Ekspresi Aldo ketika itu, tampak terkesiap … matanya sampai melotot besar. Dave bingung pastinya melihatnya.
“Ada apa, Tuan?” kepo asistennya itu segera.
“Emh … Dave, kayaknya kita nggak jadi menjalankan rencana kita tadi,” sahut Aldo terdengar menggantung.
“Tapi kenapa, Tuan?”
Aldo menggeleng, “Aku tiba-tiba malas melanjutkannya. Anggap aja aku nggak pernah ngomong apapun padamu, OK!”
Glek … glek ….
Selanjutnya Aldo tampak melanjutkan niatnya meminum Es Tebak dengan cukup terburu-buru. Setelah meletakkan lagi gelas pada meja, dia sendiri segera beranjak.
“Aku pergi dulu ya, Dave. Ingat pesanku tadi, anggap aku tidak pernah cerita apapun padamu tentang semua ini.”
Usai menyelesaikan kalimatnya, dia bergegas pergi.
“Tuan mau kemana?”
Dave yang mencoba menghentikannya tak lagi dia pedulikan. Dia hanya terus berjalan m
Dua hari berlalu dari hari itu, Aldo sekarang ini sudah berada di Jakarta. Namun dia tidak pulang ke mansion, ada Dyta di sana. Dia lebih memilih menginap di hotel. Setiap saat dia akan diam-diam mengintip Dyta dari kejauhan, dua hari ini pula dia mencoba mengabaikan telepon dari Dyta. Rasa rindu mengoyakkan jiwanya, begitu berat.Apapun itu yang dilakukannya, Aldo tidak memiliki keberanian menghampiri perempuan kesayangannya ini jika harus mengatakan putus. Terlalu berat.Hingga beberapa hari kemudian, dia tetap begini saja. Bersyukurnya orang yang menyekap Bagas juga tidak mencecarnya. Mungkin dengan dia menjauhi Dyta seperti ini barangkali sudah cukup bagi orang itu. Apalagi Aldo juga terlihat begitu frustasi dalam menjalani hari-hari, seperti tak ada semangatnya.Hari ini ada yang aneh, untuk pertama kalinya Aldo tanpa sengaja melihat Dyta jalan dengan pria lain, dia cukup syok.“Apa-apaan ini? Baru beberapa hari aku nggak di sampingnya tapi dia
Sekian lama menyetir, dia sendiri seperti dikendalikan oleh otaknya tanpa diminta, entah sejak kapan dia memasuki kawasan tersebut, tapi nyatanya dia telah berada di halaman mansionnya saat ini. Aldo menatap bangunan di hadapannya dalam bengong kala sejenak. Mungkin sedang berpikir bagaimana dia bisa kembali ke tempat ini.Dia jadi teringat kejadian beberapa saat lalu, dimana dia melihat Dyta keluar dari mansion sesaat lalu. Dyta yang telah pergi dari sana, pindah ke tempat pria lain. Memikirkannya membuat dia murka berulang-ulang. Namun kali ini kemarahannya itu lebih kepada tersirat di wajah saja. Tidak dilampiaskan melalui perbuatan lagi.Beberapa menit kemudian, dia pun turun dari dalam mobilnya, sudah saatnya dia kembali ke mansion ini. Lagipula Dyta sudah tidak ada di sana. Dan, Aldo disambut oleh Bi Imas serta Tiara.“Akhirnya Anda pulang, Tuan kemana saja?” Bi Imas yang berkata. Namun ekspresi dingin Aldo yang tidak seperti biasanya membuat B
Sesungguhnya satu hal yang Aldo tidak tahu, tidak begitu lama setelah kepergiannya dari apartemen tadi, Dyta dan pria itu telah keluar. Lagipula tadi mereka juga tidak menurunkan koper Dyta, tentu artinya Dyta bukan pindah ke apartemen tersebut yang tak lain memang milik pria tersebut. Aldo agak salah paham soal ini.Namun apapun itu, Dyta telah pergi. Perempuan itu benar-benar pergi dari kehidupan Aldo, dan dia memiliki alasan tersendiri melakukan semua itu. Jika saja Aldo mengetahui alasannya ….Bukannya mencaritahu apa yang terjadi, Aldo justru sibuk meratapi kesakitan ini. Lagipula apa yang perlu dicaritahu? Sudah jelas semuanya. Dyta sudah berpindah ke lain hati. Itu yang ada di dalam pikirn Aldo, dan membuatnya sangat sakit hati.“Semoga kau lebih bahagia bersamanya.”Malahan dia seolah merestui hubungan mantan kekasihnya itu dengan pria lain.Padahal saja, kehidupan Aldo benar-benar hancur setelahnya. Ia menutup diri dari
