Ini adalah detik-detik yang sangat menentukan. Yaitu detik-detik sebagai penentu apakah aku lanjut atau tidak untuk memperjuangkan cinta kami. Sebuah cinta yang kubangun perlahan dan kuperjuangkan habis-habisan. Kali ini aku ingin serius dan tidak mau main-main lagi soal perempuan dengan berlama-lama menunda untuk menikah.
Dan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati saban harinya dan kuperjuangkan agar bisa hidup bersamanya adalah Shopia. Tapi situasi yang ada saat ini sangat memukulku. Aku tinggal menunggu jawaban darinya untuk segera kupastikan; lanjut dengan segala resikonya dan menyerah dengan segala rasa sakit hatiku.
“Bagaimana Shopia? Tolong katakan dengan jujur..”
“…Sayang… aku masih tidak tahu… “
“Tapi hatimu condong ke mana? Tolong katakan. Aku butuh jawabannya segera. Jangan merasa terpaksa atau tidak enak mengatakannya. Katakanlah yang sejujurnya,” desakku.
“.. Maaf
Rupanya tidak cuma Shopia dan ayahnya saja. Di belakangnya menyusul beberapa ajudannya yang berbadan kekar dan tegap. Seolah memberitahukan pada sekitar kalau siapapun tidak boleh macam-macam dan mengganggu bos kami. Menyadari kehadiran mereka, ayah bertanya siapa mereka dan kenapa Shopia ada bersama mereka. Aku tak ceritakan sekarang. Di rumah nanti saja biar tenang soalnya persoalannya rumit. Ayah memahami situasinya. Shopia dengan muka sendunya menghampiriku dan meninggalkan ayahnya yang tetap mengawasinya di kejauhan sana. “Bisa kita bicara sebentar Sayang? Di tempat yang sepi di luar.” Sebenarnya tidak perlu lagi ada yang dibicarakan. Semua sudah jelas. Tapi Shopia mendesak dan bilang ini yang mungkin terakhir sebelum ia bergegas pulang. Akhirnya akupun luluh. Aku minta izin ke keluargaku untuk menurutui permintaan Shopia. Kami berjalan keluar dan mencari spot yang bagus untuk bicara empat mata. Sementara Ayah dan beberapa ajudannya menunggu dan
Setelah Shopia dan rombongan sialannya itu pulang aku segera menghampiri keluargaku dengan masih menyisakan rasa penasaran yang mendalam. Dari apa yang sebelumnya disampaikan Shopia aku sangat merasakan dan paham bahwa ia masih sangat mencintaiku sehingga ia tetap ingin namaku selalu ada di hatinya.Sore itu kami pulang. Di jalan aku menikmati makanan yang dibeli ayah sambil bercerita. Kakakku tanpa sengaja menanyakan bagaimana kelanjutan rencanaku menikah. Menyadari ini topik yang tidak tepat dibicarakan, ibu segera mengalihkan pembicaraan dan memberi kode keras untuk kakakku agar tidak menanyakannya sekarang.Setelah sampai di rumah aku memastikan banyak halnya sebelum besok mulai kembali beraktivitas. Diantaranya adalah memastikan ke Pak Komisaris bahwa namaku di perusahaan sudah bersih. Untuk lebih memastikan aku menanyakan ke Sheily dan beberapa karyawan yang lain. Mereka bilang sudah aman. Tidak ada lagi rumor di kantor kalau Pak David ditangkap karena perbuatan
Ada apa dengan Sheily? Kenapa ia menolak permintaanku? Biasanya baik-baik saja saat aku minta waktunya. Apa karena ia sedang sangat sibuk? Atau karena sudah ada janji dari cowok lain yang diam-diam mungkin mengejarnya? Bagaimanapun, hatiku sempat shock dengan sikapnya yang membuatku seperti tak mengenalinya sebagai seorang Sheily sekertarisku yang selalu patuh dan tak pernah melanggar perintah.Jika biasanya ia patuh lalu tiba-tiba ia tidak patuh berarti ada yang tidak beres. Agar tidak berpsekulasi macam-macam aku langusng menanyakannya.“Ada yang salah dari permintaanku Sheil?”“Maaf Pak malam ini saya harus mengantar Ayah saya berobat ke dokter. Hari ini jadwal kontrol. Sementara pekerjaan hari ini di kantor banyak sekali dan saya harus menyelesaikannya dengan lebih cepat agar sepulangnya nanti bisa mengantar Ayah saya berobat.”Alasan yang sangat bisa diterima. Aku menawarkan untuk mengantarnya pulang dengan harapan bi
Namun di sisi lain, aku harus memprioritaskan Sheily yang sudah menyempatkan dan mengorbankan waktunya untuk menemani sesi curhatku yang tadi sempat terputus di kalimat yang sangat penting.Aku lebih memilih untuk tidak mengangkatnya. Panggilan kuarahkan ke nomor Sheily. Tak lama kemudian tersambung.“Halo Sheily. Sampai mana tadi?”“Iya Pak.. tentang saran saya satu lagi,” aku mendengarkannya dengan seksama apa yang akan dinasehatkan.“Jika memang sudah mantap dan Maria belum ada yang melamar, jangan ditunda-tunda lagi. Singkirkan idealisme Bapak dulu. Tapi hadapi dengan realistis. Jangan sampai karena menunda, masalah akan bertambah dan urusan akan berlarut-larut lagi.”“Siap Sheily. Terimakasih banyak ya atas waktunya.”Sheily izin menyudahi karena ayahnya memanggilanya dan usai kami bertelepon aku segera beristirahat.Sebelum istirahat Shopia mengirimkanku pesan tapi hanya kubaca tan
