Recky benar, Aldo memang terlalu lancang! Memasuki wilayah musuh tapi bersikap seperti ini tentu seperti sedang menyumbangkan nyawa saja, apalagi dia datang seorang diri.
Disana selain terdapat Recky dan Robert, juga ada banyak pengawal. Apa Aldo tidak memikirkan konsekwensinya jika berani melawan mereka? Bukan demikan, tapi alangkah dia tidak dapat menahan emosinya yang memuncak tanpa dapat dicegah, barulah seceroboh itu.
Lagipula dia bukan seorang pengecut, tidak ada yang perlu dia takuti di dunia ini. Dia sudah menyiapkan dirinya, apapun yang akan terjadi akan menerimanya.
“Hajar saja, Bro! Biar mampus!” panas Robert kemudian.
“Memang aku harus memberinya pelajaran!”
Recky telah memasang ancang-ancang dengan segera, tinjunya terangkat setinggi kepala bersiap-siap didaratkan ke arah Aldo, entah titik mana yang menjadi incarannya, dari pandangannya Aldo menebak pria itu akan menyerang wajahnya.
Sedetik berikutnya, Re
“Bagas! Bagas!” Pada akhirnya, Aldo hanya bisa memanggil-manggil keponakannya itu. Sekedar memastikan Bagas dalam keadaan baik-baik saja. Namun tak ada jawaban apapun. Aldo jadi panik.“Brengsek! Kalian apakan Bagas?” murkanya seketika sambil mengangkat kerah pakaian pria ketiga.“Santai, Bro … kau bisa lihat sendiri, keadaan dia sangat baik. Kau seharusnya bersyukur bos memperlakukan dia dengan baik,” sahut pria tersebut dengan begitu ringan.“Buktinya dia hanya diam saja!”“Karena sedang tidur.”Masih antara percaya dan tidak, perlahan Aldo menurunkan tangannya juga. Kemudian mendekat ke arah tembok itu lagi. Kebetulan detik tersebut tubuh kecil yang sedang terbaring di atas kasur sedang bergeliat. Akhirnya dia baru mempercayainya.Mendapatkan kejadian seperti ini, Aldo tentu semakin kebingungan saja. Mereka menangkap Bagas, tapi memperlakukan dia dengan sangat baik, apa ma
Aldo bingung apa yang harus dia lakukan saat ini, mengabaikan panggilan Dyta atau menjawabnya. Lalu apa yang harus dia katakan pada perempuan itu? Apa dia sungguh harus menjauhi Dyta?Sesaat Aldo masih sempat berpikir, lagipula darimana orang-orang ini akan tahu kalau saja dia tidak sungguh-sungguh menjauhi Dyta. Atau dia melakukan cara lain saja buat menyelamatkan Bagas?Detik berikutnya, Aldo pun memutuskan berlaku seperti biasa saja. Dia dengan segera menjawab panggilan dari Dyta sambil menghidupkan mesin mobil, berbicara seperti biasa saja layaknya tidak terjadi hal apapun terhadapnya barusan.Mereka bahkan tampak mesra, saling bersenda gurau saat Aldo menggoda Dyta masih bau jigong baru bangun tidur.“Oh iya, kamu belum jelasin soal kenapa kamu bisa berada di Bukittinggi semalam. Buruan cerita!” cecar Dyta memasuki topik yang lebih privasi.“Oh, soal itu … sebenarnya karena Bagas. Dia—hilang.”&ldquo
Ekspresi Aldo ketika itu, tampak terkesiap … matanya sampai melotot besar. Dave bingung pastinya melihatnya.“Ada apa, Tuan?” kepo asistennya itu segera.“Emh … Dave, kayaknya kita nggak jadi menjalankan rencana kita tadi,” sahut Aldo terdengar menggantung.“Tapi kenapa, Tuan?”Aldo menggeleng, “Aku tiba-tiba malas melanjutkannya. Anggap aja aku nggak pernah ngomong apapun padamu, OK!”Glek … glek ….Selanjutnya Aldo tampak melanjutkan niatnya meminum Es Tebak dengan cukup terburu-buru. Setelah meletakkan lagi gelas pada meja, dia sendiri segera beranjak.“Aku pergi dulu ya, Dave. Ingat pesanku tadi, anggap aku tidak pernah cerita apapun padamu tentang semua ini.”Usai menyelesaikan kalimatnya, dia bergegas pergi.“Tuan mau kemana?”Dave yang mencoba menghentikannya tak lagi dia pedulikan. Dia hanya terus berjalan m
Dua hari berlalu dari hari itu, Aldo sekarang ini sudah berada di Jakarta. Namun dia tidak pulang ke mansion, ada Dyta di sana. Dia lebih memilih menginap di hotel. Setiap saat dia akan diam-diam mengintip Dyta dari kejauhan, dua hari ini pula dia mencoba mengabaikan telepon dari Dyta. Rasa rindu mengoyakkan jiwanya, begitu berat.Apapun itu yang dilakukannya, Aldo tidak memiliki keberanian menghampiri perempuan kesayangannya ini jika harus mengatakan putus. Terlalu berat.Hingga beberapa hari kemudian, dia tetap begini saja. Bersyukurnya orang yang menyekap Bagas juga tidak mencecarnya. Mungkin dengan dia menjauhi Dyta seperti ini barangkali sudah cukup bagi orang itu. Apalagi Aldo juga terlihat begitu frustasi dalam menjalani hari-hari, seperti tak ada semangatnya.Hari ini ada yang aneh, untuk pertama kalinya Aldo tanpa sengaja melihat Dyta jalan dengan pria lain, dia cukup syok.“Apa-apaan ini? Baru beberapa hari aku nggak di sampingnya tapi dia
