Berikutnya Aldo bertanya dengan pelan, “Memangnya sejak kapan Bagas hilang?”
“Kemarin siang.” Erlan yang menyahut.
“Apa? Kemarin siang?”
Aldo jelas sangat terkejut mendengar keterangan singkat dari Erlan. Bagas sudah menghilang sejak kemarin, yang benar saja dia baru tahu sekarang.
“Kok baru bilang ke aku?”
“Semua orang sibuk melakukan pencarian, jadi melupakan banyak hal. Akhirnya baru teringat padamu tadi.”
Sungguh terdengar begitu konyol, Aldo sampai bingung harus berkomentar apa. Melupakan dia gegara sibuk mencari keberadaan Bagas, alasan macam apa ini? Dia juga pastinya menyalahkan para pengawal sejauh ini. Padahal mereka ketakutan sampai tidak memiliki keberanian melapor.
Lagipula para pengawalnya berpikir pasti keluarga Eduard sudah melapor pada Aldo sebelumnya. Memangnya siapa mereka, ada hak apa sampai begitu berani memberi laporan pada Aldo.
“Kak Aldo &
“Siapa yang nelpon? Apa Dave sudah menemukan Bagas?”Aldo terlihat antusias membayangkan hal ini. Mengingat dia baru selesai berbicara dengan Dave, bisa saja asistennya itu yang menelpon dia memberi kabar baik.Beruntung Aldo masih mampu menyelamatkan makanan di tangannya. Usai meletakkan apa yang dia bawa di atas meja, dia baru merogoh ponselnya di dalam saku. Dilihatnya segera layar yang menyala, pelan raut wajahnya itu berubah muram.Ternyata Dyta yang menghubunginya, bukan Dave. Sejujurnya agak membuatnya kecewa. Namun Aldo tetap bergegas menjawab panggilan tersebut. Dyta juga penting kan? Apalagi seharian ini Dyta belum menghubunginya, tidak seperti biasa perempuan itu mengabaikannya seperti ini. Sebenarnya Dyta agak berubah terhadap Aldo setelah kejadian malam itu.“Halo, Dyt ….”“Hai … kamu nelpon aku ya siang tadi, maaf aku baru liat hape.”Dari caranya berbicara, tampaknya Dyta juga
Walau entah sampai kapan Alya akan terlelap. Sewaktu-waktu dia bisa saja terbangun lalu mengamuk mencari Bagas. Benar saja, Alya hanya terlelap sekitar 2 jam saja, kemudian terbangun lagi. Sepanjang malam itu, mereka semua harus bekerja keras sekali lagi untuk menenangkan Alya.Melihat keadaan Alya yang seperti ini sungguh membuat hatinya teriris."Aku harus cepat-cepat menemukan Bagas!" janji Aldo di dalam hati. "Tapi dimana aku bisa menemukannya?"Otak Aldo berpikir cukup keras, dia sedang duduk seorang diri di teras saat ini, sambil memutar-mutar ponselnya.Bagas hilang di seputaran rumah, tapi bagaimana bisa sesulit ini mencari keberadaannya? Apa semua ini ada hubungannya dengan para penjahat itu lagi? Yah, mungkin mereka!Tapi masalahnya, siapa pelakunya? Bukankah semua orang telah ditumpas oleh Aldo? Recky, Robert, bahkan peneror itu masih berada di rumah sakit saat ini. Hanya menyisakan Dirly seorang. Aldo jadi teringat pada pria
“Ah! Dasar kalian semua tidak becus!Aldo mengumpat sambil memukul setir.Hingga sejenak kemudian, ketika dia sudah benar-benar menyerah, berpikir buat kembali dulu saja ke rumah, tiba-tiba ponselnya berbunyi, sebuah notifikasi pesan dari nomor tidak dikenal. Aldo membukanya reflek, dan isinya adalah sebuah foto yang tak lain adalah Bagas, diikat di sebuah kursi. Alangkah terkesiapnya dia.“Apa-apaan ini? Siapa yang berani melakukan semua ini?” Aldo marah pastinya.“Aku harus melakukan sesuatu!”Aldo baru akan menekan icon hijau untuk menghubungi nomor yang mengirimkan foto tersebut, akan tetapi orang itu lebih dulu menelepon balik. Aldo mengangkatnya cepat.“Siapa kalian? Dimana kalian sembunyikan Bagas?” Kalimat tersebut yang diucapkan Aldo ketika menjawab telepon.“Wow! Santai, Bro … ini juga mau kasih tau.”“Suara ini, seperti suara ….” Aldo ber
Aldo menghentikan laju kendaraannya tepat di depan bangunan tersebut, terdapat beberapa orang dengan postur tinggi tegap berjaga-jaga di depan, orang-orang itu tentu langsung menghampiri mobilnya.Usai menatap sejenak lagi dalam bengong bangunan di hadapannya, Aldo pun turun dari mobil.“Apa kau yang bernama Aldo?” sambut salah satu dari para pria tinggi tegap itu.“Benar, aku orangnya,” jawab Aldo sambil mengangguk.Pria tersebut nampak melirik ke arah mobil Aldo, juga menoleh di belakang mobilnya, mungkin sedang memastikan Aldo benar-benar datang seorang diri atau tidak. Setelah merasa yakin, dia pun baru melanjutkan berbicara lagi.“Ayo ikut kami kedalam!”Dua orang pria lainnya yang berada cukup dekat dengan Aldo mendorong Aldo agar segera bergerak. Aldo masih berusaha bersikap kalem pastinya. Orang-orang ini terlihat mengerikan, sepertinya Aldo salah besar melakukan hal ini, datang sendiri ke sarang m
Aldo berjalan pelan menuju ruangan tersebut yang pintunya sedikit terbuka, setibanya dia di depan pintu, barulah pengawal itu membuka papan pembatas tersebut lebih lebar, lalu mempersilakan Aldo untuk masuk. Cukup mencengangkan, ternyata di dalam sana dia belum langsung bertemu dengan orang disebut bos tersebut.Tidak ada ruangan apapun tepatnya, hanya terdapat tangga di depan sana, tempat ini benar-benar sangat aneh. Tembok serta mengurung tempat yang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ruangan itu.“Naiklah ke atas, bos sedang menunggumu di sana,” ucap pria pertama sekali lagi.Setelah mendorong Aldo melewati pintu, dia menutup pintu tersebut cukup kasar. Namun tidak membuat Aldo terkejut, hal begini mungkin sudah bisa diprediksi olehnya.Aldo belum langsung menuruti titah pria tadi, dia melirik sekeliling terlebih dahulu, benar-benar tidak ada apapun di sana, selain hanya tangga. Lalu buat apa mereka memasang pintu disana? Pertanyaan ini sa
Recky benar, Aldo memang terlalu lancang! Memasuki wilayah musuh tapi bersikap seperti ini tentu seperti sedang menyumbangkan nyawa saja, apalagi dia datang seorang diri.Disana selain terdapat Recky dan Robert, juga ada banyak pengawal. Apa Aldo tidak memikirkan konsekwensinya jika berani melawan mereka? Bukan demikan, tapi alangkah dia tidak dapat menahan emosinya yang memuncak tanpa dapat dicegah, barulah seceroboh itu.Lagipula dia bukan seorang pengecut, tidak ada yang perlu dia takuti di dunia ini. Dia sudah menyiapkan dirinya, apapun yang akan terjadi akan menerimanya.“Hajar saja, Bro! Biar mampus!” panas Robert kemudian.“Memang aku harus memberinya pelajaran!”Recky telah memasang ancang-ancang dengan segera, tinjunya terangkat setinggi kepala bersiap-siap didaratkan ke arah Aldo, entah titik mana yang menjadi incarannya, dari pandangannya Aldo menebak pria itu akan menyerang wajahnya.Sedetik berikutnya, Re
“Bagas! Bagas!” Pada akhirnya, Aldo hanya bisa memanggil-manggil keponakannya itu. Sekedar memastikan Bagas dalam keadaan baik-baik saja. Namun tak ada jawaban apapun. Aldo jadi panik.“Brengsek! Kalian apakan Bagas?” murkanya seketika sambil mengangkat kerah pakaian pria ketiga.“Santai, Bro … kau bisa lihat sendiri, keadaan dia sangat baik. Kau seharusnya bersyukur bos memperlakukan dia dengan baik,” sahut pria tersebut dengan begitu ringan.“Buktinya dia hanya diam saja!”“Karena sedang tidur.”Masih antara percaya dan tidak, perlahan Aldo menurunkan tangannya juga. Kemudian mendekat ke arah tembok itu lagi. Kebetulan detik tersebut tubuh kecil yang sedang terbaring di atas kasur sedang bergeliat. Akhirnya dia baru mempercayainya.Mendapatkan kejadian seperti ini, Aldo tentu semakin kebingungan saja. Mereka menangkap Bagas, tapi memperlakukan dia dengan sangat baik, apa ma
Aldo bingung apa yang harus dia lakukan saat ini, mengabaikan panggilan Dyta atau menjawabnya. Lalu apa yang harus dia katakan pada perempuan itu? Apa dia sungguh harus menjauhi Dyta?Sesaat Aldo masih sempat berpikir, lagipula darimana orang-orang ini akan tahu kalau saja dia tidak sungguh-sungguh menjauhi Dyta. Atau dia melakukan cara lain saja buat menyelamatkan Bagas?Detik berikutnya, Aldo pun memutuskan berlaku seperti biasa saja. Dia dengan segera menjawab panggilan dari Dyta sambil menghidupkan mesin mobil, berbicara seperti biasa saja layaknya tidak terjadi hal apapun terhadapnya barusan.Mereka bahkan tampak mesra, saling bersenda gurau saat Aldo menggoda Dyta masih bau jigong baru bangun tidur.“Oh iya, kamu belum jelasin soal kenapa kamu bisa berada di Bukittinggi semalam. Buruan cerita!” cecar Dyta memasuki topik yang lebih privasi.“Oh, soal itu … sebenarnya karena Bagas. Dia—hilang.”&ldquo