“Kalau kalian tidak mau, biar aku yang menghajarnya!”
Benar yang dipikirkan Aldo bahwa dia akan menjadi bulan-bulanan jika tertangkap, walaupun orang-orang ini ternyata sangat peduli pada nasehat Ivan untuk tidak main hakim sendiri, tetap ada satu atau dua orang reseh yang tidak mengindahkan.
Pria ini mendekat dengan cepat menuju ke arah Aldo, sedangkan Aldo menatap garang dia tanpa ada rasa takut yang diperlihatkan. Dalam hati dia sedang mengecam kesal,
“Sialan! Kalau dia berani melukaiku, aku pastikan sampai tujuh keturunannya tak akan bisa hidup dengan tenang!”
“Hiat!”
Tinju pria itu telah mengayun saat ini, cukup tinggi dan mungkin akan terasa sangat menyakitkan jika berhasil menyentuh tubuh Aldo bagian manapun, sebab dia menyalurkan seluruh tenaganya pada kepalan tangan besarnya itu. Keadaan semakin mencekam!
Aldo mencoba memberontak, tak disangka dalam satu kali hentakan saja dia ternyata berhasil me
Ivan jelas begitu terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan Aldo, dia sampai mengerem mendadak. Untungnya tidak ada kendaraan di belakangnya.“Kau bilang apa tadi? Dirly memperkosa adikmu?” tanya Ivan memastikan pendengarannya tak salah.“Kalau aku katakan semuanya, apa Anda akan percaya? Bukannya dia sangat suci di mata Anda?” Aldo justru menjawab ketus.Ivan diam seribu bahasa, hanya ada alunan musik yang mengalun pelan memenuhi kuping Aldo. Dan itu sudah cukup, Aldo tentu tahu jawabannya. Padahal saja Ivan pastinya bingung harus menanggapi apa, memang antara percaya dan tidak sih.Jedeg!Ia lalu membuka pintu mobil usai menggeser knot unlock, dan melangkah keluar.“Kamu mau kemana? Aku harus mengantarmu pulang ke hotel,” ucap Ivan setelah Aldo berada di luar.“Tidak perlu repot-repot mengantar orang jahat sepertiku.”Dep!Dia juga membanting pintu setelahnya sedikit me
Aldo sangat membenci Dirly, dia tidak ingin berbicara panjang lebar lagi, suara Dirly bagaikan nada sumbing yang bikin sakit kuping, yang terpenting dia sudah berhasil mendapatkan janji temu, itu sudah cukup. Tentu dia perlu memutuskan panggilan segera.“Akhirnya ada kesempatan kedua juga!” Senyuman sinis seketika terbit di sudut bibirnya.Tapi dia masih harus menunggu sampai besok malam, itu pasti sangat membosankan! Aldo tidak menyukainya. Menunggu adalah pekerjaan yang paling menyebalkan!Apa boleh buat sih, setidaknya dia masih diberi kesempatan kedua dalam waktu cukup dekat pula. Tidak seperti yang dia pikirkan bahwa Dirly akan menghindarinya. Akan tetapi, apa yang harus dia lakukan selama 2 hari di tempat asing ini?Aldo tidak memiliki sanak saudara di kalimantan, terlebih Dyta cukup jauh darinya, sejatinya dia sangat rindu sama Dyta. Si lebay yang satu ini, baru juga sebentar jauh dari Dyta sudah kangen-kangenan saja.Ketika terl
Namun bagaimanapun, Aldo masih harus menunggu seharian lagi, apa yang harus dia lakukan? Ini tetap membosankan!Apa dia perlu menghubungi Dyta lagi, memintanya agar menemani dia seperti kemarin? Tapi masalahnya dia sudah memberi ijin pada Dyta untuk ke kafe malam tadi. Dyta pasti sibuk kalau sedang bekerja. Dia juga tak ingin mengganggu kesenangan Dyta.Beruntung ketika dia sedang turun sarapan di lobby, Aldo justru bertemu dengan teman lamanya, Chika. Satu-satunya sahabat perempuan terbaik Aldo di masa SMA.“Kamu … Aldo, kan?” Perempuan itu yang menyapa duluan.Aldo tak mengenali Chika, dia bersikap agak jutek, malah merasa perempuan tersebut sok kenal sok dekat, dia tidak suka. Sampai perempuan cantik itu melanjutkan pembicaraannya sebagai berikut.“Maaf kalau aku salah orang, tapi kamu mirip sekali dengan teman baikku yang bernama Aldo.”Chika baru hendak berlalu dari hadapannya, Aldo akhirnya merasa penasar
Waktu berlalu dengan cepat, hari mulai gelap. Aldo jadi teringat pada janji temunya dengan Dirly yang sebentar lagi, yakni jam 7an. Tentu dia harus segera pergi.“Kalau begitu aku pamit dulu,” lontar Aldo.“Oh, makasih ya kamu udah banyak bantu kami, Do.”“Sama-sama, Chik. Oh iya ….” Aldo tampak merogoh saku, mengeluarkan dompetnya, dan mengambil sesuatu di dalam sana. Baik Chika maupun suaminya memperhatikan gerak-gerik Aldo secara seksama.“Ini buat keperluan Cheris, ambillah!”Ternyata Aldo mengeluarkan selembar cek yang sudah dia siapkan sejak di hotel tadi. Ragu-ragu Chika meraihnya, dan masih harus terkejut dengan nominal yang tertera di dalam kertas tersebut.“Do, aku nggak bisa terima, ini jelas terlalu berlebihan!” Seperti itu tanggapan Chika sambil menyodorkan balik cek yang berisi uang sebesar 300 juta itu.“Itu akan sangat berguna pengobatan Cheris, a
Aldo lalu bergegas menuju lift. Ketika berada di dalam sebuah notifikasi pesan masuk, dia sudah tak memedulikan, sepertinya dia bisa menebak siapa yang mengirim.Ting!Saat pintu lift terbuka, Aldo sendiri langsung melihat sosok Dirly sedang duduk di sofa loby, sambil menikmati secangkir minuman. Aldo tidak tahu persis itu minuman apa, tapi seharusnya panas jika dilihat dari cara penyajian ataupun cara Dirly meninumnya.Akan tetapi semua itu tidaklah penting, Aldo tidak memedulikannya. Yang terpenting adalah soal isi kepalanya saat ini. Aldo terbengong di lift cukup lama sembari menatap dingin sosok Dirly. Hingga pintu lift hampir tertutup lagi, dia pun bergegas menahan pintu dan keluar dari dalam sana.Melihat Aldo berjalan ke arahnya, Dirly pun menyapa ramah,“Eh, kamu udah balik, Do? Barusan aku kirimin kamu pesan. Kata pihak hotel kamu lagi nggak di tempat. Oh iya, soal tadi siang kamu nggak apa-apa kan? Apa mereka melukaimu?” ceroc
“Kata Alya ada tiga pelaku yang memperkosa dia, setelah mereka berdua, kalau bukan kau siapa lagi!” sergah Aldo dengan nada tinggi.“Maafkan aku, aku tidak tau persis siapa orang satunya yang mereka ajak, tapi kayaknya aku bisa menebaknya. Mungkin si bos yang turun tangan langsung.”“Bos?” Aldo menyipitkan mata.“Iya. Dia yang sekaligus menjadi dalang dari semua yang terjadi padamu waktu itu.”Aldo tak perlu mencecar lebih lanjut, tapi Dirly dengan suka rela membongkarnya. “Dia adalah ….”Dddrrrt!Ponsel Aldo tiba-tiba bergetar, serta berdering menghentikan ucapan Dirly. Awalnya Aldo tak ingin menggubris soal handphonenya, tapi itu nada dering khusus yang Aldo atur buat anggota keluarga Eduard. Kalau mereka menghubungi seharusnya ada hal yang penting.Sempat bergumul beberapa detik, pada akhirnya dia pun tetap menjawab panggilan tersebut. Ternyata Alya yang mengh
Di dalam perjalanan menuju Bukittinggi, Aldo terus mencemaskan keadaan Atika, wanita yang paling dia sayangi seumur hidup ini. Mau menghubungi rumah, tapi tidak mungkin dia lakukan di dalam pesawat seperti ini. Cuaca buruk sudah tak dihiraukannya.Di malam hari begini, ditambah hujan, jarak pandang pilot sempat mengalami sedikit kendala, dan menawarkan untuk kembali lagi ke bandara Kalimantan saja. Namun sudah pasti Aldo menolak. Dia berkata dia sendiri yang akan meneruskan mengoperasikan pesawat jika sang pilot hendak kembali.Mau tidak mau, akhirnya sang pilot pun memaksa untuk tetap melanjutkan penerbangan mereka. Menerobos cuaca buruk yang begitu menyeramkan. Hampir-hampir pesawat mereka menabrak sebuah gunung di depan sana karena jarak pandang yang benar-benar berkabut.Setelah hampir 2 jam bergelut di atas sana, barulah pesawat dapat mendarat dengan sempurna di bandara kota Bukittinggi. Semua orang bernapas lega. Aldo sendiri telah melanjutkan perjalananny
Berikutnya Aldo bertanya dengan pelan, “Memangnya sejak kapan Bagas hilang?”“Kemarin siang.” Erlan yang menyahut.“Apa? Kemarin siang?”Aldo jelas sangat terkejut mendengar keterangan singkat dari Erlan. Bagas sudah menghilang sejak kemarin, yang benar saja dia baru tahu sekarang.“Kok baru bilang ke aku?”“Semua orang sibuk melakukan pencarian, jadi melupakan banyak hal. Akhirnya baru teringat padamu tadi.”Sungguh terdengar begitu konyol, Aldo sampai bingung harus berkomentar apa. Melupakan dia gegara sibuk mencari keberadaan Bagas, alasan macam apa ini? Dia juga pastinya menyalahkan para pengawal sejauh ini. Padahal mereka ketakutan sampai tidak memiliki keberanian melapor.Lagipula para pengawalnya berpikir pasti keluarga Eduard sudah melapor pada Aldo sebelumnya. Memangnya siapa mereka, ada hak apa sampai begitu berani memberi laporan pada Aldo.“Kak Aldo &