Suatu siang, Aldo yang baru saja mendapatkan kabar dari Dave bahwa orang suruhan mereka telah berhasil membuat Recky membuka mulut perihal kerjasamanya dengan Dimas. Ia memutuskan untuk mendatangi penjara saat ini.
Kriet!
Pintu berbunyi cukup membuat gigi ngilu saat dibuka. Aldo dan Dave memasuki sel dimana Recky dan Robert dikurung. Pandangan mereka langsung menangkap dua sosok di depan sana.
Kedua tubuh tersebut dalam posisi berdiri tegak dengan tangan terangkat yang terikat menggantung, masih untung kaki mereka menapak pada sebuah kursi panjang. Darah segar tampak mengalir dari pelipis, sudut bibir, hidung … pakaian begitu kotor penuh bercak merah, demikian gambarannya. Keadaan kedua orang itu sangat memprihatinkan.
Dan sebenarnya, ini baru penyiksaan pertama yang diterima mereka. Tak disangka, mereka langsung mengakui perihal kerjasama itu. Mungkin orang-orang suruhan Aldo terlalu kejam menyiksa mereka. Atau … mereka terlalu lemah! Akan
Pastinya penyiksaan belum akan segera selesai, Aldo berbohong berkata akan melepaskan mereka atas siksaan ini jika mereka mengakui dalang kasus keracunan.Lagipula bukan itu yang dimaksudkan olehnya, entah anak buahnya salah mendengar perintah atau bagaimana, tanpa diberitahukan mereka, Aldo bahkan sudah mengetahui semua itu dari Dave. Buat apalagi dia menanyakan perihal tersebut?“Berikan tongkat setrummu,” pinta Aldo pada anak buah di sampingnya.Robert yang tadinya lunglai, mengeryit menahan sensasi sakit bercampur pusing antara sadar dan tidak akibat pukulan Aldo tadi seketika menegakkan kepala serta memasang wajah tegang, dia selalu yang paling ketakutan. Penakut, tapi otaknya tidak dipakai ketika mencelakai Aldo dulu.“Jangan, jangan apa-apakan kami … tolong jangan lakukan itu, Do!” ujar Robert saat melihat Aldo meraih tongkat setrum yang disodorkan anak buahnya.Aldo tertawa seringai singkat saja. Dia bahagia s
“Yang memperkosa Alya adalah ….” Recky memberi sedikit jeda pada kalimatnya, Aldo yang sudah tak sabar menggertak geram. “Adalah siapa!” Recky menelan ludah, setelahnya mengambil napas, dan membuka mulut lagi, dia akan segera menyebutkan nama orangnya. Namun belum sempat ia mengungkapkan, kejadian mengejutkan terjadi. “Aargh!” Recky tiba-tiba mengerang kesakitan, selanjutnya Robert juga. Lalu mereka berdua terdiam lemas. Aldo tentu nampak heran melirik mereka berdua bergantian. Juga menoleh ke arah Dave yang ikut keheranan. Tak hanya mereka, semua orang tampak keheranan. Akan tetapi kebingungan mereka tak bertahan lama saat tanpa sengaja salah satu dari anak buah Aldo melihat kejanggalan pada tubuh kedua pengkhianat itu, ada cairan merah yang mengalir dari dada kiri mereka masing-masing. “Tuan, lihat itu!” serunya agak panik. Semua orang seketika memutar lagi kepala mereka, ikut menatap ke arah pandangan anak buat tersebut. Dan
“Dyta hilang? Bagaimana bisa?”Aldo masih terhubungan dengan pengawalnya melalui alat komunikasi saat ini.“I-iya, Tuan … maksud saya nona pergi dari mansion, dia menghilang … kami mencari dia kemana-mana tapi tidak ketemu!” suara pengawal itu terdengar cepat tapi cukup jelas.Merasa penjelasan pengawalnya itu terkesan berbelit-belit Aldo jadi tambah murka.“Apa maksudmu? Katakan dengan benar!” sergahnya. “Dyta hilang atau pergi?”“Pergi, Tuan … e … hilang.”Lagi-lagi pernyataan pengawal membuat naik darah, entahlah … mungkin karena panik pengawal itu jadi gagap dan tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Intinya Dyta tak ada di mansion sekarang, membuat panik semua pengawal di sana.“Brengsek! Apa kerja kalian? Sampai Dyta bisa luput pengawasan kalian?!” Fine, begitu simpul Aldo. Kelalaian para pengawal!“Maafkan ka
Keadaan Aldo saat ini benar-benar panik, dia tidak begitu memperhatikan jalan saat berlari, bahkan tak peduli seberapa jauh tempat yang akan dia datangi. Juga tanpa niat mencari taksi atau kembali ke mobilnya, kemudian menuju kesana dengan menggunakan mobil saja ….Alasannya karena keadaan jalanan sekarang ini sedang sangat ramai, dia tidak ingin terjebak macet, jadinya lebih memilih berlari.Dan lagi, tentu berlarian dalam keadaan seperti ini cukup membahayakan dirinya, Aldo juga seolah tak mementingkan keselamatannya, terbukti ia beberapa kali hampir tertabrak kendaraan roda empat maupun dua saat menyeberangi jalan sebab tidak begitu memperhatikan jalanan dalam keadaan benar-benar aman untuk menyeberang atau tidak.Seperti kejadian barusan, seorang pemuda yang mengayuh sepeda sampai masuk selokan demi menghindarinya. Bahkan kendaraan tak bermotor tidak luput dari kekacauan yang ditimbulkannya. Kejadian ini berhasil menghentikan lari Aldo.D