"Turunkan senjata kalian! Dia bukan musuh, dia hanya akan menjemput anak itu!”Sampai suara tersebut berkumandang dari seorang pria yang tak lain adalah pria ketiga waktu itu. Namun dia tidak sendiri, Aldo cukup dibuat terbelalak saat melihat siapa yang ada di sampingnya.“Jangan bilang kau bosnya!” sebut Aldo menyipitkan mata, kaya akan ketajaman dan juga rasa tak percaya dengan sosok yang dilihatnya berdiri tegak di hadapannya.Recky serta Robert juga kini menyusul keluar dari dalam bangunan membawa serta Bagas seakan mengetahui kedatangan Aldo.“Om Aldo!” panggil Bagas mengalihkan perhatian Aldo. Dia baru hendak berlarian ke arah Aldo, tapi langsung ditahan Recky. Tangan Aldo sampai terjulur ke depan melihat kejadian itu.Sebab Aldo memegang tangan Bagas cukup kuat hingga ia menjerit. Aldo tentu sangat geram.“Kau menyakitinya, Brengsek!” sergah Aldo kemudian.“Om Aldo, Bagas mau pula
"Katakan! Kejahatan apa yang bisa disamakan dengan kasus pemerkosaan tak bermoral yang telah kalian lakukan," lontar Aldo dengan tatapan dingin.Namun Aldo tidak berniat menunggu jawaban atas pertanyaannya kali ini, sebab dia tak ingin menodai pikiran Bagas yang masih polos dengan konflik seberat ini. Apalagi jika Bagas mengetahui ibunya telah diperkosa, kira-kira apa yang akan terjadi padanya?Aldo tak ingin mengambil resiko. Masih terlalu dini bagi Bagas mengetahui kebenaran yang ada."Kau boleh merasa menang saat ini, tapi aku tidak akan pernah melepaskanmu! Camkan itu!"Aldo juga menatap dingin Recky dan Robert selain melirik tajam si bos yang tak lain adalah Cecep. Yup, yang menjadi dalang dari semua masalah besar di kehidupan Aldo adalah sahabat Dyta di masa kuliah dulu.Bagaimana Aldo tidak dibuat tercengang berkali-kali? Sungguh, sedikitpun tak pernah terpikirkan olehnya bahwa Cecep terlibat dalam hal seperti ini. Apalagi mengin
“Ciri khas pengecut itu suka main keroyokan,” singgungnya.Dan tentu saja kalimat Aldo sangat menyita perhatian, mereka semua seketika menoleh padanya.“Bajingan ini!” Recky yang paling antusias.Bahkan pilot helikopter yang cukup cerdas menghidupkan mesin pun sudah tidak dipedulikan mereka lagi.Recky melirik seorang pengawal mereka yang tubuhnya paling kecil di antara yang lain, “Cukup dia yang menghadapimu paling juga tepar!”Semua orang lalu terbahak keras, sampai Aldo menanggapi.“Kalau begitu ayo maju! Satu lawan satu,” tantangnya.Pastinya mereka semua langsung tersurut emosi, terutama Recky dan Robert.“Maju!” titah Recky menggelengkan kepala ke arah pria yang tubuhnya paling kecil tadi.Hiat!Dengan penuh percaya diri, pria itu segera mendekat ke arah Aldo, berlarian dan memasang aksinya yang siap menghajar Aldo. Sementara Aldo tampak santai saja
Suasana tegang mendominasi saat ini. Bukan hanya Aldo yang ketakutan, Bagas terlebih sang pilot juga merasakan hal yang sama. Si pilot bisa saja meninggi, tapi keadaan Aldo bisa terancam kalau dia bergerak mendadak, Aldo mungkin akan terjatuh. Dan belum tentu dapat menghindari tembakan pula.Apapun itu, tetap Aldo yang paling galau karena dia adalah sumber dari semua masalah yang ada, sebab dia yang menjadi incaran musuh. Dan buat menyudahi semua ini hanya ada satu cara yang perlu dia lakukan.“Tidak ada pilihan lain, aku harus lompat!” gumamnya yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.Aldo lalu mengambil ancang-ancang akan melompat turun saja, dia tidak bisa bersikap egois, dia tidak ingin mencelakai Bagas, cukup dia yang menjadi korbannya.“Jangan lakukan itu!” teriak Cecep tiba-tiba.Suara Cecep terdengar samar di kuping Aldo karena suara helikopter yang sangat bising, tapi tetap membuatnya sedikit terkejut karena
“Bagas!” sambut Alya dengan suara lantang saat melihat wajah putranya. Dan tentu awalnya Bagas yang lebih dulu memanggil dia. Aldo dan Bagas akhirnya tiba di kediaman keluarga Eduard.Anak dan ibu itu sama-sama berlarian, dan ketemu di titik tengah dalam pelukan hangat serta erat sekali.“Akhirnya kamu pulang, Nak. Mama kangen banget sama kamu!”“Bagas juga kangen banget sama Mama.”Suasana haru memenuhi tempat itu. Tak ada seorang pun yang tidak turut larut di dalamnya. Perpisahan sebulan terlalu berat buat dilalui. Rasanya ingin Alya memaki kesal pada Aldo yang begitu tega memisahkan dia dari putranya. Apalagi kakaknya itu sama sekali tak dapat dihubungi selama ini.Mereka semua tidak ada yang mengerti apa yang terjadi pada Aldo selama ini, yang mereka tahu tentu Bagas ada bersama-sama dengannya. Lalu jelas sangat patut jika mereka mempertanyakannya sekarang.“Kamu kemana saja selama ini, Do? Kenap
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.“Nggak, Dok! Aku harus menema
Tanpa disangka sedikitpun, ternyata Cecep bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kemampuannya melebihi Recky dan Robert, apalagi Aldo sudah sangat kelelahan saat ini jelas membutuhkan perjuangan luar biasa dalam menumbangkan lawannya ini. Aldo sendiri telah babak belur, barulah berhasil menjatuhkan Cecep.“Sekarang terima kematianmu, Bangsat!”Aldo yang awalnya cukup lega berhasil menumbangkan Cecep harus kembali dibuat terkejut, pria itu memang belum mati, Aldo masih harus membereskannya, hanya saja ia membutuhkan jeda untuk mengambil napas. Hal tak terduga lainnya justru terjadi.Pria itu tiba-tiba mendapatkan senjata, dan sedang mengarahkannya ke arah Aldo. Matanya hampir meloncat keluar saking terkejutnya dia. Bagaimana tidak, nyawanya sungguh sedang terancam.Aldo benar-benar kelelahan sampai tidak dapat mengelak saat ini, beranjak dari posisi tersungkur bahkan agak sulit dia lakukan. Dia benar-benar kehabisan tenaga buat menumbangkan Cecep
Suasana di sana saat ini lumayan mengerikan, mayat tergeletak dimana-mana, baik itu anak buah Aldo maupun para musuh, jumlah mereka hampir sama banyaknya. Ada yang tewas karena luka tembak, maupun baku hantam.Aldo pun baru menyadari ternyata yang satu-satunya yang tersisa hanya dia seorang, tentunya cukup mengejutkan dia. Akan tetapi dia tidak akan mundur, satu lawan satu mana mungkin dia akan menyerah.Aldo baru akan melanjutkan langkahnya, suara tembakan membuatnya seketika mundur. Kurang seinci lagi dia hampir tertembak.“Aku seperti mengenal tembakan ini!” batin Aldo agak panik. Ia juga mengingat sesuatu, “Sniper handal itu!”Yah, dia orang yang terlibat pada kejadian di penjara beberapa waktu lalu. Drama penembakan Recky dan Robert saat itu.“Sial! Jadi dia ada disini!Jelas merupakan sebuah kegawatan. Aldo bergegas mencari tempat persembunyian dan bersikap waspada. Namun hal ini tetap tidak akan mengurung
