“Yang memperkosa Alya adalah ….”
Recky memberi sedikit jeda pada kalimatnya, Aldo yang sudah tak sabar menggertak geram.
“Adalah siapa!”
Recky menelan ludah, setelahnya mengambil napas, dan membuka mulut lagi, dia akan segera menyebutkan nama orangnya. Namun belum sempat ia mengungkapkan, kejadian mengejutkan terjadi.
“Aargh!” Recky tiba-tiba mengerang kesakitan, selanjutnya Robert juga. Lalu mereka berdua terdiam lemas. Aldo tentu nampak heran melirik mereka berdua bergantian. Juga menoleh ke arah Dave yang ikut keheranan.
Tak hanya mereka, semua orang tampak keheranan. Akan tetapi kebingungan mereka tak bertahan lama saat tanpa sengaja salah satu dari anak buah Aldo melihat kejanggalan pada tubuh kedua pengkhianat itu, ada cairan merah yang mengalir dari dada kiri mereka masing-masing.
“Tuan, lihat itu!” serunya agak panik.
Semua orang seketika memutar lagi kepala mereka, ikut menatap ke arah pandangan anak buat tersebut. Dan
“Dyta hilang? Bagaimana bisa?”Aldo masih terhubungan dengan pengawalnya melalui alat komunikasi saat ini.“I-iya, Tuan … maksud saya nona pergi dari mansion, dia menghilang … kami mencari dia kemana-mana tapi tidak ketemu!” suara pengawal itu terdengar cepat tapi cukup jelas.Merasa penjelasan pengawalnya itu terkesan berbelit-belit Aldo jadi tambah murka.“Apa maksudmu? Katakan dengan benar!” sergahnya. “Dyta hilang atau pergi?”“Pergi, Tuan … e … hilang.”Lagi-lagi pernyataan pengawal membuat naik darah, entahlah … mungkin karena panik pengawal itu jadi gagap dan tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Intinya Dyta tak ada di mansion sekarang, membuat panik semua pengawal di sana.“Brengsek! Apa kerja kalian? Sampai Dyta bisa luput pengawasan kalian?!” Fine, begitu simpul Aldo. Kelalaian para pengawal!“Maafkan ka
Keadaan Aldo saat ini benar-benar panik, dia tidak begitu memperhatikan jalan saat berlari, bahkan tak peduli seberapa jauh tempat yang akan dia datangi. Juga tanpa niat mencari taksi atau kembali ke mobilnya, kemudian menuju kesana dengan menggunakan mobil saja ….Alasannya karena keadaan jalanan sekarang ini sedang sangat ramai, dia tidak ingin terjebak macet, jadinya lebih memilih berlari.Dan lagi, tentu berlarian dalam keadaan seperti ini cukup membahayakan dirinya, Aldo juga seolah tak mementingkan keselamatannya, terbukti ia beberapa kali hampir tertabrak kendaraan roda empat maupun dua saat menyeberangi jalan sebab tidak begitu memperhatikan jalanan dalam keadaan benar-benar aman untuk menyeberang atau tidak.Seperti kejadian barusan, seorang pemuda yang mengayuh sepeda sampai masuk selokan demi menghindarinya. Bahkan kendaraan tak bermotor tidak luput dari kekacauan yang ditimbulkannya. Kejadian ini berhasil menghentikan lari Aldo.D
“Kalau kamu nggak di sini, kemana lagi aku harus mencarimu Dyt? Tolong, jangan bikin aku lebih cemas dari ini lagi!”Menatap kilas dari luar, dia bergegas memasuki taman, menuju kursi dimana mereka duduk malam itu usai mengurusi urusan sepasang suami istri yang bermasalah. Aldo tetap melakukan dengan berlari pastinya bahkan lebih gesit lagi masuk ke dalam taman.“Dyt … Dyta ….” Aldo berlari sambil berteriak sekarang. “Dyt, apa kamu di sini? Jawab aku!”Sesekali dia menghentikan larinya, berputar di tempat mencari sosok Dyta atau berharap mendapat sahutan darinya.Beberapa detik, karena belum ada tanda-tanda apapun sahutan dari Dyta atau menemukan sosok yang dicarinya, ia lanjut lagi berlari. Mungkin Dyta memang berada di kursi tempat mereka pernah duduk waktu itu, sekarang dia merasa perlu mencari kesana saja ketimbang semakin menghabiskan waktu. Apalagi hari hampir gelap.Sedikit lagi, tinggal mele
Zaman secanggih ini, mencari orang hilang jika nomornya masih aktif tentu tidak akan terlalu sulit. Hanya saja kepanikan sering kali membuat seseorang lupa segalanya. Bukan hanya Aldo, semua orang melupakan hal ini termasuk pihak kepolisian sekalipun. Mungkin saking paniknya mereka semua mengingat siapa Aldo.Apalagi bagi Aldo, dia bahkan tidak membutuhkan melacak Dyta melalui nomor ponselnya, cukup satu kali klik pada salah satu icon spesial di layarnya saja.Ponselnya itu dirancang khusus oleh seorang alih teknologi tidak dijual dimanapun, dia memesannya khusus dari anak dalam negeri yang sangat berbakat beberapa bulan lalu. Begitupun milik Dyta adalah sepasang dengan kepunyaannya, kedua alat komunikasi itu saling terkoneksi satu sama lain asal syaratnya handphone mereka sama-sama menyala maka akan dengan mudah dilacak.Usai mengeluarkan benda pipih dari dalam saku, Aldo bergegas mencari menu pelacak tersebut, mendapatkannya ia lalu menekan icon pengaktifan se
Sikap Aldo dinilai Dyta agak berlebihan, tepatnya dia juga merasa risih Aldo mendekapnya begini erat.“Kamu kenapa sih, Do? Ngomong ngawur gitu juga,” protesnya tanpa rasa berdosa sambil menggerak-gerakkan badan berniat melepaskan diri, tapi Aldo sepertinya tidak peka, malah mempererat dekapannya.“Kamu masih nanya kenapa? Kamu menghilang dari siang sampai jam segini tak ada kabar!”Setelah mendengar kalimat Aldo, Dyta seakan baru tersadar dengan kesalahannya, pergi dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun, mana hari mulai gelap lagi, dia benar-benar ceroboh. Dia sampai menggigit sudut bibir.“Oh, m-maaf.”“Kamu ditelepon juga tidak diangkat.” Detik ini Aldo melepaskan pelukannya.“Kamu nelepon aku memang? Kapan?”Dyta merogoh sakunya mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Dia cukup terkejut melihat banyaknya panggilan tak terjawab pada layar. Semuanya dari Aldo.&ldqu
Aldo dan Dyta telah kembali ke mansion saat ini, mereka sedang mengobrol santai di ruang tengah. “Oh, jadi kalian beneran ke taman itu? Aku tadinya nyari kesana, tapi tidak ada.” “Oh iya? Kami duduk di kursi waktu itu, sambil makan es krim.” “Jadi tadi cup es krim kalian?” “Kamu kesana juga?” “Tentu, Dyt. Aku panggil-panggil tapi tidak ada yang jawab.” “Berarti pas kami balik kamu dateng.” Aldo mengangguk-angguk, dia jadi teringat pada pemuda yang mengayuh sepeda tadi membuatnya agak kesal. “Kalau bukan karena dia mungkin aku bakal datang lebih cepat,” gumamnya. “Dia … maksudmu?” “Oh ….” Aldo lalu menceritakan tentang pemuda bersepeda tersebut yang masuk selokan gara-gara dia dan segala kronologisnya. Dyta terkekeh singkat. “Dasar kamu ini! Masih menyalahkan orang padahal kamu juga salah!” “Tepatnya kamu yang salah udah membuatku secemas itu!” “Baiklah, aku yang salah. Aku minta maaf.” Un
“Apa maksudnya, Tuan? Jadi Anda mengenal Tiara?”“Tiara? Oh … jadi namanya Tiara?”“Iya, Tuan … dia yang mau saya rekomendasikan menjadi pengawal nona.”Pernyataan Dave tentu membuat Aldo terkesiap.“Apa?”Mata Aldo sampai membulat besar sekali.“A-aku nggak salah denger Dave? Maksudmu dia jadi pengawal Dyta?” Dia bahkan harus mengulangi kalimat asistennya ini.”“Benar, Tuan. Tiara pengawal yang hebat. Ilmu beladirinya di atas rata-rata, Tuan.”Hachi!Aldo tiba-tiba bersin kencang sekali, mengejutkan perempuan bernama Tiara.“Atau dia alergi sama aku?” begitu batin Tiara.Sebenarnya bukan suara bersin Aldo juga, tapi lebih kepada tatapan Aldo yang penuh arti membuat dia gemetaran.Diam hingga tiga puluhan detik kemudian, Aldo baru memberi tanggapan."Coba tunjukkan apa kehebatanmu," titahnya
Pada saat mereka bertiga keluar dari ruangan kerja Aldo, ternyata Dyta sudah bangun dan sedang duduk di ruang santai sedang menonton televisi.Ruang santai berhadapan dengan ruang kerja Aldo, mereka tentu langsung melihat sosok Dyta, begitupun dengan kekasih Aldo ini yang sontak menoleh ke arah mereka saat mendengar suara pintu terbuka.“Eh, kamu udah bangun?”“Ternyata kamu di sana?"Aldo dan Dyta berucap bersamaan dengan kalimat yang berbeda.“Aku cari ke kamarmu nggak ada, aku kira udah berangkat kerja.” Dyta melanjutkan tanpa menjawab pertanyaan Aldo yang memang terdengar tidak membutuhkan jawaban. “Ternyata kamu sama Dave di dalam.”Sesaat tentu mata Dyta tertuju pada Tiara, perempuan itu nampak tersenyum tipis padanya yang juga dibalasnya dengan tersenyum balik.“Dia—siapa?” kepo Dyta akhirnya. Ia bertanya sambil menoleh ke arah Aldo pastinya.Detik ini ketiga or