Tidak, bukan hanya itu saja. Aldo mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tempat dia berada saat itu, termasuk langit-langit. Rumah baru tersebut begitu kumuh, dan juga sangat kecil. Bahkan ukuran kamarnya dulu lebih besar dari ukuran secara keseluruhan rumah ini. Hatinya begitu sakit, matanya sampai memerah saking sakitnya yang dia rasakan.
Bukan hanya perusahaan yang hancur, tapi seluruh aset telah lenyap. Rumah, mobil, semuanya disita. Sekarang mereka harus tinggal di sebuah kontrakan petak untuk memulai kehidupan yang baru. Keluarga Eduard jatuh miskin. Rasanya Aldo tidak bisa mempercayainya, sekejap saja segala hal berubah total, bagaikan mimpi buruk.
“Aldo, papi harap kamu tidak menyalahkan diri sendiri. Semua ini bagian dari takdir.” Demikianlah kalimat Erlan yang selalu bijak. Aldo merasa bangga pada ayahnya itu, hanya saja pada saat itu ia tentu tidak sependapat dengan papinya.
“Tidak, Pi. Semua ini memang salahku. Aldo yang udah menyebabkan s
Setelah kejadian yang menimpa keluarga Eduard, pastinya sangat berpengaruh pada kehidupan Aldo. Semuanya berubah, terlebih di dunia kampus. Aldo yang dulunya selalu disegani, orang-orang banyak justru mulai menghinanya. Bahkan di hari pertama dia kembali ke kampus, orang pertama yang mencari masalah dengannya tentu saja Recky dan gengnya. Aldo barusan tiba di kampus. Recky, Robert serta Dirly sudah menghampirinya. Sejujurnya Aldo sangat ingin menghajar orang-orang itu, akan tetapi ia teringat pada pesan Atika dan Erlan, bahkan Dave juga ikut menasehatinya saat perjalanan menuju kampus, supaya ia lebih baik menahan diri. Aldo pun memilik menyingkir dengan mengambil langkah agak menyamping. Namun mereka itu justru menghalangi langkahnya. Mereka juga terbahak melihat Aldo yang sedikit pincang. Tepatnya, Robert dan Recky yang menertawakannya. Sementara Dirly tiba-tiba pamit barusan. Entahlah, dia tidak ingin melibatkan diri untuk membully Aldo. “Lihat, ternyata d
Di kejauhan sana, Robert kembali bangkit. Aldo tentu mengetahui, tapi dia berpura-pura tidak tahu. Pria itu sedang berlari cepat ke arah mereka, sekali lagi Robert hendak menyerang melalui samping. Ia nampaknya sudah menyiapkan strategi lain dengan gerakan yang berbeda, mungkin untuk mewaspadai jika Aldo akan menghalau serangannya seperti awal tadi. Robert cukup antusias, mengira keberhasilannya mengalahkan Aldo bisa mencapai 90 persen karena Aldo nampak lengah baginya. Namun, ketika ia hampir tiba di hadapannya, Aldo tiba-tiba memutar posisi mengejutkan dia, Aldo menjadikan Recky sebagai tameng. Ia mendorong tubuh Recky kuat hingga tubuhnya mundur cepat bertabrakan dengan Robert yang tak mungkin bisa menghindar lagi. Tabrakan yang cukup kuat terjadi seketika, menyebabkan kedua pria tersebut terjatuh saling menimpa. Ringisan serta erangan terdengar dari mulut mereka. Usai melakukan semua itu, Aldo mengibas-ngibas pakaiannya seakan sedang membersihkan kotoran
“Makasih, Dave udah bebasin aku dari hukuman,” ucap Aldo tersenyum tipis. “Maaf udah merepotkan kalian.” Ia, Dave, dan Erlan sedang berada di dalam mobil saat ini. Mereka dalam perjalanan pulang dari kantor polisi menuju rumah. “Berjanjilah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, Aldo.” Erlan menanggapi. “Iya, Pi. Maafin Aldo udah membuat Papi kecewa,” lirih Aldo. “Nggak perlu dipikirkan lagi soal itu. Yang terpenting papi harap kamu bisa lebih menahan diri setelah ini.” Aldo mengangguk lemah, ia lalu beralih pada Dave. “Sekali lagi, makasih Dave udah mengurus semua ini untukku. Entah dengan apa aku harus membayar budimu.” “Jangan berkata begitu, Tuan. Ini bukan apa-apa. Lagian, sebenarnya bukan saya yang menolong Anda,” sahut Dave yang membuat Aldo meliriknya seketika. “Maksudmu? Bukan kamu yang bebasin aku, lalu siapa?” berondong Aldo. “Hmm ….” Dave melirik Erlan, mantan big bosnya itu menatapnya penuh arti. “M-ma
“Surat apa ini?” tanya Aldo akhirnya.“Buka dan baca, Aldo. Biar tau,” sahut Atika.Usai sekali lagi menoleh semua orang yang ada di ruangan tersebut, Aldo pun membuka isi amplop, dan perlahan membuka kertas yang terlipat di dalam sana dengan sangat berhati-hati. Indra penglihatannya fokus meneliti tinta hitam yang tertoreh pada kertas. Baru membaca mengenai perihal surat saja sudah membuat dia terkaget-kaget.“Ini nggak mungkin,” lontarnya menggeleng-geleng saat membaca lebih lanjut ke bawah. “Kok bisa sih? I-ini ….”Ternyata pada bagian perihal menyebutkan kata ‘permohonan maaf’. Dan tentu saja isi surat itu adalah mengenai permintaan maaf dari pihak kampus yang sudah bertindak lancang mengeluarkan dia dari sana. Mereka juga memohon dengan rendah hati jika saja Aldo bersedia kembali ke kampus.“Dave … apa semua ini juga karena kamu?” tebak Aldo.“Hm
“Aku rasa ini tempatnya,” ujar Aldo seraya menatap bangunan yang seperti sudah ditinggal lama oleh penghuninya. Memang demikian, menurut penduduk sekitar rumah itu tidak ada yang berani beli karena ada makhluk tak kasat mata. “Ayo kita masuk sebelum hari gelap!” ajak Aldo kemudian. Hari memang sudah lumayan sore.Aldo berjalan di depan, Dyta membuntutinya. Mereka melangkah dengan sangat pelan, menuju pintu masuk satu-satunya rumah itu sambil celingak-celinguk buat memastikan kondisi dalam keadaan aman. Hawa mistis yang membuat merinding khas rumah kosong sedikit terabaikan, melainkan perhatian mereka lebih kepada mewaspadai manusia berprilaku iblis, yang begitu tega menyekap Alya.“Kamu yakin ini tempatnya, Do? Keknya nggak ada orang,” ucap Dyta pelan menyerupai berbisik. Sepanjang mereka melangkah, mereka memang tidak melihat siapapun di sana. Bahkan mereka bisa memasuki rumah tersebut dengan leluasa.“Rumah kosong deka
“Siapa yang melakukan ini, Aya?” tanya Aldo. “Katakan padaku, SIAPA?!” Aldo menaikkan nadanya pada kata terakhir membuat tubuh Alya terlonjak kaget. Ia terlihat ketakutan, sampai menggeser posisinya semakin ke pojok. Melihat hal ini, Dyta bergegas turun tangan.“Aldo, kamu tidak seharusnya bentak Alya. Lihat, kau membuatnya ketakutan.”Aldo menelan saliva, ia sadar, dia memang salah. “Maafin aku,” ucapnya kemudian terdengar lirih. Betapa hancurnya hati Aldo saat ini.Pada detik itu Dyta sedang mencoba mendekat pada Alya, mengimbangi posisi perempuan kecil itu dengan setengah berjongkok. Sementara Alya semakin memepetkan diri ke dinding seolah berharap dapat melarikan diri dari Dyta, hanya saja posisinya sudah sangat terpojok hingga tak dapat kemanapun lagi.“Jangan takut, Alya … ini aku Dyta.” Ia mencoba membujuk.Perlahan, Dyta menurunkan posisinya, dari setengah berjongkok hingga
Beberapa hari berlalu, Aldo perlahan move on dari kejadian pemerkosaan yang menimpa Alya. Walaupun tidak akan pernah dapat menghapus jejak penyesalan tiada tara yang ia rasakan, tapi setidaknya ia mampu berpijak tegar menghadapi hari-hari berikut.Sebab, dia memang tidak boleh terus terpuruk, justru ia harus bangkit demi masa depan keluarganya, demi membalaskan dendam terhadap mereka semua yang sudah menghancurkan keluarga Eduard. Aldo akan memulainya dari usaha kecil-kecilan sesuai saran Dyta, detik itu … bakso gerobakan Aldo resmi dibuka.Sejak saat itu pula, Aldo harus benar-benar menutup telinganya dari berbagai suara yang mengaungkan penghinaan. Orang-orang banyak, mau itu para mahasiswa-i ataupun tetangganya, mereka semua menghina Aldo yang harus menjelma menjadi tukang bakso gerobakan di sela-sela kuliahnya. Tentu saja Recky dan gengnya yang terdepan dalam hal yang satu ini.Aldo mendorong gerobak dari satu tempat ke tempat yang lain demi menjajaka
Beberapa hari lalu, Aldo kembali ke kota dimana ia berasal. 5 tahun sudah sejak kejadian keluarganya diusir dari sana. Hari ini jelas berbeda, Aldo sudah bangkit dari keterpurukan setelah bisnis kecil-kecilannya berkembang pesat menjadi sebuah perusahaan raksasa yang tersebar di berbagai pelosok negeri, bahkan tahun ini mulai merambah ke luar negeri.Semua orang sedang dibuat terperangah ketika ia berjalan menaiki panggung, sebab tak seorang pun yang menyangka OB baru di perusahaan tersebut adalah bos mereka. Yang paling kentara tentu saja Recky serta gengnya.Biasanya, sorakan serta suara tepuk tangan akan menggema memenuhi ruangan saat atasan mereka sedang melintas di kain merah yang tersebar sepanjang menuju panggung. Namun kali ini suasana begitu berbeda, orang-orang justru nampak tegang dan wajah mereka berhiaskan rasa terkejut serta takut, sebab mereka memandang rendah Aldo sebelum ini. Bahkan, MC pun terbengong.Hanya ada beberapa perempuan yang sedari aw