Sontak hal itu membuatku shock. Shopia reflek menatapku. Sementara aku masih kaget dengan pernyataan Pak Komisaris barusan. Ada apa gerangan? Bukankah selama ini baik-baik saja dan tidak ada masalah? Bukankah ia yang banyak berkontribusi agar akulah pengendali proyek itu? Apa gara-gara aku terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Shopia selama proyek? Tapi jika dihitung-hitung tidak juga. Atau karena fisikku sehabis sakit dirasa tidak mampu menghandle proyek itu? Aku segera butuh klarifikasi dari Pak Komisaris.
Sejak pertama bekerja di perusahaan ini hingga sekarang sepertinya baru kali ini Pak Komisaris yang sudah kuanggap orang tua sendiri memberi keputusan sepihak dan mengagetkan. Kenapa aku dinonaktifkan dari proyek yang jauh-jauh hari diriku dipersiapkan untuk itu? Bisakah ia jelaskan sekarang?
“Emmm Kalau boleh tahu kenapa ya Pak? Rasanya mendadak dan sepihak sekali. Maaf..”
Ia tak langsung menjawab tapi malah menoleh ke Pak Antonio. Pak Anton
Shopia berjalan lemas menghampiriku dengan wajah putus asa. Sepertinya harapanku untuk bersenang ria bersamanya di Paris pupus sudah.“Bagaimana Bu. Apakah dizinkan?”Shopia hanya menggeleng sedih. Wajah jelitanya muram karena persoalan ini namun tetap saja cantik. Begitu mendapat konfirmasi darinya melalui gelengan kepala kiranya Fix! Ia tidak diizinkan terbang ke Paris bersamaku. Seketika hatiku kacau. Sedih dan gundah menyerbu tanpa ampun. Rasanya ingin membatalkan saja kepergianku ke Paris untuk urusan apapun disana jika tanpa keikutsertaan Maria.“Benar Bu, tidak ada kesempatan untuk dibolehkan?”“Benar pak. Tapi…..”“Tapi apa bu..? Apa yang membuat tapi?”“Tapi boong….” Sontak aku senang dengan kabar itu. Hampir saja ia kupeluk tapi, ia segera menyadarkanku kalau sekarang sedang di kantor. Rupanya ia hanya menge-prank-ku.Agenda keberangk
Teriakan Shopia begitu kencang sampai membuat orang-orang di sekitar menoleh. Aku sendiri perlu beberapa detik untuk menetralkan keadaan sehabis tersungkur. Setelah stabil, bergegas aku mengejar penjahat itu dengan gesit. Karena jalannya sangat cepat aku ketinggalan banyak. Membuatku khawatir jika hapenya tak terselamatkan.Namun kabar baiknya ada orang baik menolong kami. Begitu teriakan Shopia terdengar di sekitar kejadian, dua orang sigap untuk mengejar pencurinya dari berbagai arah. Dari kejauhan sempat kulihat mereka sedang rebutan hapenya dan saling adu jotos. Beruntung hapenya selamat namun pencurinya kabur.Shopia menghampiriku yang berlari menuju orang baik yang menolong tadi. Mereka memberikannya langsung padaku begitu aku tiba di depan mereka. Aku sangat berterima kasih atas bantuan mereka dan sebagai imbalannya kami berikan tips untuknya. Namun, mereka menolak lembut dan menasihati kami untuk lebih berhati-hati di tempat umum. Karena kejahatan datang bukan
Setelah kehabisan akal dan ide aku bergegas menuju pos sekuriti setempat untuk menanyakan ketersediaan fasilitas yang kumaksud.Malam ini pemandangannya menakjubkan. Banyak muda mudi berduaan. Sebagiannya berfoto. Ada yang hanya sekadar jalan-jalan. Ramai sekali sampai membuatku sulit mencari Shopia. Kemegahan Eiffel yang menakjubkan hati. Dan bintang gemintang dilangit beserta rembulan yang cantik menambah keindahan malam ini di kota yang kata kebanyakan adalah kota paling romantis sedunia tapi, mungkin malam ini tak menjadi seromantis itu karena Shopia entah dimana keberadaanya.Saat aku berjalan menuju pos sekuriti tiba-tiba seseorang mengagetkanku dan langsung memelukku erat.“Shopia?”Karena saking kagetnya aku langsung panggil nama. Membuat wajahnya terlihat seperti menerima.“Kau ke mana saja tadi? Aku khawatir sekali.”“Kau juga di mana? Aku mencari kesana-sini tapi tidak juga ketemu.”Dalam
