Sekian detik kemudian, Dyta yang menyadari semua orang sedang menunggunya segera memberi jawaban.
“Aku terima Tiara jadi pengawalku.”
Dyta memang meragukan kemampuan Tiara, dia menerimanya bukan karena kehebatan perempuan itu tapi lebih kepada rasa kasihan. Lagipula siapa yang akan melukainya, Aldo yang terlalu banyak pikir. Hal paling penting, setelah ada pengawal dia bisa bergerak bebas.
Sementara tentunya cukup Aldo terkejut dengan keputusan Dyta, dia agak tak menyangka Dyta akan menjawab demikian sebab sedari awal dia sangat yakin Dyta akan menolak, tapi kenyataannya … pastinya dia tidak akan terima begitu saja.
“Maksudmu tidak akan terima, kan? Pasti kamu salah ucap,” lurusnya segera.
“Nggak kok, aku nggak salah ucap. Aku memang terima dia.”
“Tapi ….”
“Tapi apa? Bukannya kamu minta keputusanku? Aku udah terima dia, sebagai seorang pria sejati tentu kau tak boleh
Tepatnya Aldo menyeret Dave mengikutinya, bukan lagi mengajak dengan baik-baik. Itu karena dia hendak berbicara sama Dave tadinya, melontarkan kalimat ancaman tadi itu.“Ke kantor dengan pakaian begitu?” Pertanyaan tersebut terlontar dari mulut Tiara yang seketika langsung menyentuh mulutnya yang tidak bisa dikontrol. Untungnya tidak ada kalimatnya memang sangat pelan itu tidak menarik perhatian siapapun. Hanya Dyta yang mendengarnya.Jika Dyta, tentu tidak akan mempertanyakan hal ini, sebab dia sudah paham dengan seorang Aldo. Jangankan t-shirt serta celana hawai yang dia kenakan sekarang, lebih parah dari itupun pernah ia pakai buat ke kantor. Namun dia melontarkan kalimat lain ….“Nggak sarapan dulu?”“Nggak, di kantor aja.” Satu detik kedepan Aldo menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Dyta, dan menambahkan lagi. “Kamu nggak apa-apa kan sarapan sendiri? Ada urusan penting yang harus aku urus soa
Entahlah, sejujurnya Aldo masih merasa terlalu mudah bagi petugas buat membekuk Dimas, rasanya sungguh sangat janggal jika dia yang dikatakan sebagai penjahat paling berbahaya.Apalagi kata Dave, Dimas sama sekali tak menyadari para petugas datang, bahkan tidak ada perlawanan sedikitpun, yang lebih mencengangkan lagi dia dibekuk di tempat perjudian.Lagipula bukankah katanya Dimas kaya raya? Tapi kenapa bisa dibekuk semudah ini? Sungguh sangat tidak masuk akal. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Karena hal ini, Aldo jadi tak sabar ingin cepat-cepat menemui sahabat semasa kecilnya ini.Kriet!“Eh, Aldo … aku tau kau pasti datang menolongku!” ucap Dimas girang.Saat pintu terbuka, dan Aldo serta Dave melangkah memasuki sel, Dimas sendiri yang sebelumnya sedang duduk di tepi dipan bergegas beranjak mendekati mereka seolah-olah tidak terjadi hal apapun sebelum ini.Berbeda dengan Recky dan Robert, dia tidak diikat ataupun dig
Ia dengan sigap mengunci seluruh tubuh Dimas lalu mencengkram rambut pria itu kuat-kuat.“Cepat katakan sekarang juga, siapa yang sudah memperkosa Alya? Apa kau salah satunya?!”“Katakan atau aku akan membuat kepalamu lepas sekalian!”Awalnya Dimas seperti tak takut mati, tapi kenyataannya dia ternyata tak tahan sakit juga. Dia bergegas menjawab Aldo.“I-iya … aku memang terlibat di dalam semua itu,” sahutnya los begitu saja.Aldo tentu bertambah murka mendengar jawaban tersebut, matanya itu kosong tapi menyorotkan kengerian sorot mata killer. Bagaimana tidak, awalnya dia masih berharap Dimas bukan orangnya! Bagaimanapun Dimas adalah sahabat masa kecilnya, tak disangka pengkhianat terkejam sungguh dilakukan satu lagi sahabatnya. Ini benar-benar menyakitkan!Aldo sampai terdiam beberapa saat entah apa yang dia pikirkan, sejujurnya pikirannya itu kosong mungkin lebih kepada dipenuhi oleh emosi s
Recky dan Robert sudah meninggal, tentu bagi Aldo masih tinggal Dirly yang harus dia bereskan sekarang, yang bagai rubah berbulu domba. Dimas sendiri telah berada di dalam genggamannya.Selanjutnya masih ada kejutan yang menanti, Dimas tiba-tiba bersuara kembali.“Aku memang terlibat di dalam kasus pemerkosaan adikmu, tapi asal kau tau … aku hanya membekapnya saja, dan membawanya ke rumah kosong itu. Aku tidak menyentuhnya sama sekali ….”“Jadi kau pikir dengan begitu kau tidak layak disalahkan?” sergah Aldo seketika.“Bu-bukan, tapi aku hanya ingin memberitahumu ….”Bahkan tanpa diminta, kalimat berikutnya terlontar lagi.“Recky dan Robert juga hanya menyicip sedikit saja, sisanya justru orang itu yang paling rakus. Mungkin anak yang dikandung Alya adalah anaknya.”Mungkin Dimas merasa dijebak oleh Recky dan gengnya, sampai-sampai menjerumuskan dia kedalam penjara s
