Ekspresi Aldo sudah pasti kaget bukan main mendengar pernyataan Rio.
“Apa yang mereka kerjakan? Bagaimana bisa makanan kita sampai meracuni pelanggan?” Ia berkata dengan geram, sambil mengepalkan kedua tangannya.
Rio hanya diam saja, takut salah komentar jika mencampuri topik yang terlalu sensitif ini. Lagipula dia juga merasa bukan bagiannya dalam hal ini. Seharusnya itu tugas Dave.
“Kamu sudah menghubungi pabrik?” tanya Aldo lebih lanjut.
“Sudah, Tuan.”
“Terus, apa kata mereka?”
“Mereka juga terkejut, Tuan.”
“Kata Mbak Lani mereka selalu menggunakan bahan yang sama, takaran tidak ada yang berubah, juga selalu menjaga kebersihan.”
Suasana kemudian menghening, Aldo nampak berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi.
Tek … tek … tek ….
Ia mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya. Jika saja dia tidak sedang bertengkar dengan Dave, mungkin masalah ini akan lebih mudah ia limpahkan pada Dave, tapi sekaran
Glek!Dave menelan saliva, tuduhan ini … entahlah apa yang dia rasakan saat itu, sangat sulit ditebak dari ekspresi yang ditunjukkannya. Ia juga mengedipkan mata, sedangkan bibirnya terkatup rapat tak dapat berkata-kata untuk menanggapi kalimat Aldo.Melihatnya begini, Aldo kembali menyeringai, sorotan matanya dalam menatap Dave lebih tajam lagi.“Kenapa hanya diam? Tidak bisa mengelak lagi? Jadi yang aku katakan semuanya benar?” cecar Aldo kemudian.“S-saya … sebenarnya … saya ….” Dave gelagapan harus bagaimana menjawab pertanyaan Aldo. Apa yang membuat dia gagap? Aldo sudah bisa menebaknya.Aldo lalu terkekeh kecut, “Aku benar-benar nggak nyangka, kamu begitu tega mengkhianatiku ….”“Orang yang sangat aku percaya, melakukan sebuah pengkhianatan terhadapku!”“Tuan … sebenarnya bukan seperti ….”Aldo memotong pembicaraan
Aldo dan Dyta berada di kontrakan Dyta saat ini, mereka barusan tiba, Aldo langsung melanjutkan langkahnya menuju sofa, sementara Dyta sedang menutup pintu. Selang 2 menit ia baru menyusul Aldo membawa segelas kopi yang masih mengeluarkan asap atas permintaan Aldo sendiri.Dari kejauhan, Dyta menggeleng-geleng lemah sambil melengkungkan alis, ekspresinya agak sedih, pasalnya ketika itu ia melihat Aldo sedang menyurutkan api pada ujung cigaret yang terjepit di bibirnya.Sudah lama sekali Aldo membuang kebiasaan kurang baiknya ini, yakni sejak ia dekat dengan Dyta sekitar 5 tahun lalu. Dyta yang memintanya menghentikan kebiasaan tersebut karena menurutnya tidak baik untuk kesehatan. Tak disangka, ternyata Aldo mau mendengarkan pendapatnya.Baru beberapa hari ini Aldo memulai lagi aktivitas tersebut. Jujur saja Dyta jadi sedikit kecewa dan sedih, tapi dia tidak marah. Dyta seorang gadis dewasa yang bijak sana. Jika Aldo seperti ini pasti ada penyebabnya, yang perlu
Drrrt … drrtt ….Ponsel Aldo bergerak lincah di atas meja, bergeser ke kiri dan kanan karena getaran, nada deringnya seakan beradu dengan suara televisi. Dyta melirik layar yang menyala itu, yang menghubungi Aldo tentu saja Erlan.“Kenapa nggak diangkat, Do? Kasihan papi kamu.” Ia tak tahan, dan mencoba membujuk Aldo.Aldo mengusap-usap keningnya sendiri, lalu telapak tangannya itu turun ke area hidung dan menyangga kepalanya di sana, ia nampak termenung sejenak hingga pada akhirnya tetap meraih gawai di atas meja mendengarkan nasehat Dyta.“Halo ….”“Papi sama Mami tidak perlu banyak pikir, Aldo akan mengatasi semua ini,” lontarnya sambil menyisir rambut ke belakang dengan jemarinya.“Iya udah, Pi … Mi … Aldo ngantuk nih, mau tidur,” bohongnya kemudian.“Papi sama Mami juga tidur gih, udah malam. Bye!”Tit!Pada akhirnya dia t
“Halo ….”Perlahan matanya membesar saat mendengar jawaban dari seberang. Ternyata yang menghubunginya adalah Naila, manajer Luxury. Entah nomor siapa yang dia gunakan.Dari suaranya, Naila nampak sangat panik, ia mengatakan Luxury sedang mengalami masalah, sopir mereka menabrak orang di jam kerja menggunakan mobil hotel hingga meninggal. Parahnya yang ditabrak ternyata anak pejabat, orang tuanya tidak terima dan mengancam akan mencabut ijin perhotelan mereka.“Kapan kejadiannya, Nai?”“Barusan ya berarti.” Aldo melirik jam tangannya, baru menunjukkan pukul 10.35 sedangkan Naila bilang padanya kejadian tersebut terjadi pada jam 10 kurang.“Baiklah, kamu tenang dulu … aku akan hubungi Jonathan biar tangani kasus ini sekalian,” tutup Aldo.Ia lalu bergegas menghubungi Jonathan yang tak lain adalah pengacaranya, sesuai dengan janjinya pada Naila.Sudah terjatuh, ketimpa tangga