“Kalau kamu nggak di sini, kemana lagi aku harus mencarimu Dyt? Tolong, jangan bikin aku lebih cemas dari ini lagi!”Menatap kilas dari luar, dia bergegas memasuki taman, menuju kursi dimana mereka duduk malam itu usai mengurusi urusan sepasang suami istri yang bermasalah. Aldo tetap melakukan dengan berlari pastinya bahkan lebih gesit lagi masuk ke dalam taman.“Dyt … Dyta ….” Aldo berlari sambil berteriak sekarang. “Dyt, apa kamu di sini? Jawab aku!”Sesekali dia menghentikan larinya, berputar di tempat mencari sosok Dyta atau berharap mendapat sahutan darinya.Beberapa detik, karena belum ada tanda-tanda apapun sahutan dari Dyta atau menemukan sosok yang dicarinya, ia lanjut lagi berlari. Mungkin Dyta memang berada di kursi tempat mereka pernah duduk waktu itu, sekarang dia merasa perlu mencari kesana saja ketimbang semakin menghabiskan waktu. Apalagi hari hampir gelap.Sedikit lagi, tinggal mele
Zaman secanggih ini, mencari orang hilang jika nomornya masih aktif tentu tidak akan terlalu sulit. Hanya saja kepanikan sering kali membuat seseorang lupa segalanya. Bukan hanya Aldo, semua orang melupakan hal ini termasuk pihak kepolisian sekalipun. Mungkin saking paniknya mereka semua mengingat siapa Aldo.Apalagi bagi Aldo, dia bahkan tidak membutuhkan melacak Dyta melalui nomor ponselnya, cukup satu kali klik pada salah satu icon spesial di layarnya saja.Ponselnya itu dirancang khusus oleh seorang alih teknologi tidak dijual dimanapun, dia memesannya khusus dari anak dalam negeri yang sangat berbakat beberapa bulan lalu. Begitupun milik Dyta adalah sepasang dengan kepunyaannya, kedua alat komunikasi itu saling terkoneksi satu sama lain asal syaratnya handphone mereka sama-sama menyala maka akan dengan mudah dilacak.Usai mengeluarkan benda pipih dari dalam saku, Aldo bergegas mencari menu pelacak tersebut, mendapatkannya ia lalu menekan icon pengaktifan se
Sikap Aldo dinilai Dyta agak berlebihan, tepatnya dia juga merasa risih Aldo mendekapnya begini erat.“Kamu kenapa sih, Do? Ngomong ngawur gitu juga,” protesnya tanpa rasa berdosa sambil menggerak-gerakkan badan berniat melepaskan diri, tapi Aldo sepertinya tidak peka, malah mempererat dekapannya.“Kamu masih nanya kenapa? Kamu menghilang dari siang sampai jam segini tak ada kabar!”Setelah mendengar kalimat Aldo, Dyta seakan baru tersadar dengan kesalahannya, pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun, mana hari mulai gelap lagi, dia benar-benar ceroboh. Dia sampai menggigit sudut bibir.“Oh, m-maaf.”“Kamu ditelepon juga tidak diangkat.” Detik ini Aldo melepaskan pelukannya.“Kamu nelepon aku memang? Kapan?”Dyta merogoh sakunya mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Dia cukup terkejut melihat banyaknya panggilan tak terjawab pada layar. Semuanya dari Aldo.&ldqu
Aldo dan Dyta telah kembali ke mansion saat ini, mereka sedang mengobrol santai di ruang tengah. “Oh, jadi kalian beneran ke taman itu? Aku tadinya nyari kesana, tapi tidak ada.” “Oh iya? Kami duduk di kursi waktu itu, sambil makan es krim.” “Jadi tadi cup es krim kalian?” “Kamu kesana juga?” “Tentu, Dyt. Aku panggil-panggil tapi tidak ada yang jawab.” “Berarti pas kami balik kamu dateng.” Aldo mengangguk-angguk, dia jadi teringat pada pemuda yang mengayuh sepeda tadi membuatnya agak kesal. “Kalau bukan karena dia mungkin aku bakal datang lebih cepat,” gumamnya. “Dia … maksudmu?” “Oh ….” Aldo lalu menceritakan tentang pemuda bersepeda tersebut yang masuk selokan gara-gara dia dan segala kronologisnya. Dyta terkekeh singkat. “Dasar kamu ini! Masih menyalahkan orang padahal kamu juga salah!” “Tepatnya kamu yang salah udah membuatku secemas itu!” “Baiklah, aku yang salah. Aku minta maaf.” Un
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak