Shopia masih belum menjawab pertanyaanku. Entah di sana sedang apa atau dia belum siap dengan jawaban itu.
“Halo? Shopia? Shopia sayang…”
Beberapa kali aku memanggilnya tapi belum ada panggilan padahal ini di bagian inti dan terpenting dari pembicaraan malam ini. Tapi sesaat setelah itu kudengar suara dari seberang yang juga beberapa kali bilang halo.
“Halo iya halo .. Maaf sayang tadi masih balas chat dari ayah. Sekadar ngabari saja kalau malam ini tidak bisa pulang karena urusan bisnis yang belum kelar di luar kota. Mungkin besok sore atau malam baru bisa pulang. Mungkin ayah kangen sama aku. Sudah semingguan belum ketemu. Tadi pagi begitu aku sampai di rumah, ayah sudah berangkat ke kantor.”
Sampai disini aku tahu kalau jawaban dari ayahnya belum bisa kudengar.
“Iya Sayang tidak apa-apa. Jadi.. Soal ayah setuju atau tidak belum tahu ya, karena ayah tidak sedang di rumah.”
“Benar Sa
Shopia tetap tidak menjawab. Ada apa dengan ayahnya? Apa terjadi sesuatu pada ayahnya? Atau ayahnya mengabarkan terlambat pulang sampai besok lagi? Apapun itu aku harus tahu dan memastikan Shopia baik-baik saja atas berita itu. “Ayah tidak bisa pulang hari ini.” ujar Shopia singkat. Kukira sesuatu buruk telah terjadi.“Oo begitu ya Sayang. Tapi sampai kapankah?”“Seminggu. Ada agenda bisnis lain yang mengharuskan ayah berangkat ke luar pulau dan memakan waktu sampai seminggu.”Mendengar hal itu aku sangat sedih. Itu artinya rencana untuk izin tertunda.“Maaf ya Sayang.. Ketunda terus.”“Tidak apa-apa sayang. Tapi jika boleh saran, gimana kalau mengabarkannya lewat telepon atau chat saja?”“Aku tahu tipe ayahku. Takutnya ia tidak berkenan dan nanti malah bisa merusak rencana kita.”A
Mendadak emosiku tak terkontrol dan rasanya ingin datang melabrak mereka lalu menghajar habis pria itu. Atau datang menemui mereka lalu meraih paksa tangan Shopia untuk kubawa pulang. Tapi mengingat ini bukan tempat umum dan tuan rumah adalah sahabat baik Shopia maka, sebisa mungkin aku tahan agar tidak melakukan hal bodoh itu. Namun sebagai gantinya aku kembali ke mobil tidak ikut pesta.Tak lama kemudian aku berada di dalam mobil dan segera mengabari Shopia lewat chat posisi keberadaanku agar tak bingung mencarinya. Biarlah ia bersuka ria dalam pesta yang dihadiri oleh orang-orang yang tak kukenal selain Shopia, sahabatnya dan pria yang membuatku harus meninggalkan pesta itu. Usai pesta dan Shopia sudah kembali ke mobil, akan aku interogasi habis-habisan. Kenapa ia setega itu padaku.Di dalam mobil aku merenung dan memikirkan banyak hal. Tentang pekerjaan, ayah dan ibu yang sudah semakin tua sementara aku belum kunjung memberinya cucu, tentang Maria ya
Tapi jika benar aku melakukan hal konyol itu, tentu kesedihanku akan bertubi-tubi menghajarku. Bagaimana bisa tega melakukannya sementara Shopia ada di sampingnya yang mau tak mau jadi ikut tertabrak?Tak lama kemudian mereka berpisah dan Shopia bergegas menuju ke mobil. Pintu sengaja kukunci meski aku tahu ia ada di luar. Agaknya ia juga menyadari kalau aku ada di dalam. Ia kusulitan untuk membuka dan membujukku dengan isyarat tangan memohon untuk dibukakan. Karena tak sampai hati akhirnya aku buka kunci otomatisnya lalu pintupun bisa dibuka olehnya.Shopia segera masuk dan mempertanyakan keadaanku yang dianggapnya aneh.“Hey.. Ada apa Sayang? Kenapa tidak ikut pesta dan kenapa pintu ditutup? Are you okay?”Aku diam tak menjawab biar ia tahu rasanya bagaimana aku jika cemburu.“Please sayang.. jangan begitu. Kasih tahu aku ada apa..” Aku masih terdiam.Ia memohon dengan sangat sampai mau menangis ak
Setelah menunggu sekian jam, ratusan menit, dan ribuan detik, akhirnya momen yang ditunggupun tiba. Kami berangkat ke rumah Shopia bersama. Setiba di sana aku langsung disambut hangat oleh ibunya di ruang tamu. Sejauh ini aku belum melihat ayahnya.Kesan pertamaku kepada ibunya baik banget dan ramah. Seperti ibuku dan ibu Maria. Tapi tidak tahu dengan ayahnya yang dari kemarin menjadi pemegang hak veto atas persoalan ini. Setelah mengobrol kesana sini menanyakan ini dan itu yang ditunggu-tunggupun tiba. Sang ayah.Perawakannya tegas. Kumisnya tebal tapi rapi. Berjalannya tegap dan sangat mencerminkan seorang eksekutif senior di perusahaannya. Aku bangkit dari dudukku dan menyalaminya takzim. Ditemani Shopia dan ibunya, ayahnya menanyaiku banyak hal setelah kusampaikan maksud kedatanganku yaitu untuk meminta izin melamar Shopia berikut rencana kami untuk menikah dalam waktu dekat.Beliau menanyaiku soal keluargaku, posisiku di perusahaan dan proyek yang sedang ku
Aku menoleh ke Shopia menatapnya dengan penuh harap ia bisa menjelaskan dan melakukan pembelaan. Tapi ia sendiri kebingungan. Seperti tidak tahu apa-apa dan begitu tiba sudah terjebak dalam rencana ayahnya yang mempermalukanku.“Dan saya akan perkenalkan anak muda yang luar biasa. Seorang eksekutif muda yang selalu naik karir di perusahaannya namun sayang, nama perusahaan dan posisinya jauh di bawah standar kita. Tapi perlu kita akui, kerja kerasnya telah membawanya pada posisi itu. Meskipun begitu, itu belum cukup layak untuk bersanding dengan putriku. Anak dari komisaris dengan saham terbesar di perusahaan ternama ibu kota.”Mentalku down saat aku dibanding-bandingkan begitu. Apalagi di depan Shopia dan teman-teman ayahnya. Belum pernah seumur-umur aku diperlakukan demikian. Sekuat apakah pengaruh perusahaan berikut jabatan ayahnya sampai berani merendahkan perusahaan dan posisi orang lain?“Karena yang pantas mendampingi putriku ada
Aku bergegas menghampiri bapak polisi itu untuk mengetahui jelasnya apa yang terjadi.“Selamat pagi Pak? Maaf Bapak cari saya?” tanyaku pada mereka.“Pagi. Maaf apakah Bapak yang bernama David?”“Benar ini saya. Kalau boleh tahu ada apa ya? Kenapa banyak polisi ada di sini.” tanyaku meminta penjelasan.“Kalau begitu, mohon ikut kami ke kantor karena Kami mendapat laporan bahwa Pak David diduga menjadi pelaku pelecehan seksual.” Sontak aku kaget dengan pernyataan yang tak pernah kulakukan itu.“Tunggu Oak.. siapa yang melapor dan siapa yang saya lecehkan? Sumpah. Demi Tuhan saya tidak pernah melakukan perbuatan itu.”“Soal itu mari kita selesaikan di kantor saja. Pelapor menyebutkan bahwa wanita yang menjadi korban kini telah hamil dan itu karena ulah bapak.” Aku semakin shock. Tidak terima dengan pernyataan itu. Aku memberontak dan melawan polisi-polisi itu deng
Aku tak tahu sekuat apa kekuatan dan pengaruh ayahnya Shopia. Sampai aku heran dan berpikir apakah aku mencintai orang yang salah? Dan sehebat apakah kekuatannya sampai begitu mudah mengancam orang yang menjadi lawannya?“Anda perlu apa? Dan apa yang Anda inginkan dariku.”“Baik, intinya situasi yang Anda saat ini hadapi sangat terdesak. Dan rasanya akan sulit untuk melakukan pembelaan dan bebas.”“Jadi intinya apa? Tidak usah bertele-tele.” Tegasku.“Intinya ayah Shopia menawarkan untuk kasus ini pada dua hal. Mau disudahi atau diteruskan. Jika diteruskan maka lakukan apapun untuk membebesakan diri tapi itu sangat berat dan sulit. Dan jika ingin disudahi maka itu mudah saja. Anda harus menandatangani kesepakatan.”“Kesepakatan?”“Iya. Kesepakatan atas beberapa hal yang harus Anda patuhi dan tidak boleh Anda langgar.”“Katakan saja cepat.”&ldqu
Sebenarnya bukan soal ancaman dan penjara yang kutakutkan, sebenarnya bukan tekanan dari Ayah Shopia yang kukhawatirkan jikapun aku harus menandatangani kesepakatan itu. Secara mendalam telah aku pikirkan semalam akan perkara ini. Aku merasa ini lebih seperti ujian ketangguhanku saja. Apakah aku mampu melewati ini atau sebaliknya?Jujur aku tidak takut dengan semua ancaman dan konsekuensi yang kutanggung jika tidak menyepakati atau bahkan melawan ayah Shopia. Tapi, disini aku mencoba untuk berpikir logis dan realistis.Ide yang kutemukan semalam adalah meminta pesuruh ayah Shopia untuk membuat kesepakatan juga yaitu, dengan meminta pendapat Shopia atas keterdesakan ini. Secara khusus aku akan tanyakan ke dia tentang kesetiaan dan komitmen kami. Jika dia-nya masih memegang komitmen dan janji yang penah kami sepakati maka aku akan tolak kesepakatan yang diajukan ayahnya. Tapi jika ia menyerah dan tidak ada kesempatan untuk diperjuangkan maka terpaksa aku menyetujui tawar
“Bapak ibu dan semua tamu undangan. Sebagaimana yang saya sampaikan di depan tadi untuk memberikan keputusan saya atas perkara ini maka,dengan segala kerendahan hati saya, dengan segala pertimbangan yang saya pikirkan matang-matang, dengan segala rasa dan perjalanan yang saya ikhlaskan, memutuskan untuk memberi keputusan Mas David agar kembali mengejar cintanya kepada wanita yang pernah sangat dicintainya, dan wanita yang saking cintanya ke Mas David sampai pernah jatuh sakit berbulan-bulan hanya karena merindu.“Saya ikhlas dan saya tidak apa-apa. Toh semua ini hanya titipan. Soal jodoh urusan Tuhan. Saya merasa yang lebih pantas mendampingi Mas David dalam mengarungi hidup dan bahtera rumah tangga sampai akhir usia adalah wanita itu bukan saya. Maka dari itu mohon keikhlasannya semuanya.“Dan khususnya kepada ayah ibu. Hiks… hiks…. Ini memang sudah jalannya. Maaf selama ini saya tidak terus terang. Tapi yakinlah apa yang kita lepaskan
Entahlah apa maksud Sheily menolah-noleh tadi dengan durasi waktu yang cukup menyita perhatian para audience. Aku tak terlalu peduli. Aku hanya meperhatikan Sheily-ku. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku.Setelah Sheily kembali fokus ke apa yang ingin disampaikan, para tamu undangan kembali tertuju perhatiannya ke Sheily.“Bapak ibu sekalian. Izin untuk sedikit bercerita. Cerita ini bukanlah fiktif. Tapi cerita yang berangkat dari kejadian yang sesunggunya.“Cerita itu bermula saat ada seseorang yang diam-diam mencintai seorang lelaki. Sebut saja namanya Eli. Lelaki ini oleh Eli dianggapnya spesial. Saking spesialnya ia menyembunyikan perasaannya itu hingga bertahun-tahun lamanya. Ia gigih untuk tidak mengutarakan kepada siapapun selain kepada buku catatan yang menemaninya di tiap kali ia merindukan, teringat dan tengah merasakan cintanya terhadap lelaki itu. Sebut saja namanya Afi.“Singkat cerita, Afi dijodohkan den
Ya! Ini bukan mimpi di siang bolong atau dalam tidur. Ini sungguhan yang kupastikan beberapa kali dengan kenyataan yang ada sehingga tak perlu lagi menyimpulkan kalau ini mimpi atau sungguhan.Gadis yang dijebak untuk bertunangan denganku tak lain dan tak bukan adalah Sheily. Mengetahui kalau itu Sheily, bagaimana aku tidak bahagia dan menangis haru? Di saat aku melepaskan dan netral sentral-netralnya, tiba-tiba aku dihadirkan dirinya untuk mewujudkan apa yang menjadi harapanku kemarin.Aku memprediksikan semua ini telah dirancang dan direncanakan dengan sedemikiannya oleh satu orang yang dibantu timnya. Orang itu siapa lagi kalau bukan Pak Komisaris yang mungkin diam-diam meriset keadaan kami dan mengambil celah untuk sebuah kejutan yang memang aku harapkan.Lalu kehadiran teman-teman kantor, keluargaku, persiapan gedung ini, modus seseorang yang menjadi donatur biaya pengobatan ayah Sheily, dan semua yang terlibat untuk acara ini adalah bagian dari rencana Pak
Sekali lagi aku terkejut begitu tahu kalau benar-benar dia yang ada di depanku. Lama tak jumpa setelah kejadian itu. Dan selama tak jumpa itu tak terdengar kabar tentangnya olehku. Secepat itukah dia menjalani proses hukuman? Apa ia dan pengacaranya mengajukan banding atas keringan hukuman sehingga hanya setahun?“Hai Lucas. Apa kabar bro? Sudah bebas nih? Kok ada disini Bro?”“Kabar baik bro. Aku tak menyangka kita akan bertemu lagi. Ya aku sudah terbebas dengan segala pertimbangan yang ribet jika aku ceritakan. Yang jelas selama masa hukuman itu ada banyak hal yang kulalui disana. Soal pergulatan batin, introspeksi diri, penyesalan karena telah mengkhianati orang sebaik dirimu, dan lain-lain.“Ya! Aku sangat menyesal Bro. Karena salahku itu aku merasa tidak berhak mendapatkan apa yang dulu aku dapatkan disini. Meski begitu aku tetap berhak untuk mengunjungi tempat ini yang penuh kenangan dan kerinduanku selama di sel. Dan itulah alasan
Alhasil, setelah semua isi pesan ibu Sheily kubaca, hatiku malah dirundung rasa sedih kembali. Sedetik kemudian, kecewa. Lalu, ngilu rasanya.Kalau saja aku mengetahui isi pesannya demikian, tentu lebih baik aku tidak usah membacanya atau langsung menghapusnya saja. Tapi, karena aku sudah bertekad untuk berdamai dan memaafkan semuanya, perlahan rasa tidak mengenakkan itu luntur dan kembali netral.Dalam pesan itu, ibu Sheily mengabarkan berita tunangan Sheily. Sebelumnya beliau meminta maaf padaku yang sebesar-besarnya. Pembicaraan kemarin saat kunjungan ke rumah Sheily terkait niat baikku melamar Sheily juga sudah diceritakan ke Sheily. Sontak Sheily terkejut, bahagia yang bercampur sedih yang teramat.Sheily juga menyesali kenapa semua ini datang terlambat. Tapi bagaimanapun harus ikhlas menerima. Dan ia berharap aku mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.Sheily sudah ikhlaskan aku, ia lepaskan dan biarlah kisah perjalanan cinta dalam diamnya selam
Menyadari suasana menuju tidak nyaman aku berpura-pura izin ke belakang. Aku berpura-pura ingin buang air kecil demi menyelamatkan suasana yang kurang nyaman itu.“Adek. Tolong diantar Mas David ya,” pinta Sheily pada adiknya. Yang diperintah menurut dan mengantarkanku ke belakang. Setidaknya upayaku berhasil membuat keadaan jauh lebih baik. Usai dari belakang aku izin untuk pamit.Saat memasuki mobil aku menatap wajah Sheily yang mengantarku sampai halaman rumah. Kutangkap sekilas pancaran wajahnya yang tidak menunjukkan kecurigaan ia sedang menyimpan sesuatu. Ia malah tersenyum dan berterimakasih atas kehadiranku. Aku balik tersenyum padanya lalu, pada ayah ibunya yang melepas kepulanganku dari depan pintu.Keluarga sederhana yang hangat. Rasanya aku seperti berada di rumah sendiri.Di dalam mobil menuju rumah mataku seketika berkaca-kaca. Tak kuasa aku menanggung beban seperti ini. Padahal tinggal sebentar lagi. Padahal kurang selangk
Sebelum Ibu Sheily menyambut Sheily dan suaminya, ia amankan buku catatan itu agar tidak ketahuan Sheily. Sementara aku tetap di dalam. Berjuang menetralkan keadaan sembari menghapus air mataku dengan tisu.Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam. Aku bergegas bangkit dan menyalami ayah Sheily dan juga Sheily yang agak canggung karena tidak biasa saliman kalau di kantor. Sementara Sheily menemaniku, ayahnya izin masuk ke dalam bersama ibunya.“Maaf Pak menunggu lama. Tadi di jalan macet.”“Tidak apa-apa Sheil. Yang penting selamat.” Aku berusaha untuk netral. Sheily tak menaruh curiga padaku namun, ia pandai sekali menyembunyikan masalahnya sampai tak terlihat ia sedang memiliki masalah. Selain itu, ia juga pandai menyembunyikan perasaan terhadap orang yang sangat dicintai selama bertahun-tahun ini.“Oya Pak. Katanya ada yang mau dibicarakan ya?”Benar Sheil. Tapi tidak jadi karena aku sudah tahu semuanya. Tak sa
Tampak dari raut mukanya sepertinya ibu Sheily belum siap dengan kabar bahagia itu. bukannya harusnya senang dan memberi dukungan tapi yang kudapati adalah sikapnya yang seperti menyembunyikan sesuatu.“Bu.. Maaf… apa saya salah mengatakannya?”Saat kuulangi pertanyaanku eh malah menangis. Aku jadi semakin bingung.“Tidak Nak. Kau tidaklah salah untuk mengatakan yang sejujurnya sesuai hatimu.”“Lalu kenapa ibu menangis? Bukannya seharusnya ibu bahagia?”“Benar Mas David. Sudah seharusnya ibu bahagia mendengar itu tapi jika kabar gembira ini datang sebelum kejadian barusan.”“Kejadian barusan maksudnya bu?” Sejenak ibu Sheily terdiam. Sepertinya ia sedang mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan. Tak lama kemudian beliau mulai bersuara.“Sebenarnya kejadian ini sudah lama Mas David. Karena penyakit yang diderita ayahnya Sheily cukup serius maka disarankan do
“Iya Pak. Maaf ada apa ya pak menelepon?” Tanyaku langsung. Agak kesal karena bacaanku yang keganggu. Namun aku berusaha tetap sopan. Setelah basa-basi menanyakan keadaanku Pak Herman langsung menyampaikan inti tujuan aku ditelponnya.“Jadi begini Nak David. Beberapa hari yang lalu pemuda yang hendak melamar Maria datang ke rumah bersama keluarganya. Di sana kami terkejut dengan apa yang diutarakannya. Ternyata mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan itu.”“Ha? Bagaimana bisa Pak?” Sontak aku terkejut.“Jadi entah bagaimana awalnya, Maria diminta jujur ke pemuda itu saat di telepon. Jujur yang dimaksud adalah apakah Maria pernah pacaran atau tidak dan selama ini berhubungan dengan siapa saja soal asmara. Karena Maria sudah terlatih dari kecil untuk tidak berbohong ia akhirnya berbicara sejujurnya dan apa adanya. Ia menceritakan kisahnya denganmu Nak David. Keesokan harinya tiba-tiba mereka datang ke rumah un