Sekian lama menyetir, dia sendiri seperti dikendalikan oleh otaknya tanpa diminta, entah sejak kapan dia memasuki kawasan tersebut, tapi nyatanya dia telah berada di halaman mansionnya saat ini. Aldo menatap bangunan di hadapannya dalam bengong kala sejenak. Mungkin sedang berpikir bagaimana dia bisa kembali ke tempat ini.Dia jadi teringat kejadian beberapa saat lalu, dimana dia melihat Dyta keluar dari mansion sesaat lalu. Dyta yang telah pergi dari sana, pindah ke tempat pria lain. Memikirkannya membuat dia murka berulang-ulang. Namun kali ini kemarahannya itu lebih kepada tersirat di wajah saja. Tidak dilampiaskan melalui perbuatan lagi.Beberapa menit kemudian, dia pun turun dari dalam mobilnya, sudah saatnya dia kembali ke mansion ini. Lagipula Dyta sudah tidak ada di sana. Dan, Aldo disambut oleh Bi Imas serta Tiara.“Akhirnya Anda pulang, Tuan kemana saja?” Bi Imas yang berkata. Namun ekspresi dingin Aldo yang tidak seperti biasanya membuat B
Sesungguhnya satu hal yang Aldo tidak tahu, tidak begitu lama setelah kepergiannya dari apartemen tadi, Dyta dan pria itu telah keluar. Lagipula tadi mereka juga tidak menurunkan koper Dyta, tentu artinya Dyta bukan pindah ke apartemen tersebut yang tak lain memang milik pria tersebut. Aldo agak salah paham soal ini.Namun apapun itu, Dyta telah pergi. Perempuan itu benar-benar pergi dari kehidupan Aldo, dan dia memiliki alasan tersendiri melakukan semua itu. Jika saja Aldo mengetahui alasannya ….Bukannya mencaritahu apa yang terjadi, Aldo justru sibuk meratapi kesakitan ini. Lagipula apa yang perlu dicaritahu? Sudah jelas semuanya. Dyta sudah berpindah ke lain hati. Itu yang ada di dalam pikirn Aldo, dan membuatnya sangat sakit hati.“Semoga kau lebih bahagia bersamanya.”Malahan dia seolah merestui hubungan mantan kekasihnya itu dengan pria lain.Padahal saja, kehidupan Aldo benar-benar hancur setelahnya. Ia menutup diri dari
"Turunkan senjata kalian! Dia bukan musuh, dia hanya akan menjemput anak itu!”Sampai suara tersebut berkumandang dari seorang pria yang tak lain adalah pria ketiga waktu itu. Namun dia tidak sendiri, Aldo cukup dibuat terbelalak saat melihat siapa yang ada di sampingnya.“Jangan bilang kau bosnya!” sebut Aldo menyipitkan mata, kaya akan ketajaman dan juga rasa tak percaya dengan sosok yang dilihatnya berdiri tegak di hadapannya.Recky serta Robert juga kini menyusul keluar dari dalam bangunan membawa serta Bagas seakan mengetahui kedatangan Aldo.“Om Aldo!” panggil Bagas mengalihkan perhatian Aldo. Dia baru hendak berlarian ke arah Aldo, tapi langsung ditahan Recky. Tangan Aldo sampai terjulur ke depan melihat kejadian itu.Sebab Aldo memegang tangan Bagas cukup kuat hingga ia menjerit. Aldo tentu sangat geram.“Kau menyakitinya, Brengsek!” sergah Aldo kemudian.“Om Aldo, Bagas mau pula
"Katakan! Kejahatan apa yang bisa disamakan dengan kasus pemerkosaan tak bermoral yang telah kalian lakukan," lontar Aldo dengan tatapan dingin.Namun Aldo tidak berniat menunggu jawaban atas pertanyaannya kali ini, sebab dia tak ingin menodai pikiran Bagas yang masih polos dengan konflik seberat ini. Apalagi jika Bagas mengetahui ibunya telah diperkosa, kira-kira apa yang akan terjadi padanya?Aldo tak ingin mengambil resiko. Masih terlalu dini bagi Bagas mengetahui kebenaran yang ada."Kau boleh merasa menang saat ini, tapi aku tidak akan pernah melepaskanmu! Camkan itu!"Aldo juga menatap dingin Recky dan Robert selain melirik tajam si bos yang tak lain adalah Cecep. Yup, yang menjadi dalang dari semua masalah besar di kehidupan Aldo adalah sahabat Dyta di masa kuliah dulu.Bagaimana Aldo tidak dibuat tercengang berkali-kali? Sungguh, sedikitpun tak pernah terpikirkan olehnya bahwa Cecep terlibat dalam hal seperti ini. Apalagi mengin