Aku sangat bersyukur karena ayah memberikan kepercayaan itu lagi. Memang rasanya tidak enak dan malu lebih tepatnya namun apa boleh buat? Dari semua kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik dan terbaik maka inilah yang lebih baik dan terbaik.Ayah dengan kerendahan hatinya memintaku untuk merenungkannya masak-masak sebelum memutuskan untuk melamar wanita yang namanya barusan disebutkan yaitu; Maria.Ayah merasa mungkin ini ada hubungannya dengan Maria. Ayah Merasa Tuhan tidak menginginkanku hidup menjalani rumah tangga bersama Shopia tapi Maria. Ayah juga merasa inilah alasannya aku dijatuhkan dalam hubungan asmaraku dengan Shopia agar aku mengetahui betapa berharganya Maria untukku.Dalam kesendirian saat di sel tahanan aku juga sempat berpikir bahwa jika dengan Shopia tidak jadi maka aku bisa jadi datang ke Maria dan melamarnya. Tak kusangka ternyata ini juga dikonfirmasi oleh ayah.Dan jika dipikir-pikir antara Renata, Shopia dan Maria maka yang paling
Aku tak memperdulikan siapa mereka dan pintanya untuk membuka pintu. Kemungkinan mereka bukan orang daerah sini. Entahlah. Apakah mereka suruhan? Tapi suruhan siapa? Ayahnya Shopia yang mungkin tak sengaja mendapati pesan Shopia di hapenya lalu mendapati ada riwayat panggilan dan pesan yang dikirimkan ke aku meski aku tak membalasnya tapi dikira kami masih berhubungan?Aku tak mau ambil pusing. Aku tak mau berurusan dengan mereka. Aku putuskan untuk menginjak pedal gas dengan kencang dan menghindari mereka. Tapi belum sempat aku melakukannya mobil di belakang yang tadi membuntutiku keburu menabrak bagian belakang mobilku. Di saat yang bersmaan pengendara motor satunya dari arah samping seperti melempar benda keras ke kaca mobil dan sedetik kemudian terdengar bunyi TIARRRRRRRR!!!!! Kaca pintu mobil pecah. Kedua serangan itu membuatku merasa harus berhenti untuk menyelesaikannya secara gentle. Begitu aku keluar dari mobil dan meminta pertanggung jawaba
Dendam dan memaafkan selalu berdekatan. Jika tidak dimaafkan biasanya masih menyimpan dendam. Dendam ada karena rasa ketidakterimaan, rasa sakit hati, merasa direndahkan dan disepelekan. Dampaknya bisa merugikan banyak hal, sengsaranya bisa berkepanjangan namun semua itu bisa mereda dengan kata dan bukti tindakan berupa maaf dan memaafkan.Dan dendam itulah yang menjadi jawaban kejadian pengeroyokan yang tidak fair ini. Hampir setahun yang lalu mungkin ia menunggu. Mencari-cari dimana aku dan celah bagaimana aku bisa dihabisinya. Setelah setahun menunggu hari ini dendam itu terbalaskan.Kejadian itu bermula pada suatu pagi saat beranjak kerja. Dimana ada pengendara motor yang menyempret mobilku. Merasa tidak dia yang menyempret padahal sudah ada saksi kalau dia yang menyempret, dia malah tak terima dan bermaksud menghajarku tapi kalah cepat gerakannya saat mau memukulku.Akibatnya aku yang balik menghajarnya. Sempat aku suruh hafalkan plat nomor mobilku
Bapak penolong yang memperkenalkan diri dengan panggilan Putra itu pamit pulang. Tapi nama lengkapnya adalah Herman Syaputra. Perawakannya mengingatkanku pada ayah Maria, Pak Herman. Dan kebetulan namanya juga ada Herman-nya. Apakah mereka saudaraan dan tinggal berdekatan dengan Maria tinggal, mengingat kejadian pengroyokan itu ada di jalanan dekat rumah Maria? Entahlah. Yang jelas aku sangat berterima kasih padanya.Tak lama kemudian, Ayah dan kakakku datang sehingga Andrew dan Sheily bisa langsung pulang mengingat besok mereka harus ke kantor. Aku percayakan urusan kantor ke mereka berdua. Dan Sheily akan mengusahakan untuk menjengukku lagi besok jika tidak ada jadwal yang tabrakan. Aku bilang tidak perlu dipaksa karena di sini sudah ada keluargaku yang menjaga.Ayah bergegas menghampiriku dan mengelus-elus kepalaku sambil menitikan air mata. Ia terlihat sangat sedih atas kejadian ini. Apalagi ini kali kedua. Melihat sikap dan perhatian ayah yang begitu aku mer
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un