“Ya … begitulah. Aku pun tidak paham, Do. Gimana mau jelasin padamu? Yang jelas sekarang ini mama sama papa aku sangat membencimu, dan malah memintaku segera menikah sama Dimas.” Dyta tertunduk lesu.
Sedangkan Aldo terlihat jauh lebih terkesiap saat ini. Sorot matanya begitu tajam.
“Brengsek kau, Dimas! Apa kau juga ingin menjadi pengkhianat? Aku kira kau berbeda dari yang lain.”
Dyta mengangguk-angguk. “Aku setuju. Kamu harus berhati-hati dengannya, Do.” Nasehat yang sama ia lontarkan.
“Jujur aja, sejak awal bertemu dia, aku udah nggak suka sama dia. Dari wajahnya kayak menyeramkan gitu. Aku pernah bilang ke kamu kan?”
“Ternyata memang ada kejadian seperti ini.”
“Aku semakin yakin kalau dia itu memang bukan teman baik-baik. Pokoknya pesenku satu, kamu harus lebih berhati-hati lagi sama dia.” Terhitung sudah 3 kali Dyta mengucapkan kalimat ini. Sepertinya Dyta benar-benar khawatir.
Aldo tidak menjawab, tapi dia mulai respect de
Jantung mereka sama-sama berpacu cepat. Setiap berada dalam posisi sedekat ini mereka selalu merasa gugup. Bahkan uniknya, selama ini Aldo belum pernah berhasil mengecup bibir manis Dyta sama sekali.Mungkin hal itu yang membuat pasangan tersebut segugup ini ketika wajah mereka bertemu dalam posisi yang sangat dekat seperti saat ini. Saking dekatnya mereka bisa merasakan hembusan napas masing-masing.Pipi mereka sama-sama memerah sudah seperti pasangan remaja saja yang baru mengalami kasmaran.“Dyt, b-boleh aku melakukannya?” tanya Aldo tiba-tiba dengan suara sedikit terbata-bata. Apaan ini? Sungguh bukan seorang Aldo yang sebenarnya.Sedangkan kalimat Aldo membuat wajah Dyta terasa semakin panas. Apalagi tatapan Aldo begitu mengintimidasi, terlihat berkabut dan tertuju pada bibirnya.Entahlah … sebagai perempuan dewasa normal, di usianya yang hampir menginjak 24 tahun saat ini, wajar jika Dyta juga menginginkan hal itu dari Aldo
Awalnya Dyta agak kaku, masih sempat diam saja, mungkin malu mengikuti arahan Aldo.Sementara Aldo tentu berpikir Dyta terlampau polos. Yang benar saja hal sederhana begini saja perlu diajar, belum juga memasuki kegiatan yang mengarah pada malam pertama? Aldo menertawakan perempuan itu di dalam hati.Akan tetapi itu tidak berlangsung lama. Saat dia mencoba memberikan sensasi yang sedikit berbeda, mulut Dyta reflek terbuka. Sejak itu Dyta dengan lincah membalas permainannya.Ketika itu terjadi, justru Aldo yang terkejut. Bagaimana tidak? Ternyata Dyta sangat liar, perempuan itu sampai meremas-remas rambutnya.Aldo tak dapat menahan diri, hasratnya semakin memuncak saja. Di menit kesekian, bukan lagi tautan bibir saja ... tangan Aldo telah menelusup masuk ke dalam pakaian Dyta, yang langsung dihentikan perempuan itu sebelum ia berhasil berbuat sesuatu.“Jangan, Aldo. Aku tidak ingin melakukan lebih dari ini sebelum kita menikah.”&
Dyta tanpa sengaja melihat tatapan Dave, pria itu langsung memalingkan wajah. Sementara Dyta hanya memiringkan kepala merasa agak heran terhadap sikap Dave yang seperti ini.Tapi, dia juga tidak mengatakan apapun pada Aldo. Melainkan terus mengikuti langkah Aldo dengan sangat cepat karena pacarnya ini menarik tangannya.***Selang beberapa saat saja, mereka telah tiba di kediaman orang tua Dyta. Aldo dibuat cukup terperangah.“J-jadi … di sini rumah orang tuamu?” ucap Aldo dengan ekspresi terkejut bukan main, juga terdapat gambaran yang begitu sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata menghiasi wajahnya itu.Intinya, selama ini Aldo berpikir rumah orang tua Dyta berada cukup jauh. Ternyata tidak! Hanya berjarak sekitar 1 kilometer saja dari kontrakan Dyta. Bayangkan! Bagaimana dia tidak terkejut?“Hum um, di sini rumahnya,” jawab Dyta dengan wajah polos tanpa dosa.Aldo sampai melongoh, lalu memasang eks
Aldo dan Dyta duduk berhadapan dengan kedua orang tua Dyta di ruang tamu. Pasangan paruh baya itu duduk saling berdampingan, sedangkan Dyta serta Aldo duduk pada kursi yang berbeda."Bukannya mama udah bilangin kamu, Dyt … jangan berhubungan sama dia lagi," omel Dona Erisya."Tapi, Ma … alasannya apa Mama ngelarang aku bergaul sama Aldo?"Masih kurang jelas yang dikatakan Dimas kemarin? Dia itu bukan pria baik-baik!""Ya ampun, Ma … mau berapa kali aku jelasin ke Mama? Dimas itu berbohong!""Lagian ya … Mama sama Papa itu aneh tau nggak, masa dengan mudahnya percaya sama Dimas yang jelas-jelas orang lain ketimbang sama anak sendiri!""Kau ….""Memang kenyataannya begi ….""Diam kamu, Dyta!" sergah Krisnata Willy.Suasana menjadi hening seketika.Aldo merasa tidak tega melihat Dyta diperlakukan seperti ini oleh papanya, ia menatap lirih Dyta yang sedang menunduk
Semua orang menatap Aldo tercengang. Jelas mereka sangat terkejut mendengar ucapan Aldo. Uang seratus miliar bukan sedikit, memangnya Aldo punya uang sebanyak itu?Dona dan Krisnata sampai memperhatikan Aldo atas bawah. Dari penampilannya, tentu saja Aldo terlihat biasa saja, mereka tidak percaya Aldo memiliki uang sebanyak itu.Yah … walaupun Aldo pernah memberikan sebuah kejutan besar pada mereka di bioskop beberapa waktu lalu, tetap saja itu bukan seberapa.Apalagi yang mereka tahu semua itu berkat Dave, bukan karena kekuasaan Aldo."Kamu serius mau melunasinya, Do? Uang darimana? Seratus miliar itu banyak banget," tanggap Dyta kemudian setelah terdiam beberapa detik.Bahkan Dyta saja meragukan kemampuan Aldo."Tentu, memangnya aku terlihat seperti sedang main-main?" tanggap Aldo santai saja.Sekali lagi Dyta terdiam, dan hanya bisa menatap Aldo sambil berkedip-kedip, tak dapat mempercayai semua ini."Dyta
“Halo, Dave … ada apa?”Dyta ikut tegang, ia juga teringat pada simbol warning yang muncul di website tadi. Ia menunggu percakapan Aldo dan Dave dalam kecemasan. Melihat ekspresi pasangan itu, Dona dan Krisnata mengerutkan dahi.“Oh … aku kira kamu mau ngomongin apa.”“Soal masalah yang di website apa sudah selesai?”Senyuman perlahan mengembang di wajah Aldo, sepertinya itu pertanda kabar gembira, Dyta agak lega melihatnya.“Aku udah tau kamu pasti dapat diandalkan. Makasih, Dave. Soal yang tadi kita bahas di kantor saja besok.”Mendengar kalimat positif di atas, Dyta pun bisa benar-benar bernapas lega sekarang.“Karena urusan sudah selesai, kamu boleh pulang, Dave” tutup Aldo kemudian.Ia lalu menatap Dyta, dan tersenyum padanya.“Udah beres ya yang tadi?” sosor Dyta.Aldo mengangguk, “Udah.”“Syukurlah
Semua orang menantikan jawaban Dyta, melihat Dyta yang terlihat ragu Aldo jadi merasa sedikit cemas. Ia takut perempuan kesayangannya ini akan menolaknya.Dona dan Krisnata merasakan hal yang sama, tapi mereka tidak mengatakan sepatah katapun, mereka sungguh menyerahkan semuanya pada Dyta saja. Mereka tak ingin mencecar walau sebenarnya berharap Dyta menerima Aldo. Sebab pasangan paruh baya ini telah melihat ketulusan Aldo.Pria mana yang mau mengeluarkan uang sebesar 100 miliar begitu saja pada seorang perempuan yang bahkan belum menjadi istrinya?!Sesungguh tidak sedang berbicara soal harta, bukan berarti Dona dan Krisnata orang yang matrealistis. Semua hanya berbicara perihal ketulusan.Sekian detik suasana menghening, suara Aldo memecahkan kesunyian.“Dyt, kalau kamu belum bisa menjawab sekarang, tidak apa-apa kok. Aku akan memberimu waktu.”“Bu-bukan begini juga … ak-aku … tapi …,” racau Dyta
“Sial, dia lagi!” gumam Recky yang membuat perempuan di sampingnya ikut melirik ke arah Aldo dan Dyta, menatap pasangan itu dengan tatapan tak suka.“Tuan Morgan terlalu baik padanya, selalu mengirim babu sialan itu buat gantiin dia,” maki Recky sambil menebak. Kali ini ia membatin.Yah, pasti Morgan yang mengirim Aldo mewakilinya menghadiri pesta, siapa lagi? Pikir Recky. Lagipula ini pesta ulang tahun seorang konglomerat sekelas walikota. Mana mungkin Aldo yang hanya seorang OB bisa mengenal orang sehebat ini.Recky saja termasuk beruntung. Tentu tidak mudah baginya mendapatkan undangan tersebut. Ia harus merogoh kocek yang cukup banyak untuk membeli tiket demi menghadiri pesta ini dari seorang tamu undangan yang menjual padanya.Recky dan Resti termasuk tamu ilegal yang otomatis membuat mereka harus diperiksa secara ketat oleh pengawal di depan ketika akan masuk tadi.Beberapa barang mereka harus ditahan oleh pengawal, se
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak