“Ada apa sih? Bilang dong … jangan bikin aku penasaran,” cecar Dyta.
“Bukan apa-apa, nanti kamu juga tau sendiri kok.”
“Kalau bukan apa-apa ngapain kita balik? Lagian kamu kayak khawatir gitu, ada masalah emang ya sama nenek?”
“Atau karena nenek banting pintu tadi ya? Kita balik buat minta maaf, gitu kan?” berondong Dyta, tapi Aldo tetap tak menjawab.
Dari wajahnya, Aldo malah terus memperlihatkan kekhawatirannya. Dia mencoba menyembunyikan, tapi tak bisa. Dia tidak ingin memberitahukan Dyta tentang ini karena tak ingin membuat kesayangannya itu ikut khawatir, cukup dia saja yang memikirkan hal ini.
Apalagi Dyta orangnya panikan, jika saja dia mengetahui tentang sosok mengerikan yang dilihat oleh Aldo di samping rumah nenek, entah apa jadinya. Sementara dalam menghadapi masalah, Aldo memerlukan ketenangan, pikiran setenang air di danau.
Berkaca dari kehidupannya yang penuh liku selama in
Sesaat, Aldo tanpa sengaja menekan gagang pintu ke bawah, dan hasilnya begitu mengejutkan. Ternyata pintu itu tidak terkunci.“Gawat!”Aldo pun semakin yakin pasti telah terjadi sesuatu terhadap sang nenek. Jika saja ada orang lain di rumah ini, mungkin Aldo masih bisa sedikit lebih tenang. Masalahnya nenek hanya sendirian! Jalu pergi entah kemana karena ngambek, biasanya dia yang menemani nenek. Dia tinggal bersama nenek selama ini.Sementara Dyta yang mendengar samar gumaman Aldo secepat mungkin menghampiri pintu.“Apanya yang gawat?”Entahlah, Dyta merasa Aldo terlalu berlebihan saat mencoba menerka apa isi kepala kekasihnya itu. Pasti Aldo berpikir ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada neneknya. Yah, memang demikian kenyataannya. Hanya saja Dyta tidak tahu saja kejadian sebenarnya seperti apa. Jika tahu, pastinya dia akan jauh lebih panik.“Mungkin nenek lupa kunci pintu,” tebaknya santai saja
Usai membantu nenek melepaskan ikatan dengan sangat gesit, Dyta lalu mengintip keluar jendela mencari keberadaan Aldo. Ia bisa melihat Aldo yang masih melakukan pengejaran terhadap seorang pria di luar sana. Posisi mereka sudah cukup jauh kalah itu. Dyta cukup terkejut melihat pemandangan tersebut.“Do, hati-hati!” teriaknya tanpa memedulikan Aldo dapat mendengar suaranya atau tidak.Suara Dyta memang terdengar sangat samar di kuping Aldo, ia juga tidak menoleh karena sedang fokus terhadap orang yang dia kejar. Posisinya dengan pria itu sudah cukup dekat, Aldo hampir mendapatkannya.“Woi! Berenti!”Sesekali ia juga meneriaki pria tersebut, dan orang itu akan menoleh padanya sekilas lewat. Melihat matanya, Aldo pun semakin yakin dia orangnya. Pria yang sering meneror keluarganya selama ini. Tapi kenapa sekarang dia malah menyerang neneknya Dyta? Aldo semakin penasaran saja.“Sial! Larinya cepet banget, kalau begini bisa
Sesaat Aldo nampak mencengkram rambutnya dengan kedua tangan, ia terlihat frustasi memikirkan hal ini. Dave meneror keluarganya, ini jelas tidak mungkin! Benar-benar tak terselami oleh pikirannya! Dave membantu dia dalam banyak hal, di kala keluarga mereka jatuh miskin, Dave selalu ada … saat dia hampir mencelakai dirinya sendiri, Dave menguatkan dia … ketika dia mengalami masalah, Dave juga sering muncul sebagai pahlawan … tapi sekarang dia mendapatkan kabar seperti ini …. Bagaimana bisa Aldo percaya pada omongan pria tadi? Ini jelas tidak masuk akal! Akan tetapi, setelah mengingat-ingat lagi mengenai keanehan Dave, lalu tentang informasi dari Zacky yang berkata bahwa asistennya ini bertemu Dimas, Aldo jadi mencurigai dia juga … tapi rasanya tetap tidak mungkin Dave melakukan hal sekejam itu terhadap keluarga Eduard. “CK!” Sungguh, Aldo dilanda kebingungan luar biasa. Semakin dipikir otaknya itu semakin kusut saja. “Sial! Seharusnya a
Sesaat, ia dibuat semakin tertegun .... Breg! Aldo tiba-tiba mendekap dia, erat sekali. “Syukurlah kalian baik-baik saja,” lirih Aldo penuh kelegaan. Dyta mengerutkan dahi di belakang sana, tak mengerti apa yang diucapkan Aldo. Bukankah dia yang seharusnya berkata demikian, kan Aldo yang mengejar penjahat otomatis Aldo yang berhadapan dengan mala bahaya, mestinya dia yang mencemaskan Aldo. Lebih-lebih mendengar suara detak jantung Aldo yang bergemuruh, bikin Dyta tambah keheranan saja. Napas Aldo pun sedikit memburu, sisa-sisa kelelahan itu masih ada walau ketakutannya telah lenyap setelah melihat Dyta dan nenek dalam keadaan baik-baik saja. Aldo memang terlalu khawatir, sampai-sampai berspekulasi yang tidak-tidak. Nyatanya tidak terjadi apapun di rumah nenek, dan dia sendiri harus merasakan sakit di sekujur tubuh akibat dipukul oleh Dyta sesaat lalu. Namun bersikap waspada juga baik, setidaknya bisa menciptakan keamanan ekstra.
Melihat wajah Aldo yang sangat tidak bersahabat, Dyta dan Tanti saling menoleh, tentu mereka merasa heran. Sesaat Dyta melempar pertanyaan.“Siapa yang nelepon?” tanyanya hati-hati sekali.“Dave,” sahut Aldo apa adanya.“Oh … aku kira siapa kamu sampe tegang gitu. Kok nggak diangkat?” berondongnya lagi.“Ini mau angkat, aku … keluar sebentar.”Selanjutnya Aldo langsung berbalik dan melangkahkan kakinya menuju teras. Dyta pun semakin bertanya-tanya melihat tingkah Aldo yang tidak seperti biasanya, ia menatap punggung Aldo yang menjauh dengan cepat sambil mengerutkan dahi.Selanjutnya setelah tiba di luar, Aldo bergegas menjawab panggilan tersebut yang hampir padam. Ia hanya menekan icon hijau pada layar tanpa bersuara. Akhirnya Dave yang berbicara lebih dulu.“Halo … Tuan … apa Anda mendengarku?” Suara Dave terdengar jelas walau mode speaker tak dia
Bagaimana bisa ada kebetulan yang begitu tepat, Dave mengakui diri mencemaskan dia, lalu memang ada kejadian dia hampir celaka, sudah seperti janjian saja. Wajar, jika Aldo mencurigai Dave seperti ini. Ekspresi Aldo jangan ditanya lagi, bagai macan yang siap mengoyak mangsanya.Apakah Dave sungguh terlibat? Dia tidak ingin percaya, tapi nyatanya ….“Maaf, saya tidak tau kalau Anda masih ingin bicara … silakan, Tuan!” ucap Dave kemudian seperti tanpa dosa. Aldo semakin geram saja.“Padahal kau tau apa yang ingin aku katakan, iya kan? Tapi kau berpura-pura tidak tau ….”Di balik telepon sana, Dave sedang mengerutkan dahi sambil mencerna kalimat Aldo yang membuat ambigu.“Jawab aku!” Aldo meninggikan lagi nadanya membuatnya kembali terlonjak.“Maksud Anda apa, Tuan? Saya sungguh tidak mengerti,” tanggap Dave nampak semakin bingung dari nada bicaranya, tapi Aldo tak ingin terti
"Do, kamu bisa menggunakan kamar sebelah," pesan Tanti sebelum memasuki kamar."Iya, Nek. Saya masih mau di sini sebentar lagi." Begitu jawab Aldo."Jangan tidur malam-malam, ini pun udah larut," sambung Dyta.Dia mencecar agar Dyta sama nenek tidur segera, begitupun Dyta juga mencecar dia balik."Iya, Bawel.""Sana, buruan masuk kamar," didorongnya pelan bahu Dyta yang sedang merangkul bahu nenek menuju kamar sang nenek.Dyta tidur di kamar nenek, Aldo meminta dia menemani Tanti malam itu, agar nenek merasa lebih aman.Setelah mereka memasuki kamar, Aldo belum langsung keluar ke teras untuk menghubungi Dave, dia pikir nanti saja, tunggu nenek dan Dyta tertidur dulu, dia tidak ingin Dyta memergokinya malah teleponan di luar, bukannya tidur.Huuh!Aldo menghela napas kasar ketika otaknya kepikiran tentang Dave, rasanya dia ingin cepat-cepat menghubungi asistennya itu.Tapi belum bisa sekarang, Dyta bahk
“Di sini, Zack!” teriak Aldo melambaikan tangannya pada seorang pria berpenampilan lebih kucel darinya di depan sana. Sebab, mata-mata yang disewa oleh Aldo ini sebenarnya adalah seorang berandal, wajah penampilannya cukup mencengangkan. Zacky melebarkan senyuman, dan ikut membalas lambaian tangan Aldo. Kemudian bergegas menghampiri meja Aldo. Melihat pemandangan tersebut, seorang pegawai kafe mengeluh. “Iya ampun, kenapa hari ini tamu kita dipenuhi gembel? Apa tidak seharusnya kita usir saja mereka?” “Janganlah,” sahut temannya. “Bagaimanapun pelanggan adalah raja.” “Raja apaan? Paling pesan air putih lagi, itu kan gratis. Numpang minum disini, mana bisa disebut sebagai pelanggan!” “Mungkin nanti mereka pesan makanan,” tebak temannya. “Ish, malah bahaya, nanti nggak mampu bayar lagi!” tutupnya, kemudian lebih memilih melayani seorang tamu lain yang barusan tiba. Membiarkan temannya itu yang menghampiri meja Aldo dan Zacky.