Hal pertama yang dilakukan Aldo adalah mengangkat kerah pakaian Dimas setinggi mungkin. Dimas sudah dalam keadaan berdiri saat itu, masih sedikit sempoyongan.“Jawab aku dengan jujur, apa kau juga terlibat dalam komplotan mereka pada saat mereka menjebakku di bar waktu itu?”Sebenarnya ada sedikit keraguan saat hendak menanyakan ini, karena banyak sekali fakta yang mencuat setelah pengakuan Dimas tadi.“M-maksudmu? Menjebakmu di bar? Aku nggak ngerti.”“Jangan berpura-pura, aku nggak segan-segan menghabisimu kalau berani menipuku!”“Aku serius, aku tidak mengerti apa yang kamu maksud.”Aldo bisa melihat kejujuran di mata pria itu, sekarang dia mulai agak yakin bahwa Dimas memang tidak terlibat. Namun dia juga tidak mau langsung percaya begitu saja.“Lalu apa maksudmu memberi pinjaman pada keluarga Dyta tepat di hari keluargaku bangkrut? Pasti semua itu ada hubungannya dengan kejadi
Sekejap ia juga teringat pada Dirly yang juga pernah mengatakan kalimat hampir sama seperti ini terhadapnya, tapi kenyataannya dia justru seorang penjahat besar yang paling dicarinya. Jujur, hal ini membuatnya semakin muak. Ia kembali mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat sekarang ini, gertakan gigi terjadi di dalam mulutnya. “Tanpa kau minta pun aku memang harus menghabisimu!” lontar Aldo sambil melayangkan tendangan. Namun sebelum tendangannya yang siap diluncurkan berhasil menyentuh sendi rahang Dimas yang terletak di dekat telinga, Aldo sengaja mengincar bagian itu karena merupakan salah satu titik lemah pada manusia, Dave lebih dulu meneriakinya. “Tanyakan dulu tentang kasus peneroran itu, Tuan.” Begitu Dave menambahkan, kaki Aldo masih berada di samping leher Dimas saat ini, membutuhkan waktu selama 4 detik kemudian dia baru rela menurunkan kakinya itu. Sementara Dimas juga membuka lagi matanya. “Peneroran apa? Paling se
Dave yang rasanya belum bisa menerima kepergian Aldo begitu saja tanpa menyentuh Dimas, dia belum rela. Sebelum menyusul langkah Aldo, dia sendiri yang akhirnya menendang pria di hadapannya hingga terjungkal. Baru setelahnya ia berlarian kecil mengejar Aldo yang semakin menjauh.Di dalam perjalanan, mereka membahas banyak hal ….“Dave, menurutmu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi orang picik ini?”Dave tampak menggaruk-garuk dagu dengan tangannya yang tidak memegang setir. Dia sedang turut merenungkan pertanyaaan yang dilontarkan Aldo. Masalahnya orang ini memang benar-benar licik.“Kita juga tidak ada bukti jika ingin menjebloskan dia kedalam penjara,” ujar Dave.Kalimatnya itu justru memberikan Aldo sebuah ide.“Kau benar, kita memang tidak punya bukti untuk menjeratnya kedalam penjara, tapi kita masih bisa menggunakan cara lain!”“Cara lain … maksud Anda, Tuan?&rdquo
Aldo sungguh mengusap layarnya, mencari nomor Dave untuk dia hubungi segera. Ia akan memarahi asistennya itu sampai kupingnya panas. Dan sialnya lagi, baru kali ini nomor Dave pun tidak dapat dihubungi, pastinya Aldo semakin murka saja.“Sial! Kenapa mereka begitu kompak? Apa sengaja bersekongkol ingin mengerjaiku?”Padahal sebenarnya Aldo tahu sendiri, nomor Dave tidak aktif karena handphonenya lowbat, Dave sempat mengeluhkan hal ini padanya tadi saat perjalanan pulang ke mansion. Dia masih memarahinya, mengatakan Dave begitu lalai tidak membawa powerbank, sama charger.Dave lupa segalanya gara-gara kejadian hari ini yang membuat sakit kepala. Semua peralatannya itu tertinggal di ruangannya tadi. Sedangkan cadangan lain ada di rumah. Dia sebenarnya punya powerbank di mobil, tapi juga dalam keadaan kosong.Namun apapun itu, Aldo tetap tidak terima, ia akan menyalahkan Dave dalam hal ini. “Aku berjanji akan memotong gajimu!” umpatny