soraya mengekor di belakang Rebecca sambil membawa gelasnya.Ting! Tong!"Sabar, Sayang. Bibi dan nenekmu akan tiba," kata Rebecca lalu memegang handle pintu untuk membukanya.Clek!"Selamat malam."Senyum di wajah Rebecca dan Soraya lenyap melihat dua sosok tinggi berpakaian polisi berdiri di depan pintu."Malam," balas Rebecca, "Ada yang bisa dibantu?""Apa benar di sini sedang merayakan pesta ulang tahun?" tanya salah satu polisi sambil menatap Rebecca dan Soraya secara bergantian.Soraya melirik ibunya dan lalu berkata dalam hati, 'Untuk apa kedua polisi ini datang ke sini? Lagi pula siapa yang memberitahu kepada mereka soal acara ulang tahun?'"Eh, mungkin Anda salah tempat, Pak. Di sini tidak ada pesta ulang tahun," jawab Rebecca cepat.Salah satu polisi mengambil catatan dari saku celana kemudian membacanya. "Tapi catatan ini menunjukan bahwa alamatnya di sini. Apa benar di sini rumah Soraya Oxley?"Drtt... Drtt...
Dean mendekati Reagan. "Benar, bahkan Rebecca dan Soraya tidak pernah tahu soal ini. Yang tahu hal ini sekarang hanya kalian berdua dan pak rektor."Menyebutkan rektor membuat Clare terkejut. Jika sebelumnya ia tidak akan berani membuka suara soal hubungan Soraya dan lelaki itu, saat ini tanpa berpikir panjang Clare mengutarakan apa yang ia rasakan saking kesalnya kepada Soraya.Dean tersenyum. "Aku dan ibumu sudah tahu soal itu, Sayang, kau tidak perlu khawatir.""Benarkah? Papi tahu dari siapa?" tanya Clare penasaran.Dean tak ingin melibatkan Reagan. Meski ia tahu kabar itu sejak awal dari Reagan, ia telah menyiapkan jawaban yang pas atas pertanyaan yang dilontarkan Clare."John sendiri yang menceritakan semuanya kepada kami. Tapi kami tidak akan menyalahkannya, dia juga hanya korban Soraya dan Rebecca.""Jahat sekali mereka," kata Clare marah, "Seandainya aku tahu siapa mereka sejak awal aku tidak akan pernah mau membantu mereka."Kensky menatap Clare. "Jauh sebelum ini sebenarnya