Aku dan Shopia saling berpandangan dan saling menanyakan tapi masing-masing kami tak ada jawaban. Namun tatapan kami mencoba untuk saling menguatkan. Setelah tiba di ruangan interogasi, kami menjadi tahu alasan kami ditahan.Rupanya ini ada kaitannya dengan kejadian di hari pertama kami di sini. Yaitu pencurian hape Shopia yang gagal. Melalui laporan yang diterima, polisi segera menyelidiki kasusnya dan mencari pelakunya. Sampai sekarang pelakunya masih dalam buronan. Sambil menunggu penangkapan, pihak polisi membutuhkan keterangan dari pihak terkait, yaitu kami sebagai korban, tepat sebelum kami meninggalkan negara mereka.Setelah mendapat keterangan yang cukup, kamipun dizinkan untuk melanjutkan check in. Kami lega dan Shopia memelukku senang karena masalah terselesaikan. Kami bergandengan menuju tempat check in sambil membawa koper di samping.Usai check in dan menunggu pesawat datang kami masuk ke pesawat jurusan Tanah Air. Di dala
Shopia masih belum menjawab pertanyaanku. Entah di sana sedang apa atau dia belum siap dengan jawaban itu.“Halo? Shopia? Shopia sayang…”Beberapa kali aku memanggilnya tapi belum ada panggilan padahal ini di bagian inti dan terpenting dari pembicaraan malam ini. Tapi sesaat setelah itu kudengar suara dari seberang yang juga beberapa kali bilang halo.“Halo iya halo .. Maaf sayang tadi masih balas chat dari ayah. Sekadar ngabari saja kalau malam ini tidak bisa pulang karena urusan bisnis yang belum kelar di luar kota. Mungkin besok sore atau malam baru bisa pulang. Mungkin ayah kangen sama aku. Sudah semingguan belum ketemu. Tadi pagi begitu aku sampai di rumah, ayah sudah berangkat ke kantor.”Sampai disini aku tahu kalau jawaban dari ayahnya belum bisa kudengar.“Iya Sayang tidak apa-apa. Jadi.. Soal ayah setuju atau tidak belum tahu ya, karena ayah tidak sedang di rumah.”“Benar Sa
Shopia tetap tidak menjawab. Ada apa dengan ayahnya? Apa terjadi sesuatu pada ayahnya? Atau ayahnya mengabarkan terlambat pulang sampai besok lagi? Apapun itu aku harus tahu dan memastikan Shopia baik-baik saja atas berita itu. “Ayah tidak bisa pulang hari ini.” ujar Shopia singkat. Kukira sesuatu buruk telah terjadi.“Oo begitu ya Sayang. Tapi sampai kapankah?”“Seminggu. Ada agenda bisnis lain yang mengharuskan ayah berangkat ke luar pulau dan memakan waktu sampai seminggu.”Mendengar hal itu aku sangat sedih. Itu artinya rencana untuk izin tertunda.“Maaf ya Sayang.. Ketunda terus.”“Tidak apa-apa sayang. Tapi jika boleh saran, gimana kalau mengabarkannya lewat telepon atau chat saja?”“Aku tahu tipe ayahku. Takutnya ia tidak berkenan dan nanti malah bisa merusak rencana kita.”A
Mendadak emosiku tak terkontrol dan rasanya ingin datang melabrak mereka lalu menghajar habis pria itu. Atau datang menemui mereka lalu meraih paksa tangan Shopia untuk kubawa pulang. Tapi mengingat ini bukan tempat umum dan tuan rumah adalah sahabat baik Shopia maka, sebisa mungkin aku tahan agar tidak melakukan hal bodoh itu. Namun sebagai gantinya aku kembali ke mobil tidak ikut pesta.Tak lama kemudian aku berada di dalam mobil dan segera mengabari Shopia lewat chat posisi keberadaanku agar tak bingung mencarinya. Biarlah ia bersuka ria dalam pesta yang dihadiri oleh orang-orang yang tak kukenal selain Shopia, sahabatnya dan pria yang membuatku harus meninggalkan pesta itu. Usai pesta dan Shopia sudah kembali ke mobil, akan aku interogasi habis-habisan. Kenapa ia setega itu padaku.Di dalam mobil aku merenung dan memikirkan banyak hal. Tentang pekerjaan, ayah dan ibu yang sudah semakin tua sementara aku belum kunjung memberinya cucu, tentang Maria ya
Tapi jika benar aku melakukan hal konyol itu, tentu kesedihanku akan bertubi-tubi menghajarku. Bagaimana bisa tega melakukannya sementara Shopia ada di sampingnya yang mau tak mau jadi ikut tertabrak?Tak lama kemudian mereka berpisah dan Shopia bergegas menuju ke mobil. Pintu sengaja kukunci meski aku tahu ia ada di luar. Agaknya ia juga menyadari kalau aku ada di dalam. Ia kusulitan untuk membuka dan membujukku dengan isyarat tangan memohon untuk dibukakan. Karena tak sampai hati akhirnya aku buka kunci otomatisnya lalu pintupun bisa dibuka olehnya.Shopia segera masuk dan mempertanyakan keadaanku yang dianggapnya aneh.“Hey.. Ada apa Sayang? Kenapa tidak ikut pesta dan kenapa pintu ditutup? Are you okay?”Aku diam tak menjawab biar ia tahu rasanya bagaimana aku jika cemburu.“Please sayang.. jangan begitu. Kasih tahu aku ada apa..” Aku masih terdiam.Ia memohon dengan sangat sampai mau menangis ak
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un