Ketika Karina memarikir mobilnya, gadis itu cukup dibuat terkejut dengan kehadiran Nick di waktu yang sepagi ini. Karena lupa memberikan kunci kafe pada Olivia, dia harus pulang pada pukul 7 pagi. Saat matahari masih sedikit bersembunyi dan jalanan masih sepi.Nick mendekati mobil Karina, mencondongkan tubuhnya untuk mengetuk kaca jendela mobil yang kini mesinnya bahkan sudah mati.“Hai, ada apa pagi-pagi kemari?” tanya Karina ceria, atau lebih tepatnya dia harus terlihat ceria.Nick memandang sekilas kursi penumpang Karina yang kosong “Bisa pindah kesana?” pria itu menujuk kursi itu.Karina mengigit bibir bawahnya,mengernyit curiga pada Nick “Aku harus membuka kafe. Kalau ada yang perlu dibicarakan. Bicara saja di sini.”Nick berdiri tegak dan melipat tangannya. Bagaimana dia bisa dia meyakinkan Karina kalau perasaanya belum berubah. Sementara Karina terus mendorongnya menjauh.Sekarang dia terdiam sejenak “Begini, aku akan mulai bisnisku di sini. Jadi mungkin kita akan sering bertem
Setelah semua sudah pulang, bahkan kafe sudah tutup. Karina meminta Nick untuk tinggal.Pria itu sama sekali tidak curiga, karena apa pun akan dia lakukan asal bisa berduaan dengan Karina.Meski begitu,Nick tidak ingin melihat Karina marah padanya. Bisa-bisa dia patah hati kalau sampai hal itu terjadi.Sebenarnya, sedari tadi ponsel Nick selalu berdering. Ada puluhan pesan yang Laila kirim,ada pula beberapa panggilan yang sengaja Nick abaikan.Bagi Nick, dia sudah cukup jelas bicara pada Laila. Kalau gadis itu cukup dewasa, dia seharusnya sadar kalau hubungan mereka sudah tidak ada harapannya lagi.Karena di dalam hati Nick, hanya ada Karina. Dan tak pernah berubah.Karina lebih gugup dari pada yang ia kira. Dia bingung menata kalimat agar pesannya tersampaikan tanpa harus menyakiti perasaan Nick.Karina berkali-kali mengelap meja kasir yang sudah ia bersihkan beberapa kali. Bola matanya terus berputar agar tidak bertemu dengan Nick yang sudah sadar kalau Karina ingin mengatakan sesua
Sepertinya diantara Brian dan Karina sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Buktinya, saat acara ulang tahun Keenan yang pertama Brian hanya mengirim hadiah dari pada datang sebagai tamu undangan.Hal itu tidak mengejutkan bagi Karina. Bahkan saat mereka masih berstatus suami istri saja,Brian lebih memilih mengirim hadiah dengan kurir ketimbang memberikannya langsung.Hanya saja, Karina seperti baru saja mengalami deja vu. Dia ingin setidaknya, Brian mau meluangkan sedikit waktunya untuk Jonathan.Bagaimana pun, mereka sempat akrab. Atau mungkin itu hanya alasan Karina saja yang memang ingin sekedar melihat Brian, meski dari kejauhan.Karina menyerahkan kado berwarna biru di meja yang Sarah sediakan untuk menumpuk kado-kado lain dari tamu yang datang.Beberapa teman Jonathan datang, begitu pula dengan teman Sarah yang rupanya cukup banyak. Ini bukanlah acara kecil-kecilan seperti yang Sarah rencanakan. Setidaknya ada 40 orang di halaman belakang rumah Jonathan sekarang.Semua orang tampak
Tidak ada yang membuka mulut kecuali Nick yang mengandeng tangan Karina yang amat dingin. Awalnya,Karina tidak merasa gugup, tapi setelah kedatangan Nick, gadis itu malah merasa sangat bersalah.Masih ada tatapan curiga dari kakak kedua Nick. Mau bagaimana pun,Karina sudah pernah bercerai.Dengan latar belakang seperti itu,Karina paham dengan kekhawatiran kedua kakak Nick. Tapi, masalahnya adalah, diantara dirinya dengan Nick memang belum ada hubungan apa pun. Jadi,Karina tidak tahu bagaimana cara menjelaskan situasinya saat ini.Laila bersungut-sungut di sebelah Jane “Kak, tolong bicara. Lihat Nick. Dia selalu menempel pada Karina.” Dia mencoba memanasi Jane yang tampak sedang melihat situasi saat ini.Mary tersenyum, kali ini senyumannya terasa tulus “Nick, apa ini gadis yang selalu kau bicarakan?”Nick mengangguk. Saat itu wajah Karina memerah, entah kenapa dia merasa telah menduakan Brian. Padahal seharusnya dia tidak merasa seperti itu. Toh mereka sudah tidak memiliki ikatan per
Hari sudah berganti, hari ini cuaca cukup mendung, bahkan Karina harus memakai sweater rajut berwarna biru pudar yang sudah lama tidak pernah ia pakai. Padahal dia sudah memakai dua baju didalamnya.Pagi ini, kondisi kafe juga sepi. Hanya ada tiga orang yang sudah memesan. Saking bosannya, Olivia sampai bermain ponsel di ujung konter. Serta kedua pekerja Karina sedang mengobrol satu sama lain.Pintu terbuka, Nick menyapa Olivia dengan melambaikan tangan. Ini hanya hari lain dari kedatangan Nick yang seperti biasanya,Langkah kakinya tidak berhenti sampai dia berdiri tepat di depan Karina yang duduk menyilangkan kaki di kuris kasir yang menjadi singgasananya.Sudah beberapa hari Nick selalu datang setiap pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore. Beberapa kali dia bertemu dengan Brian. Untung saja tidak ada perkelahian diantara keduanya.Karena Brian tidak melihat adanya perubahan pada Karina. Gadis itu tetap menerima Brian dengan ramah.Dia baru aka
Seolah masalah tidak pernah habis dalam hidupnya. Kini Karina harus menerima bahwa sang mantan suami akan terus mengusik masa depannya.Hal seperti ini akan terus berulang. Mau Karina dengan Nick atau dengan pria lain.Hubungan yang sudah terlanjur kandas itu malah menjadi petaka lain untuk Karina. Meski tidak mengalami kekerasan secara fisik,nyatanya setiap ucapan Brian seperti mencoba untuk mencuci otaknya.Hampir saja Karina juga terperangkap. Untung saja kedatangan Nick mampu membuatnya kembali sadar kalau Brian adalah masa lalu yang telah merenggut anak yang begitu ia sayangi.Nick mengajak kakak pertamanya untuk bertemu dengan Karina.Rupanya, Jane adalah seorang konsultan keuangan. Dia sangat terkenal di Toronto, dan sudah banyak membantu banyak kasus seperti ini. Maka dari itu,Nick tidak segan-segan untuk membuat kakak pertamanya menunda kepulangannya ke Toronto.Yang Nick harapakan adalah, Karina segera lepas dari Brian. Maka dia re
Karina dan Nick berlari menuju kamar Jonathan. Ian tadi memberi tahu kalau tangan kanan Jonathan terkena minyak panas saat sedang memasak di restorannya.Meski tidak menjelaskan dengan detail, Karina tetap saja takut kalau terjadi sesuatu pada pria itu.Karina membuka pintu dengan terburu-buru. Sementara Nick menunggunya di luar, dia paham kalau harus memberi. Dia melihat Jonatan yang duduk di ranjangnya, tangan kanannya sudah tertutup dengan perban.Sambil menundukan wajahnya, Jonathan tersenyum lirih, malu karena sudah membuat semua orang khawatir.“Hai,Karina.” Sapa Jonathan. Dia menggoyangkan tangan kanannya perlahan “Kecelkaan kerja, tapi aku baik-baik saja.”Karina menggerutkan kening. Kini dia duduk di sisi Jonathan, matanya masih tertuju pada tangan Jonathan. Nampaknya lebih parah dari yang ia bayangkan. Ini jelas lebih parah dari yang Ian katakan.Ian hanya bilang kalau Jonathan sedikit cereda. Namun, ini tid
Mengantar kepulangan kakaknya dan mantan tunangannya ke Toronto. Nick ke bandara sendirian, tidak di temani Karina karena gadis itu harus bertemu dengan beberapa teman pengacara dari Jane dan Mary.Mereka sedang membicarakan masalah yang tidak bisa ditunda lagi.Nick tersenyum singkat kepada ketiga orang yang akan segera meninggalkannya. Anehnya, dia tidak merasa sedih sama sekali. Malah sebaliknya, dia lega karena kini dia tidak perlu menutupi apa pun lagi.Bahkan dia sudah berhasil mendapat restu dari kedua kakaknya yang sebenarnya sangat sulit di bujuk itu.“Lebih baik kamu segera datangi Karina. Ini bukan hal yang sulit, tapi memang cukup menguras emosi.” Ucap Mary yang tahu betul bahwa hal seperti ini akan sangat melelahkan.“Sudah pergi sana. Nanti aku akan mengantar Laila ke rumahnya.” Sahut Jane yang berdiri tidak jauh dari Laila yang diam saja, dengan kacamata hitam yang terpasang di depan mata bulatnya yang bengkak