Ketika mereka berdua tiba di hadapannya, Aldo justru berhasil menangkap tangan Robert yang hendak menyerang bagian perut, mematahkan tangannya itu tanpa ampun. Suara erangan mengaum keras.Sementara saat tendangan Recky yang mengincar kepalanya hampir menyentuhnya, Aldo juga dengan gesit menangkap kaki bajingan satu ini, lalu turut melayangkan sebuah tendangan mematikan tepat ke arah junior Recky.Sesaat Robert bangkit lagi, awalnya dia hendak menembak Aldo, tapi segera digagalkan Aldo dengan menendang senjata di tangannya hingga terhempas. Selanjutnya pertarungan sengit sempat menghiasi pertempuran seakan mereka seperti tandingan yang seimbang, hingga Aldo kembali berhasil menjatuhkan lawannya itu. Bagaimanapun dia tidak mungkin menang, dia bukanlah lawan Aldo, apalagi tangannya sedang terluka.Aldo bahkan menghajarnya cukup fatal kali ini, melampiaskan seluruh emosi yang menguasai jiwanya, sampai pria itu tak mampu bangkit lagi.Sambut-menyambut silih b
Perasaan Aldo benar-benar hancur melihat keadaan kekasihnya itu, sedikitpun dia tidak pernah menyangka hal setragis ini akan terjadi terhadap Dyta. Padahal sebentar lagi mereka akan menjadi pasangan paling berbahagia, tapi keadaan justru berbalik seperti ini.Sakit sekali pastinya, Aldo yang tak kuasa menahan diri. Untuk pertama kalinya ia tak memedulikan keadaan sekeliling, tangisannya meledak sudah sambil menggenggam tangan Dyta.“Maafin aku, Dyt … seharusnya aku tidak membiarkan kamu pergi sendirian, aku yang patut disalahkan!”“Dyta, bangunlah! Bangun, Sayang!”Ternyata Aldo sungguh tidak dapat mengontrol dirinya untuk bersikap tenang sehingga dokter harus memperingatkan dia, mengatakan bahwa orang yang sedang koma seharusnya disupport, bukan ditangisi seperti ini. Sebab walau Dyta sedang tak sadar tapi dia bisa mendengar semua yang dikatakan Aldo saat ini.Akhirnya Aldo harus berusaha tegar, menahan emosinya yang
Betapa terkejutnya Aldo mendapatkan kabar yang disampaikan oleh Dave barusan. Tanpa berpikir panjang dia langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari ruangan rapat begitu saja. Dia tentu harus menuju rumah sakit saat itu juga.Aldo pergi seorang diri, lagipula Dave harus mengambil alih meneruskan rapat yang sedang berlangsung. Keadaan Aldo tentu sangat tidak stabil, ia mengemudi dengan sangat brutal. Namun keberuntungan selalu memihak padanya di jalanan. Aldo berhasil tiba di rumah sakit dalam keadaan selamat.Usai memarkirkan kendaraannya secara sembarangan tak memedulikan apapun lagi, Aldo bergegas berlarian menuju ke dalam rumah sakit secepat mungkin.Baru saja dia menginjakkan kaki di pintu lift menuju ruangan VVIP, panggilan untuknya telah terdengar karena mobilnya yang parkir seenak jidat itu, tapi Aldo tetap tak menghiraukannya, bukannya kembali ke depan, Aldo justru melangkah memasuki lift.Mau mobilnya itu diderek atau diapapun, dia tak
Lain halnya dengan Dave yang segera mengiyakan kalimat Aldo, Dyta justru dibuat terkejut bukan main.“S-sekarang? Kenapa kalian para pria suka sekali seenaknya begini sih?!” rutuk perempuan itu kesal.Bagaimana tidak, barusan menghadapi Cecep yang bertingkah seenak jidat memaksa menikahinya, sekarang giliran Aldo yang melakukan hal serupa.“Kamu kok kayak nggak senang gitu, memangnya kamu keberatan nikah sama aku?”Aldo agak salah mengerti.“Bukan begitu, tapi menikah kan bukan main-main, Do … kita perlu menyiapkannya dengan mateng! Gimana bisa seenaknya aja begini, mau nikah ya nikah aja gitu!”“Kau pikir nggak akan bikin kaget kedua orang tuaku apa? Terus papi sama mami kamu, bisa-bisa mereka jantungan mikirin ide gilamu itu!”Dyta ngambek lagi, ia membuang muka keluar jendela sambil memeluk tangan. Ternyata mereka telah memasuki kawasan mansion Aldo berada.“Oh, ak