Menghening sejenak, giliran Dave yang berbicara.“Sebenarnya saya datang kesini membawa sebuah berita penting mengenai kasus keracunan di Royal Morgan ….”Aldo sontak menatapnya serius antara percaya dan tidak, ketika sedang mabuk seperti ini instingnya justru lebih positif, ia bisa melihat ketulusan Dave dalam menyampaikan kalimat tersebut padanya.Namun, gengsinya tetap saja setinggi langit. Bukannya segera menanyakan Dave tentang kelanjutannya, justru tangannya yang bergerak merebut gelas dan botol minuman keras dari tangan Dave secepat kilat. Lalu melanjutkan aktivitas menuang minuman yang sempat tertunda.Glek … glek … glek ….Ia meneguk segelas penuh alkohol cepat-cepat sampai gelas itu kosong. Dave membiarkannya mengulangi aktivitasnya itu hingga 3 kali berulang, pada akhirnya Aldo tumbang di atas meja karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi.***Pagi ini, suara orang muntah memenuhi seisi
“Sebenernya, Dave diam-diam menyelidiki semua itu. Dia bilang sepertinya produk kita sengaja dipalsukan oleh pihak tak bertanggung jawab ….”Dyta sudah seperti penyambung lidah Dave saja, sebab Aldo tak ingin mendengarkan penjelasannya jadi Dave memilih bercerita pada Dyta, dan meminta agar perempuan itu menyampaikan pada Aldo.Jangankan Dave sendiri yang berbicara dengannya, sedangkan mendengar Dyta menyebut nama pria itu saja wajah Aldo seketika berubah.“Dia lagi … dia lagi …,” dengus Aldo mulai kesal. Padahal awalnya dia setuju dengan pendapat Dyta.“Bisa nggak kamu jangan menyebut namanya di depanku lagi?”“Tapi, Do ….”Mendapatkan Dyta yang begitu membela Dave, semakin membuatnya muak.“Oh … jadi kamu lebih membelanya sekarang? Atau juga udah kamu diracuni olehnya, huh?”Dyta baru akan membuka mulut untuk membela diri, tapi Aldo
Aldo menuruti perintah Erlan, tangannya itu reflek mematikan panggilan tanpa pemberitahuan lebih dulu. Ia lalu bergegas mengusap layarnya lincah mencari pesan yang dikirimkan papinya. Dia memang menemukan video yang dimaksud Erlan, dan membukanya cepat.Di dalam video itu terdapat seorang perempuan yang sedang menjelaskan kronologi tentang anaknya yang keracunan setelah mengkonsumsi bakso keluaran Royal Morgan, Aldo tak memedulikan kalimat yang terlontar dari mulutnya, ia justru mempercepat video untuk mencari bagian dimana perempuan tersebut memperlihatkan bungkusan produk. Setelah menemukan, Aldo mem-pause video dan memperhatikan bungkusan secara saksama.“Apa yang aneh?” gumam Aldo menggaruk-garuk atas alis sebelah kanannya. Pasalnya sekian detik ia tidak menemukan perbedaan yang dimaksud.Ia lalu mencoba memperbesar gambar agar dapat melihat lebih jelas lagi, akan tetapi detik-detik selanjutnya dia tetap tidak menemukan kejanggalan yang dimaksud
Akhirnya Aldo bisa bernapas sedikit lega sekarang. Walau urusan belum sepenuhnya selesai, tapi setidaknya ia telah menemukan penyebab masalah besar ini. Selanjutnya dia hanya perlu menunggu laporan dari Jonathan saja. Dia sangat yakin, sebentar lagi semua akan segera beres.Senyuman yang sempat hilang selama beberapa pekan, akhirnya terlihat di wajah Aldo. Dia tampak lebih ceria, tubuhnya juga terasa membaik seketika. Sebenarnya terlintas di pikirannya mengenai jasa Dave dalam hal ini, tapi dia masih keras kepala untuk yang satu ini, ditepisnya segera bayangan mantan asistennya itu.Saat masalah paling berat teratasi ternyata cukup berpengaruh terhadap semangatnya dalam mengurus masalah-masalah lainnya juga. Ia tiba-tiba kepikiran tentang Luxury. Aldo terlihat mengangguk-angguk.“Aku akan berusaha mempertahankan Luxury!”Kabarnya ijin operasi Luxury akan dicabut sejak hari ini, Naila mengabarinya semalam, hal itulah yang menyebabkan dia berakh
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak