Tapi jika benar aku melakukan hal konyol itu, tentu kesedihanku akan bertubi-tubi menghajarku. Bagaimana bisa tega melakukannya sementara Shopia ada di sampingnya yang mau tak mau jadi ikut tertabrak?
Tak lama kemudian mereka berpisah dan Shopia bergegas menuju ke mobil. Pintu sengaja kukunci meski aku tahu ia ada di luar. Agaknya ia juga menyadari kalau aku ada di dalam. Ia kusulitan untuk membuka dan membujukku dengan isyarat tangan memohon untuk dibukakan. Karena tak sampai hati akhirnya aku buka kunci otomatisnya lalu pintupun bisa dibuka olehnya.
Shopia segera masuk dan mempertanyakan keadaanku yang dianggapnya aneh.
“Hey.. Ada apa Sayang? Kenapa tidak ikut pesta dan kenapa pintu ditutup? Are you okay?”
Aku diam tak menjawab biar ia tahu rasanya bagaimana aku jika cemburu.
“Please sayang.. jangan begitu. Kasih tahu aku ada apa..” Aku masih terdiam.
Ia memohon dengan sangat sampai mau menangis ak
Setelah menunggu sekian jam, ratusan menit, dan ribuan detik, akhirnya momen yang ditunggupun tiba. Kami berangkat ke rumah Shopia bersama. Setiba di sana aku langsung disambut hangat oleh ibunya di ruang tamu. Sejauh ini aku belum melihat ayahnya.Kesan pertamaku kepada ibunya baik banget dan ramah. Seperti ibuku dan ibu Maria. Tapi tidak tahu dengan ayahnya yang dari kemarin menjadi pemegang hak veto atas persoalan ini. Setelah mengobrol kesana sini menanyakan ini dan itu yang ditunggu-tunggupun tiba. Sang ayah.Perawakannya tegas. Kumisnya tebal tapi rapi. Berjalannya tegap dan sangat mencerminkan seorang eksekutif senior di perusahaannya. Aku bangkit dari dudukku dan menyalaminya takzim. Ditemani Shopia dan ibunya, ayahnya menanyaiku banyak hal setelah kusampaikan maksud kedatanganku yaitu untuk meminta izin melamar Shopia berikut rencana kami untuk menikah dalam waktu dekat.Beliau menanyaiku soal keluargaku, posisiku di perusahaan dan proyek yang sedang ku
Aku menoleh ke Shopia menatapnya dengan penuh harap ia bisa menjelaskan dan melakukan pembelaan. Tapi ia sendiri kebingungan. Seperti tidak tahu apa-apa dan begitu tiba sudah terjebak dalam rencana ayahnya yang mempermalukanku.“Dan saya akan perkenalkan anak muda yang luar biasa. Seorang eksekutif muda yang selalu naik karir di perusahaannya namun sayang, nama perusahaan dan posisinya jauh di bawah standar kita. Tapi perlu kita akui, kerja kerasnya telah membawanya pada posisi itu. Meskipun begitu, itu belum cukup layak untuk bersanding dengan putriku. Anak dari komisaris dengan saham terbesar di perusahaan ternama ibu kota.”Mentalku down saat aku dibanding-bandingkan begitu. Apalagi di depan Shopia dan teman-teman ayahnya. Belum pernah seumur-umur aku diperlakukan demikian. Sekuat apakah pengaruh perusahaan berikut jabatan ayahnya sampai berani merendahkan perusahaan dan posisi orang lain?“Karena yang pantas mendampingi putriku ada
Aku bergegas menghampiri bapak polisi itu untuk mengetahui jelasnya apa yang terjadi.“Selamat pagi Pak? Maaf Bapak cari saya?” tanyaku pada mereka.“Pagi. Maaf apakah Bapak yang bernama David?”“Benar ini saya. Kalau boleh tahu ada apa ya? Kenapa banyak polisi ada di sini.” tanyaku meminta penjelasan.“Kalau begitu, mohon ikut kami ke kantor karena Kami mendapat laporan bahwa Pak David diduga menjadi pelaku pelecehan seksual.” Sontak aku kaget dengan pernyataan yang tak pernah kulakukan itu.“Tunggu Oak.. siapa yang melapor dan siapa yang saya lecehkan? Sumpah. Demi Tuhan saya tidak pernah melakukan perbuatan itu.”“Soal itu mari kita selesaikan di kantor saja. Pelapor menyebutkan bahwa wanita yang menjadi korban kini telah hamil dan itu karena ulah bapak.” Aku semakin shock. Tidak terima dengan pernyataan itu. Aku memberontak dan melawan polisi-polisi itu deng
Aku tak tahu sekuat apa kekuatan dan pengaruh ayahnya Shopia. Sampai aku heran dan berpikir apakah aku mencintai orang yang salah? Dan sehebat apakah kekuatannya sampai begitu mudah mengancam orang yang menjadi lawannya?“Anda perlu apa? Dan apa yang Anda inginkan dariku.”“Baik, intinya situasi yang Anda saat ini hadapi sangat terdesak. Dan rasanya akan sulit untuk melakukan pembelaan dan bebas.”“Jadi intinya apa? Tidak usah bertele-tele.” Tegasku.“Intinya ayah Shopia menawarkan untuk kasus ini pada dua hal. Mau disudahi atau diteruskan. Jika diteruskan maka lakukan apapun untuk membebesakan diri tapi itu sangat berat dan sulit. Dan jika ingin disudahi maka itu mudah saja. Anda harus menandatangani kesepakatan.”“Kesepakatan?”“Iya. Kesepakatan atas beberapa hal yang harus Anda patuhi dan tidak boleh Anda langgar.”“Katakan saja cepat.”&ldqu
Sebenarnya bukan soal ancaman dan penjara yang kutakutkan, sebenarnya bukan tekanan dari Ayah Shopia yang kukhawatirkan jikapun aku harus menandatangani kesepakatan itu. Secara mendalam telah aku pikirkan semalam akan perkara ini. Aku merasa ini lebih seperti ujian ketangguhanku saja. Apakah aku mampu melewati ini atau sebaliknya?Jujur aku tidak takut dengan semua ancaman dan konsekuensi yang kutanggung jika tidak menyepakati atau bahkan melawan ayah Shopia. Tapi, disini aku mencoba untuk berpikir logis dan realistis.Ide yang kutemukan semalam adalah meminta pesuruh ayah Shopia untuk membuat kesepakatan juga yaitu, dengan meminta pendapat Shopia atas keterdesakan ini. Secara khusus aku akan tanyakan ke dia tentang kesetiaan dan komitmen kami. Jika dia-nya masih memegang komitmen dan janji yang penah kami sepakati maka aku akan tolak kesepakatan yang diajukan ayahnya. Tapi jika ia menyerah dan tidak ada kesempatan untuk diperjuangkan maka terpaksa aku menyetujui tawar
Ini adalah detik-detik yang sangat menentukan. Yaitu detik-detik sebagai penentu apakah aku lanjut atau tidak untuk memperjuangkan cinta kami. Sebuah cinta yang kubangun perlahan dan kuperjuangkan habis-habisan. Kali ini aku ingin serius dan tidak mau main-main lagi soal perempuan dengan berlama-lama menunda untuk menikah.Dan satu-satunya perempuan yang membuatku jatuh hati saban harinya dan kuperjuangkan agar bisa hidup bersamanya adalah Shopia. Tapi situasi yang ada saat ini sangat memukulku. Aku tinggal menunggu jawaban darinya untuk segera kupastikan; lanjut dengan segala resikonya dan menyerah dengan segala rasa sakit hatiku.“Bagaimana Shopia? Tolong katakan dengan jujur..”“…Sayang… aku masih tidak tahu… ““Tapi hatimu condong ke mana? Tolong katakan. Aku butuh jawabannya segera. Jangan merasa terpaksa atau tidak enak mengatakannya. Katakanlah yang sejujurnya,” desakku.“.. Maaf
Rupanya tidak cuma Shopia dan ayahnya saja. Di belakangnya menyusul beberapa ajudannya yang berbadan kekar dan tegap. Seolah memberitahukan pada sekitar kalau siapapun tidak boleh macam-macam dan mengganggu bos kami. Menyadari kehadiran mereka, ayah bertanya siapa mereka dan kenapa Shopia ada bersama mereka. Aku tak ceritakan sekarang. Di rumah nanti saja biar tenang soalnya persoalannya rumit. Ayah memahami situasinya. Shopia dengan muka sendunya menghampiriku dan meninggalkan ayahnya yang tetap mengawasinya di kejauhan sana. “Bisa kita bicara sebentar Sayang? Di tempat yang sepi di luar.” Sebenarnya tidak perlu lagi ada yang dibicarakan. Semua sudah jelas. Tapi Shopia mendesak dan bilang ini yang mungkin terakhir sebelum ia bergegas pulang. Akhirnya akupun luluh. Aku minta izin ke keluargaku untuk menurutui permintaan Shopia. Kami berjalan keluar dan mencari spot yang bagus untuk bicara empat mata. Sementara Ayah dan beberapa ajudannya menunggu dan
Setelah Shopia dan rombongan sialannya itu pulang aku segera menghampiri keluargaku dengan masih menyisakan rasa penasaran yang mendalam. Dari apa yang sebelumnya disampaikan Shopia aku sangat merasakan dan paham bahwa ia masih sangat mencintaiku sehingga ia tetap ingin namaku selalu ada di hatinya.Sore itu kami pulang. Di jalan aku menikmati makanan yang dibeli ayah sambil bercerita. Kakakku tanpa sengaja menanyakan bagaimana kelanjutan rencanaku menikah. Menyadari ini topik yang tidak tepat dibicarakan, ibu segera mengalihkan pembicaraan dan memberi kode keras untuk kakakku agar tidak menanyakannya sekarang.Setelah sampai di rumah aku memastikan banyak halnya sebelum besok mulai kembali beraktivitas. Diantaranya adalah memastikan ke Pak Komisaris bahwa namaku di perusahaan sudah bersih. Untuk lebih memastikan aku menanyakan ke Sheily dan beberapa karyawan yang lain. Mereka bilang sudah aman. Tidak ada lagi rumor di kantor kalau Pak David ditangkap karena perbuatan