Aldo sampai memutar tubuhnya mengikuti laju mobil Dave yang sedang mencari tempat parkir di depan gedung Royal Morgan yang hampir full terpakai, barangkali dia salah lihat pikirnya. Usai memastikan dengan lebih teliti, dia pun bisa memastikan penglihatannya tidak salah. Itu memang mobil Dave!
“Dia ngapain di sini? Bukannnya ke hotel?!”
Sejenak Aldo agak tertegun, “Atau mungkin dia bawa cewek itu kemari?”
Manik Aldo bahkan membesar. Apalagi mengingat Dave yang yang terlampau polos soal beginian, Aldo jadi begitu yakin mungkin memang benar dugaannya. Dave membawa perempuan kecentilan itu ke kantor! Tentu membuatnya panik. Aldo sampai menggigit sudut bibirnya sekilas menandakan betapa gregetannya dia.
“Kalau kamu sampai ngelakuin hal ini Dave, serius bakal aku kasih pakai ruang pribadiku buat kau dan dia, aku kunci kalian berdua di dalam! Bila perlu aku cekokin obat kuat sekalian!”
Aldo tampak menyipitkan mata meras
Dia tidak peduli lagi apa tanggapan kepala Ob itu, tepatnya tak mau tahu. Diletakkannya kembali gagang telepon pada tempatnya, memperbaiki posisinya baru memberi jawaban pada orang yang mengetuk pintu di luar sana.“Masuk!”Jegrek!Dan … tebakan Aldo benar. Dave muncul dari balik pintu.“Hai, Dave …,” sapa Aldo segera sambil beranjak dari posisi duduk.Pria di depan pintu tampak menyentuh hidung karena bau pengharaum ruangan yang disemprot Aldo tadi sungguh terlalu berlebihan begitu menyengat menyerbu hidungnya. Jika di ruangan kerja Aldo saja masih tercium, entah bagaimana kabarnya di dalam ruang istirahatnya sana.“Tuan, apa pengharum ruangan yang baru beli kemarin bocor? Kenapa berlebihan begini?” komen Dave menerka sembari melangkah memasuki ruangan. Yah, mungkin begitu. Jika ia tentu dia harus membuangnya segera lalu beli lagi yang baru sebelum Aldo marah.“Nggak kok, wangi
Suatu siang, Aldo yang baru saja mendapatkan kabar dari Dave bahwa orang suruhan mereka telah berhasil membuat Recky membuka mulut perihal kerjasamanya dengan Dimas. Ia memutuskan untuk mendatangi penjara saat ini.Kriet!Pintu berbunyi cukup membuat gigi ngilu saat dibuka. Aldo dan Dave memasuki sel dimana Recky dan Robert dikurung. Pandangan mereka langsung menangkap dua sosok di depan sana.Kedua tubuh tersebut dalam posisi berdiri tegak dengan tangan terangkat yang terikat menggantung, masih untung kaki mereka menapak pada sebuah kursi panjang. Darah segar tampak mengalir dari pelipis, sudut bibir, hidung … pakaian begitu kotor penuh bercak merah, demikian gambarannya. Keadaan kedua orang itu sangat memprihatinkan.Dan sebenarnya, ini baru penyiksaan pertama yang diterima mereka. Tak disangka, mereka langsung mengakui perihal kerjasama itu. Mungkin orang-orang suruhan Aldo terlalu kejam menyiksa mereka. Atau … mereka terlalu lemah! Akan
Pastinya penyiksaan belum akan segera selesai, Aldo berbohong berkata akan melepaskan mereka atas siksaan ini jika mereka mengakui dalang kasus keracunan.Lagipula bukan itu yang dimaksudkan olehnya, entah anak buahnya salah mendengar perintah atau bagaimana, tanpa diberitahukan mereka, Aldo bahkan sudah mengetahui semua itu dari Dave. Buat apalagi dia menanyakan perihal tersebut?“Berikan tongkat setrummu,” pinta Aldo pada anak buah di sampingnya.Robert yang tadinya lunglai, mengeryit menahan sensasi sakit bercampur pusing antara sadar dan tidak akibat pukulan Aldo tadi seketika menegakkan kepala serta memasang wajah tegang, dia selalu yang paling ketakutan. Penakut, tapi otaknya tidak dipakai ketika mencelakai Aldo dulu.“Jangan, jangan apa-apakan kami … tolong jangan lakukan itu, Do!” ujar Robert saat melihat Aldo meraih tongkat setrum yang disodorkan anak buahnya.Aldo tertawa seringai singkat saja. Dia bahagia s
“Yang memperkosa Alya adalah ….” Recky memberi sedikit jeda pada kalimatnya, Aldo yang sudah tak sabar menggertak geram. “Adalah siapa!” Recky menelan ludah, setelahnya mengambil napas, dan membuka mulut lagi, dia akan segera menyebutkan nama orangnya. Namun belum sempat ia mengungkapkan, kejadian mengejutkan terjadi. “Aargh!” Recky tiba-tiba mengerang kesakitan, selanjutnya Robert juga. Lalu mereka berdua terdiam lemas. Aldo tentu nampak heran melirik mereka berdua bergantian. Juga menoleh ke arah Dave yang ikut keheranan. Tak hanya mereka, semua orang tampak keheranan. Akan tetapi kebingungan mereka tak bertahan lama saat tanpa sengaja salah satu dari anak buah Aldo melihat kejanggalan pada tubuh kedua pengkhianat itu, ada cairan merah yang mengalir dari dada kiri mereka masing-masing. “Tuan, lihat itu!” serunya agak panik. Semua orang seketika memutar lagi kepala mereka, ikut menatap ke arah pandangan anak buat tersebut. Dan
“Dyta hilang? Bagaimana bisa?”Aldo masih terhubungan dengan pengawalnya melalui alat komunikasi saat ini.“I-iya, Tuan … maksud saya nona pergi dari mansion, dia menghilang … kami mencari dia kemana-mana tapi tidak ketemu!” suara pengawal itu terdengar cepat tapi cukup jelas.Merasa penjelasan pengawalnya itu terkesan berbelit-belit Aldo jadi tambah murka.“Apa maksudmu? Katakan dengan benar!” sergahnya. “Dyta hilang atau pergi?”“Pergi, Tuan … e … hilang.”Lagi-lagi pernyataan pengawal membuat naik darah, entahlah … mungkin karena panik pengawal itu jadi gagap dan tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Intinya Dyta tak ada di mansion sekarang, membuat panik semua pengawal di sana.“Brengsek! Apa kerja kalian? Sampai Dyta bisa luput pengawasan kalian?!” Fine, begitu simpul Aldo. Kelalaian para pengawal!“Maafkan ka
Keadaan Aldo saat ini benar-benar panik, dia tidak begitu memperhatikan jalan saat berlari, bahkan tak peduli seberapa jauh tempat yang akan dia datangi. Juga tanpa niat mencari taksi atau kembali ke mobilnya, kemudian menuju kesana dengan menggunakan mobil saja ….Alasannya karena keadaan jalanan sekarang ini sedang sangat ramai, dia tidak ingin terjebak macet, jadinya lebih memilih berlari.Dan lagi, tentu berlarian dalam keadaan seperti ini cukup membahayakan dirinya, Aldo juga seolah tak mementingkan keselamatannya, terbukti ia beberapa kali hampir tertabrak kendaraan roda empat maupun dua saat menyeberangi jalan sebab tidak begitu memperhatikan jalanan dalam keadaan benar-benar aman untuk menyeberang atau tidak.Seperti kejadian barusan, seorang pemuda yang mengayuh sepeda sampai masuk selokan demi menghindarinya. Bahkan kendaraan tak bermotor tidak luput dari kekacauan yang ditimbulkannya. Kejadian ini berhasil menghentikan lari Aldo.D
“Kalau kamu nggak di sini, kemana lagi aku harus mencarimu Dyt? Tolong, jangan bikin aku lebih cemas dari ini lagi!”Menatap kilas dari luar, dia bergegas memasuki taman, menuju kursi dimana mereka duduk malam itu usai mengurusi urusan sepasang suami istri yang bermasalah. Aldo tetap melakukan dengan berlari pastinya bahkan lebih gesit lagi masuk ke dalam taman.“Dyt … Dyta ….” Aldo berlari sambil berteriak sekarang. “Dyt, apa kamu di sini? Jawab aku!”Sesekali dia menghentikan larinya, berputar di tempat mencari sosok Dyta atau berharap mendapat sahutan darinya.Beberapa detik, karena belum ada tanda-tanda apapun sahutan dari Dyta atau menemukan sosok yang dicarinya, ia lanjut lagi berlari. Mungkin Dyta memang berada di kursi tempat mereka pernah duduk waktu itu, sekarang dia merasa perlu mencari kesana saja ketimbang semakin menghabiskan waktu. Apalagi hari hampir gelap.Sedikit lagi, tinggal mele
Zaman secanggih ini, mencari orang hilang jika nomornya masih aktif tentu tidak akan terlalu sulit. Hanya saja kepanikan sering kali membuat seseorang lupa segalanya. Bukan hanya Aldo, semua orang melupakan hal ini termasuk pihak kepolisian sekalipun. Mungkin saking paniknya mereka semua mengingat siapa Aldo.Apalagi bagi Aldo, dia bahkan tidak membutuhkan melacak Dyta melalui nomor ponselnya, cukup satu kali klik pada salah satu icon spesial di layarnya saja.Ponselnya itu dirancang khusus oleh seorang alih teknologi tidak dijual dimanapun, dia memesannya khusus dari anak dalam negeri yang sangat berbakat beberapa bulan lalu. Begitupun milik Dyta adalah sepasang dengan kepunyaannya, kedua alat komunikasi itu saling terkoneksi satu sama lain asal syaratnya handphone mereka sama-sama menyala maka akan dengan mudah dilacak.Usai mengeluarkan benda pipih dari dalam saku, Aldo bergegas mencari menu pelacak tersebut, mendapatkannya ia lalu menekan icon pengaktifan se