Clare terkejut. Dalam hati ia berkata, 'Nenek dan bibi?' Seingatnya Dean maupun Kensky tidak pernah membahas soal nenek dan bibinya, 'Apakah itu artinya nenek dan bibiku masih hidup?'Soraya yang duduk di samping Clare menarik napas panjang. "Sebenarnya kami tidak berani mengatakan hal ini, Clare. Tapi seperti yang ibuku bilang, kami tidak bisa menyembunyikannya lagi padamu. Mungkin lebih baik kamu tahu segalanya.""Aku masih tidak mengerti apa yang kalian bicarakan."Rebecca berdeham. "Kami tidak tahu apa yang membuat Dean dan Kensky tidak mau menceritakan padamu tentang kami. Tapi sebagai nenekmu aku sangat keberatan, biar bagaimanapun kau adalah cucuku, Nak."Zet!Lagi-lagi Clare terkejut. "Nenek, kau adalah nenekku?""Apa ibumu tidak pernah bilang bahwa Soraya adalah kakaknya dan aku adalah ibunya?"Clare terpaku. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Rebecca.Soraya memulai. "Dulu sebelum Dean Stewart hadir di kehidupan aku dan Kensky, kami sekeluarga sangat
"Clare, Sayang. Bibi tahu kamu anak yang baik. Demi menjaga keharmonisan rumah tangga orangtuamu bibi harap kau tidak menceritakan pertemuan kami hari ini kepada mereka, apalagi ayahmu. Dia pasti akan marah besar jika tahu yang sebenarnya. Sebagai anak kau pasti tidak ingin hal itu terjadi, kan? Jadi bibi mohon, kau harus merahasiakan hal ini dari siapapun. Bibi tidak masalah jika ibumu tidak menganggap kami sebagai keluarga, selama kami bisa makan dan bertahan hidup kami tidak akan pernah menganggu kehidupan bahagia keluargamu. Hanya saja bibi masih bingung karena sampai sekarang tidak ada satupun perusahan yang mau menerima bibi untuk bekerja. Bibi curiga kalau hal ini juga adalah satu cara ibumu untuk mengusir kami dari kota ini. Bibi tidak tahu pasti, tapi kekuasaan keluarga Stewart sangat berpengaruh di negara ini."Clare menatap sedih. "Aku harus bagaimana? Aku ingin sekali membantu bibi," kata Clare sambil duduk di atas ranjang. Ia tiba-tiba teringat sesuatu kemudian membalas p
"Benarkah? Bisa kau jelaskan padaku bagaimana investasi yang akan mereka jalankan?"Meski masih kuliah tapi Clare tahu beberapa investasi yang dijalankan oleh ayahnya. Dengan cakap ia menjelaskan kepada Reagan soal investasi yang sebenarnya tidak ada sama sekali."Itu bagus, Sayang," balas Reagan, "Kalau benar kau ingin bergabung bersama mereka aku akan memberikanmu uang sebagai pembayaran awal."Clare senang mendapat dukungan dari Reagan, namun ia tidak ingin melibatkan pria yang dicintainya ke masalah yang sebenarnya tidak ada. Apalagi ia sengaja berbohong soal investasi karena ke depannya ia memang akan mengeluarkan uang untuk membantu Soraya dan Rebecca."Tidak perlu, aku punya tabungan untuk modal awal. Kau tenang saja.""Tapi tidak ada salahnya kan kalau kau mendaftarkan namaku?"Clare terkekeh. "Itu tidak perlu, Sayang. Kau kan banyak uang, investasi seperti itu tidak penting lagi buatmu.""Kau benar, tapi kita harus butuh lebih banyak uang lagi untuk masa depan kita. Aku ingin
"Selamat malam, Reagan. Maaf menganggumu malam-malam," kata Dean begitu panggilan terhubung."Malam, Om. Tidak masalah. Ada yang bisa kubantu, Om?"Dean menatap Kensky. "Karena kau dan Clare adalah teman dekat, om ingin bertanya sesuatu soal Clare.""Oh, tentu saja. Apa yang ingin Om tanyakan?"Dean menceritakan keluhannya. "Bukannya tidak percaya padanya, kami takut ada yang sengaja memanfaatkannya atau dia melakukan hal-hal yang justru merugikan dirinya sendiri.""Seingat aku Agatha pernah bilang akan mengikuti investasi bersama temannya, tapi setelah itu dia tidak pernah lagi membahas soal investasi atau keuntungan yang dia dapatkan padaku. Jadi aku tidak tahu investasi itu masih berlanjut atau tidak."Dean terkejut. "Investasi? Siapa nama temannya itu?""Aku tidak tahu, Om. Agatha tidak mengatakannya. Aku pernah bertanya siapa dia, tapi Agatha bilang aku tidak mengenalnya. Bahkan aku ingin ikut berinvestasi, tapi dia melarangnya."Dean menggigit bibir. "Baiklah. Terima kasih, Reag
Sambil mengemudikan mobil Clare meraih ponsel untuk menghubungi Ansley. "Halo, Ans?""Clare? Apa kabar? Ya, ampun, sudah lama sekali kau tidak menghubungiku. Aku pikir kau sudah lupa padaku."Clare tersenyum. "Maaf kemarin aku tidak sempat merespon panggilanmu. Apa kau sibuk?""Tidak untuk hari ini. Ada apa?""Aku ingin bertemu dan bicara. Rasanya semua beban yang kurasakan saat ini tak bisa kupendam sendiri.""Baiklah, kau atur saja waktu dan tempatnya."Clare menyebutkan tempat dan waktunya kepada Ansley. Setelah memutuskan panggilan, ia menghubungi Reagan."Sayang? Apa kau sibuk?" kata Clare begitu panggilan tersambung."Ada apa? Kenapa suaramu seperti itu?""Sayang, kata papi dua bulan lagi orang tua laki-laki yang dijodohkan denganku akan datang untuk membahas soal pernikahan kami. Aku tidak ingin itu terjadi, Reagan. Kalau mereka datang dan membicarakan soal pernikahan itu berarti aku harus menikah dengan anak mereka.""Agatha sayang, tenang kan dirimu. Percayalah padaku, sebelu
"Tidak, Mi. Aku ada janji dengan teman universitas, kami akan makan malam di luar."Kensky tampak berpikir, tapi tidak memprotes. "Baiklah. Hati-hati, Sayang."Tepat di saat itu Dean muncul. Ia melihat tubuh Clare sudah menjauh dan keluar dari pintu depan. "Ke mana dia?"Kensky menoleh. "Mau bertemu temannya. Katanya mereka akan makan malam di luar.""Apa dia akan pergi bersama Reagan?""Aku rasa tidak. Kalau dia pergi bersama Reagan pasti pria itu akan berpamitan kepada kita."Dean tak menjawab, tapi ia merogoh ponsel dari saku celana untuk menghubungi Reagan.Di sisi lain."Kau yakin dia akan memberikannya?"Saat ini Rebecca dan Soraya sedang bersantai di rumah mereka. Sambil menikmati kopi setelah makan malam ke dua wanita itu duduk di ruang tamu untuk menunggu seseorang."Aku yakin, Ma. Dia sendiri yang bilang akan memberikannya kepada kita. Aku bahkan tidak minta apa-apa. Aku hanya bilang padanya, 'Clare, kemungkinan bibi akan menjual rumah ini dan mencari kontrakan yang lebih mu
Yakin Dean dan Kensky akan menuruti permintaanya, Clare pun meminta uang sesuai dengan jumlah yang dikatakan Rebecca.Tapi sebagai orang tua Dean dan Kensky sudah punya rencana. Mereka memberikan uang itu sesuai jumlah yang diminta Clare dan menyuruh orang untuk mengikuti ke manapun gadis itu pergi tanpa sepengetahuannya.***Di dalam rumah besar yang mewah mereka semua sedang berkumpul. Begitu mendapat kabar ke mana Clare pergi membawa uang itu membuat Dean mengundang Reagan untuk datang ke rumah.Kemunculan Clare membuat emosi dalam diri Dean melonjak. Namun karena gadis itu datang bersama Reagan, Dean mencoba tenang dan tak menunjukkan emosinya."Papi," sapa Clare."Duduklah, ada yang ingin papi tanyakan padamu."Clare menurut. Ia duduk di sofa bersama Reagan.Tanpa basa-basi Dean berkata, "Clare, papi harap kamu jujur. Apa benar uang yang kau minta pada mamimu tadi diberikan kepada Soraya dan Rebecca?"Dua pasang mata tercengang mendengar nama Soraya dan Rebecca.Kensky yang sanga
Dean berhenti sesaat. "Lelaki itu sangat bahagia begitu mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia merebut semua kebahagian aku dan ibu, merebut harta ibu dan merebut ibu dariku. Seandainya malam itu lelaki brengsek itu tidak mengusir kami, pagi itu ibuku tidak akan meninggal."Reagan dan Clare terkejut.Dean melanjutkan. "Karena kondisinya memang sudah parah sejak semalam sebelum kami diusir, ibuku meninggal pagi itu di depan toko perhiasan di mana kami menginap semalaman," Dean menatap Kensky, "Pemilik toko perhiasan itu sangat baik. Wanita itu bernama Barbara, dialah yang menolongku pagi itu saat aku telah kehilangan ibuku.""Lalu apa yang terjadi, Pi?" tanya Clare karena sudah tak tahan. Ia juga menangis karena mendengar kisah ayahnya yang diperlakukan begitu oleh ayah sambung yang kejam.Dean tersenyum tanpa menatap mereka semua. Ia menunduk lalu berkata, "Barbara kemudian mengajakku ke rumahnya, memperkenalkanku kepada kedua orangtuanya dan memberiku kehidupan. Orang tua Barbara men
Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala
Clare tak menjawab. Perlahan ia merayap di tubuh Reagan hingga kepalanya sejajar dengan bagian keras dan besar milik Reagan.Reagan mulai gelisah. Dilihatnya pandangan Clare begitu licik saat menatap bagian itu. "Apa yang kau lakukan?"Lagi-lagi Clare tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menyentuh pucuk bagian itu dengan lidahnya."Oh," desah Reagan. Matanya terpejam saat rasa dingin mulai merambat ke batangnya yang keras, "Clare, kau curang. Kau melanggar aturan, Sayang."Clare menghentikan permainan lidahnya. Sambil menatap Reagan ia berkata, "Curang bagaimana, hah? Kan aku sedang memijat.""Memijat?" Reagan terkekeh, "Itu bukan memijat, Sayang. Tindakanmu seperti itu seakan-akan sengaja membuatku kalah.""Itu salahmu. Kau kan tinggal menahannya saja biar tidak kalah."Baru hendak menjawab Reagan langsung terdiam saat Clare memasukan semua bagian itu ke mulutnya.Clare tak peduli. Sambil menggerakan mulut dan kepalanya ia terus menatap Reagan dengan pandangan penuh kemenangan."H
Dengan senyum menggoda Claren mengambil botol minyak tubuh yang ada di atas nakas.Reagan yang merasa permainan akan segera dimulai segera memadamkan lampu utama kemudian menyalahkan lampu tidur berwarna kuning.Aroma pewangi ruangan dan cahaya lampu membuat suasana kamar begitu intim.Setelah Reagan mengatur posisi tubuhnya dengan tengkurap, Clare melepaskan jubah mandi hingga tubuh tanpa sehelai benangnya pun terlihat di bawah redum cahaya lampu.Clare mendekati Reagan. Ia menaiki ranjang lalu menuangkan minyak ke telapak tangan. "Aku mulai dari kaki saja, ya?"Reagan memejamkan mata. "Terserah kamu."Claren pun mulai mengoles minyak itu di bagian betis dan pergelangan Reagan dengan tangannya yang lembut."Kau mendapatkan ide ini dari mana?" tanya Reagan sambil menikmati setiap elusan tangan Clare.Clare tersenyum. "Aku terobsesi saat kita pacaran dulu. Kita berdua harus menahan gairah karena kau takut aku masih kuliah. Aku rasa saling menyentuh dan menahan gairah akan sangat menyen
Clare menoleh.Zet!Wajahnya membeku dan tubuhnya terpaku saat melihat Reagan masuk dengan senyum yang sangat lebar."Ini dia calon prianya. Ayo, duduklah," kata Dean.Kensky dan lainnya tersenyum sambil menatap Clare yang masih berdiri seperti patung.Clare masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. 'Reagan? Reagan adalah calon suamiku?' batinnya, 'Pria yang dijodohkan denganku adalah pacarku?'"Clare? Apakah kau akan terus berdiri?" Suara Dean mengejutkannya, "Calon suamimu sudah datang. Kenapa kau tidak duduk?"Air mata bahagia lolos di matanya. "Kalian ... apa kalian semua mengerjaiku?"Suara tawa memenuhi ruangan."Maafkan kami, Sayang."Reagan yang merasa bersalah langsung berdiri mendekati Clare. "Kita sama-sama dikerjai, Sayang. Wanita yang selama ini telah dijodohkan mommy dan daddy denganku adalah kamu."Clare menangis. "Benarkah?"Reagan mengangguk. "Iya. Aku ingin minta maaf, kata-kataku kemarin pasti sudah membuatmu sakit."Clare menangis lagi. "Aku pikir kau
Kensky tak menjawab. Ia melepaskan pelukan lalu menghapus air kata Clare. "Jangan sedih lagi, ya. Siapa tahu pria pilihan mami dan papi mengobati luka di hatimu saat ini. Mungkin Reagan telah mengecewakanmu, tapi sebagai orang tua mami berharap pria ini tidak akan pernah mengecewakanmu."Clare tak menjawab."Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan datang. Mami sudah menghubungi Ansley, dia akan membantumu berdandan malam ini."Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh."Halo, apa aku mengganggu?"Suara Ansley membuat Kensky tersenyum. "Masuklah, Sayang," Kensky menatap Clare, "Mami tinggal dulu. Ans, tolong buat Clare membuang semua kesedihan di wajahnya dan gantikan dengan senyuman terbaik, ya.""Siap, Tante."Jika Ansley begitu bersemangat, Clare justru sebaliknya. Ia tak menjawab bahkan tak menyapa Ansley meski wanita itu sudah tersenyum lebar kepadaya.Seandainya pria yang akan datang melamar itu adalah Reagan Harvest pasti saat ini ia sudah kegirangan
Perkataan ibunya membuat Reagan terkejut.Tuan Harvest berkomentar. "Sebenarnya ini belum waktunya kami membicarakan masalah pernikahan kalian, tapi calon mertuamu ingin mempercepat pernikahan putrinya. Mereka takut kau atau putrinya akan terlibat cinta dengan orang lain. Jadi besok malam kita akan menemui mereka dan langsung melakukan lamaran."Lagi-lagi Reagan terpaku. Setelah syoknya kembali ia berkata, "Boleh aku mengungkapkan sesuatu?"Tuan dan nyonya Harvest menyimak. Mereka menatap Reagan dengan pandangan penasaran.Reagan menarik napas panjang. "Aku mencintai anak pemilik universitas. Namanya Clare Agatha Stewart. Daddy pasti tahu dia dan Daddy sangat menenalnya. Aku sangat mencintainya Daddy dan aku tidak akan mau menikah jika wanita itu bukan dia."Ekspresi tuan dan nyonya Harvest berubah.Reagan berkata lagi, "Aku tahu ini salah, tapi aku sangat mencintanya. Aku sangat mencintai Agatha dan kami saling mencintai."***Di dalam kamar yang besar dan sejuk sambil berbaring Clar
"Sayang, bisa kau jelaskan untuk siapa mobil yang kau minta dari papi?""Untuk bibi Soraya, Pi. Katanya hari ini dia berulang tahun. Jadi dia memintaku hadiah mobil."Zet!Soraya dan Rebecca terpaku.Dean menatap tajam ke arah mereka. "Aku tak menyangka mereka begitu berani membohongimu, Nak. Hari ini bukan ulang tahun Soraya, Clare, dia telah membohongimu.""Benarkah?""Untuk apa papi bohong? Papi tidak seperti mereka, Nak. Mereka itu tukang bohong."Aku minta maaf, Papi. Aku hanya menuruti apa yang bibi Soraya minta.""Apalagi yang dia minta padamu selain mobil?""Berapa hari lalu kata nenek Rebecca bibi Soraya diculik. Untuk membebaskannya mereka harus meminta uang jutaan dolar. Karena kasihan, aku memberikan uang itu kepada mereka. Aku sendiri yang mengantar uang itu ke rumah mereka."Zet!Keringat membasahi tubuh Rebecca dan Soraya."Maafkan aku, Pi, aku salah.""Tidak, Sayang. Papi tidak marah padamu, kau hanya korban. Mereka yang salah dan mereka harus dihukum."Tut! Tut!Dean
Ting! Tong!"Kalau begitu biar aku yang buka, itu pasti Clare."Soraya mengekor di belakang Rebecca sambil membawa gelasnya.Ting! Tong!"Sabar, Sayang. Bibi dan nenekmu akan tiba," kata Rebecca lalu memegang handle pintu untuk membukanya.Clek!"Selamat malam."Senyum di wajah Rebecca dan Soraya lenyap melihat dua sosok tinggi berpakaian polisi berdiri di depan pintu."Malam," balas Rebecca, "Ada yang bisa dibantu?""Apa benar di sini sedang merayakan pesta ulang tahun?" tanya salah satu polisi sambil menatap Rebecca dan Soraya secara bergantian.Soraya melirik ibunya dan lalu berkata dalam hati, 'Untuk apa kedua polisi ini datang ke sini? Lagi pula siapa yang memberitahu kepada mereka soal acara ulang tahun?'"Eh, mungkin Anda salah tempat, Pak. Di sini tidak ada pesta ulang tahun," jawab Rebecca cepat.Salah satu polisi mengambil catatan dari saku celana kemudian membacanya. "Tapi catatan ini menunjukan bahwa alamatnya di sini. Apa benar di sini rumah Soraya Oxley?"Drtt... Drtt...
Dean mendekati Reagan. "Benar, bahkan Rebecca dan Soraya tidak pernah tahu soal ini. Yang tahu hal ini sekarang hanya kalian berdua dan pak rektor."Menyebutkan rektor membuat Clare terkejut. Jika sebelumnya ia tidak akan berani membuka suara soal hubungan Soraya dan lelaki itu, saat ini tanpa berpikir panjang Clare mengutarakan apa yang ia rasakan saking kesalnya kepada Soraya.Dean tersenyum. "Aku dan ibumu sudah tahu soal itu, Sayang, kau tidak perlu khawatir.""Benarkah? Papi tahu dari siapa?" tanya Clare penasaran.Dean tak ingin melibatkan Reagan. Meski ia tahu kabar itu sejak awal dari Reagan, ia telah menyiapkan jawaban yang pas atas pertanyaan yang dilontarkan Clare."John sendiri yang menceritakan semuanya kepada kami. Tapi kami tidak akan menyalahkannya, dia juga hanya korban Soraya dan Rebecca.""Jahat sekali mereka," kata Clare marah, "Seandainya aku tahu siapa mereka sejak awal aku tidak akan pernah mau membantu mereka."Kensky menatap Clare. "Jauh sebelum ini sebenarnya