Happy reading
Juan adalah seorang remaja yang berusia 14 tahun yang tak memiliki inti spiritual. Ibunya bilang bahwa dia terlahir hanya sebagai manusia biasa. Berbeda dengan anak lainnya yang sudah memiliki inti spiritual sejak mereka lahir, Terkadang rasa memenuhi hatinya, namun apa daya takdir berkata lain.
Sejak kecil kerap di hina dan dilecehkan, bahkan teman-teman sebayanya menjulukinya sampah yang tak berguna, dia juga kerap menjadi samsak hidup oleh anak sebaya dengannya yang bernama Suma. Padahal Juan bukanlah satu-satunya anak di desa yang terlahir sebagai manusia biasa. Suma iri terhadap nya karena Sekar Saki, gadis yang di sukainya menyukai Juan dan menumbuhkan benih benci padanya.
Suma adalah anak dari pasangan Gurnito dan Bratawati orang terpandang nomor satu di desa, sifat mereka sangat sombong dan semena-mena terhadap orang miskin , membuat orang-orang desa sangat enggan dan takut jika harus berurusan dengan mereka, termasuk Dewi Ayu, ibu Juan.
Dewi Ayu adalah seorang janda beranak satu, memiliki paras yang sangat cantik membuat Gurnito sangat ingin memilikinya, namun istrinya. Bratawati sangat menentang keinginan suaminya untuk memiliki Dewi Ayu. Akan tetapi Gurnito mengabaikannya dengan terus mengejar Dewi Ayu, hingga suatu hari seorang pria bernama Ranu datang dan menolong Dewi Ayu yang sedang dipaksa menikah dengannya.
Gurnito meliriknya dari atas sampai bawah, tubuhnya yang kurus kerontang serta pakaiannya yang lusuh membuat Gurnito lengah, tak sangka ternyata dibalik penampilannya yang kurus serta lusuh, membuatnya mampu menerbangkan seratus prajurit milik Gurnito. Tubuhnya gemetar ketakutan bahkan celananya basah oleh air seninya.
" Jika kamu mengganggunya, jangan salah kan aku, jika benda di selangkangan mu akan aku potong!"
Tangan Gurnito menutupi selangkangannya seraya mengangguk lalu pergi meninggalkannya beserta Dewi Ayu dan anaknya Juan yang masih kecil.
Tubuh Dewi Ayu membungkuk seraya berucap. " Terima kasih telah menolong kami, bagaimana caranya kami membalas budi. "
" Kamu hanya cukup memberiku tempat pulang serta makanan yang enak. "
Dewi Ayu mengangguk, menyetujui permintaan Ranu, dan mengangkatnya sebagai kakak angkat. Sejak saat itu Gurnito enggan berurusan dengan Dewi Ayu.
Namun berbeda dengan istrinya Bratawati dan anaknya Suma yang sangat membenci mereka sampai ke tulang. Dia bahkan sengaja menyuruh anaknya untuk melecehkan Juan agar membuat Dewi Ayu tersiksa, tentu saja Suma merasa senang dan melakukan dengan senang hati.
Juan yang kerap ditindas dan dilecehkan oleh Suma dan kawan-kawannya, hanya bisa diam di perlakukan seperti itu, Juan takut membuat ibunya kembali bersedih, bahkan secara diam-diam mengobati lukanya sendiri yang dipelajarinya di perpustakaan desa.
Suatu hari matanya tak sengaja menemukan sebuah buku tua yang berada diantara buku-buku, meski awalnya ragu, namun karena rasa penasarannya lebih tinggi membuatnya mengambil dan memasukan buku tersebut kedalam bajunya lalu membawanya pergi kedalam hutan secara diam-diam, namun Juan tak menyadari bahwa Suma dan kawan-kawannya tengah mengikutinya dari belakang.
Juan yang penasaran langsung membuka buku itu, matanya terbeliak mendapati isi buku itu hanyalah sebuah buku kosong, hatinya di luputi rasa kecewa lalu membanting kasar buku itu ke atas tanah.
'Sret' tiba-tiba tangan kanannya teriris oleh suatu benda yang tak kasat mata, tangannya mengeluarkan banyak darah, meringis kesakitan seraya menekan luka dengan tangan kirinya.
Tak lama kemudian Suma dan kawan-kawan nya muncul dari balik semak-semak. "Hahaha lihat apa yang dilakukan bocah sampah ini, "ejeknya. Berjalan kearah Juan dengan sombong bersama teman-temannya, "oh dan lihat, " tangan nya mengambil buku itu dari atas tanah. " Dia bahkan diam-diam mencuri buku dari perpustakaan hanya untuk membaca buku kosong, sekali sampah tetap sampah, " melempar buku itu ke wajah Juan. " hahahaha aku merasa kasihan pada ibunya karena sudah melahirkan seorang anak tak berguna sepertinya. Bahkan ayahnya saja tak mau mengakuinya dan mengusirnya, " teman Suma semua tertawa terbahak-bahak mendengar Guyonannya yang bahkan tak ada kata- kata lucu didalamnya.
Kedua tangan Juan mengepal kuat menahan marah mendengar ejekan Suma yang menurutnya sudah melebihi batas, matanya melotot merah, ingin rasanya memukul tepat pada wajahnya yang sombong itu.
' Bugh, ' tiba-tiba tubuh Suma terpental jauh membuatnya tersungkur, wajahnya mencium tanah dan mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
" Apa yang kau lakukan?! " pekikny, tanganya menyentuh wajahnya yang terasa sakit.
Semua orang yang berada disana termasuk Juan sendiri hanya bisa tertegun, tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
" Ternyata kau hanya berpura-pura selama ini, " tuduhnya, " tunggu dan lihat saja akan ku adukan kau pada ibuku, " ucapnya, bangkit lalu berlari ketakutan meninggalkan Juan seorang diri.
Tak lama setelah Suma dan kawan-kawannya pergi, tiba-tiba sebuah kabut muncul entah dari mana datangnya, secara perlahan mulai menutupi semua area hutan, Juan menjadi waspada.
" Salam hormat dari saya tuan, "tiba tiba terdengar suara pria dewasa memasuki pendengarannya, perlahan tubuhnya berbalik secara perlahan, detik berikutnya tubuhnya tiba-tiba menjadi kaku, seperti boneka kayu. Matanya terbeliak melihat penampakan seekor naga raksasa bertubuh besar yang hampir memenuhi area hutan, seluruh tubuhnya bergetar hebat, keringat membasahi seluruh tubuhnya. Pandangan nya mulai menggelap lalu jatuh pingsan.
Perlahan membuka matanya, tangan nya memegang kepalanya yang terasa sakit, pandanganya mulai menyusuri seluruh area hutan, detik berikutnya matanya terbeliak mengingat sesuatu.
" Kemana Naga itu?, dimana Naga itu? " racaunya seraya memasang kuda-kuda yang masih berantakan.
'tuk' sebuah kipas memukul kepalanya pelan, membalik tubuhnya perlahan, di depannya terdapat sosok pria tampan berbaju serba putih rambutnya hitam panjang lurus terurai kebawah, di dahinya terdapat tali yang memiliki corak awan yang melingkari kepalanya. Tangan kanannya memegang sebuah kipas yang dipakainya untuk memukul kepalanya tadi.
" Si-siapa anda? " tanyanya takut.Pria itu diam tak menjawab matanya menelusuri setia jengkal tubuh Juan dari atas sampai kebawah dengan eksprei wajah yang tak percaya.
"Ckckckck, " pria itu berdecak tak percaya. " Bagaimana bisa seorang bocah tanpa inti spiritual bisa melepaskan segel ku begitu saja? " katanya. Memalingkan wajah.
" Memangnya kenapa kalau aku tak memiliki inti spritual ? lagi pula siapa dirimu? "
Pria kembali diam, berjalan bolak balik seraya memainkan kipas ditangannya.
" heh bocahkecil katakan siapa ayah mu? "
" Aku tak tahu, " jawab nya singkat, kedua tangannya dilipat di dada.
" Dimana rasa hormat mu pada orang tua? begini kah cara kedua orang tua mu mendidikmu? " kesalnya seraya berkacak pinggang.
Juan mendesah
" Maaf saja tapi ibuku hanyalah seorang janda, " timpal Juan tak mau kalah.
Pria itu tercengang kaget, menyadari kesalahannya pria itu mengalihkan pembicaraannya.
" Jika aku benar, sepertinya ayahmu bukan lah orang biasa. "
" Mengapa demikian?, "
" Karna hanya darah dari orang yang memiliki garis keturunan Raja Nemu yang bisa melepaskan segel yang terdapat pada buku itu, "
" Keturunan Raja?, Darah?, Segel?, Aku?, " Tunjuk nya pada diri sendiri, " apa yang ada maksud, aku tak mengerti sama sekali.
Pria itu melemparkan buku kepadanya. Mata nya terbeliak melihat buku itu.
" I-i-ini...bagaimana bisa? "
" Sebenarnya aku lupa bagaimana bisa tersegel dalam buku itu? "
Juan semakin tak mengerti apa yang dibicarakan oleh pria itu.
" Sudah lah sekarang ini bukan itu yang lebih penting," pria itu berkata. " Yang penting sekarang adalah bagaimana bisa kamu membuka segel itu, karena butuh kekuatan yang luar biasa untuk membukanya dan kau membukanya tanpa sadar...bocah siapa dirimu sebenarnya? "
Pria itu terus menatap lekat padanya, membuat Juan merasa risih. " Kenapa? tuan menatapku seperti itu? " Pria itu diam sesaat, " ulurkan tangan mu," pinta pria itu. Juan mengerutkan dahinya seraya bertanya curiga, menyembuyikan tangannya, " untuk apa? " 'ck' pria itu berdecak, " ulurkan saja, kamu tenang saja aku tak akan melukaimu, aku berjanji atas nama ibuku. " " Siapa nama ibu anda? " tanya nya polos. Pria itu menjadi kesal, mendengar pertanyaan dari Juan. " Berikan, atau aku akan menariknya secara paksa. " pria itu berkata. Walau sedikit ragu, akhirnya Juan mengulurkan tangan nya pada pria itu dengan enggan, kesal. Pria itu menarik tangannya secara kasar, jari jemarinya yang lentik, dia letakkan di atas urat nadi tangan Juan. Matanya terpejam, mencoba mencari sesuatu pada tubuh Juan, detik ber
" Anda yakin guru? "tanyanya. " Tentu saja aku sangat yakin lagi pula aku merasa nyaman seperti ini dari pada harus terjebak dalam buku itu,"ungkap Gentala. Juan terdiam sesaat " Tapi bagaimana jika ibuku menanyakan dari mana aku mendapatkan kalung ini? "tanyanya polos, tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal, " lalu apa yang harus aku katakan padanya?" sambungnya. Gentala yang berada didalam dimensi lain mendengus frustasi. "Hadeuhhhh mengapa aku harus memiliki murid bodoh sepertimu? " jedanya, apa ibumu tak pernah mengajari mu cara berbohong?! " bentaknya. Beberapa jam sebelumnya. " Maafkan saya yang tidak sopan ini hingga diri ini lupa untuk memperkenalkan. Nama saya adalah Juan Purwadi dan ibu saya adalah Dewi Ayu, umur saya empat belas tahun, dan saya seorang piatu, " " Bagus, bagus sangat bagus, aku menyuka
Juan menatap penuh benci kearah mereka, kedua tanganya mengepal kuat, kedua matanya melotot. " Mengapa kau begitu jahat pada kami? apa salah kami? bukankah urusan kita sudah selesai, mengapa kamu masih melecehkan kami? jangan kira aku tak berani hanya karena paman Ranu tak ada disini! " " Kau ...tidak sopan, apa ibumu tak mengajari sopan santun! " Pekiknya. Juan terkekeh " Sopan santun? " menatapnya remeh, " siapa disini yang sebenarnya yang tak memiliki sopan santun? Aku atau kau yang sedang melecehkan seorang janda? pantas saja suamimu tak menginginkan dirimu yang memiliki tempramental yang begitu buruk. " Gigi Bratawati bergemertak mendengar penghinaan yang di lontarkan dari mulut Juan, kedua tangan nya mengepal kuat, lupakan tentang Ranu, hari ini dirinya akan menggali kuburan untuk mereka berdua dan mengubur keduanya sekaligus. "Kau dasar bocah b
" Kalian tak apa-apa? "tanya Ranu Dewi Ayu menggelengkan kepalanya kedua tangannya memeluk putranya erat. Ranu kembali berbalik ke arah Bratawati. "Bukan kah aku pernah memperingatkan mu untuk berhenti menindas Dewi Ayu dan putranya! " menatapnya dingin. " Ta-tapi tuan. . ' sret ' sesuatu tak kasat mata menambah luka padda wajah cantik Bratawati. " Jika aku masih melihat kalian masih menindas mereka berdua, ada atau tidak ada aku , akan ku musnahkan semua klan mu, KAU MENGERTI!" Tubuh Bratawati bergetar setelah mendengar ancaman yang keluar dari dalam mulut Ranu, dia pun bergegas pergi men
Esokan harinya Juan pun pergi meninggalkan sang ibu walau dengan berat hati dan enggan untuk meninggalkannya. Namun, sebagai anak yang baik, ia harus mengikuti keinginan dari sang ibu. Sebelum melakukan perjalanan. Dewi Ayu mengatakan kalau ia harus melewati dua kota besar, dan satu makam keramat jika ingin pergi ke Akademi Kancah Nangkub. Berbekal tekad dan beberapa bekal makanan dari sang ibu, Juan pun melakukan perjalanannya bersama guru rahasianya. Gentala. Di sela perjalannya. Juan menggunakan waktunya untuk berlatih ilmu bela diri, dan melakukan bertapa setiap malam untuk meningkatkan daya tubuhnya, Namun, Ia tak menyangka kalau gurunya ternyata sangat kejam dalam mengajarinya cara teknik bela diri. Setiap hari ia harus berlatih sepuluh jam lamanya dengan menggunakan beberapa beban di tubuhnya, dan setelah selesai berlatih ia harus melanjutkannya dengan bertapa
Langkah nya terhenti, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat murid nya. Juan yang tadinya tak sadarkan diri akibat serangan yang di terima oleh rubah itu tiba-tiba terbangun dengan kedua bola mata yang sudah memutih. Gentala bahkan bisa merasakan aura yang kuat dari tubuh muridnya. Di depan matanya, Juan, muridnya mulai menyerang rubah berekor sembilan itu dengan bringas tanpa menggunakan senjata apa pun. Gentala hanya bisa berdiam berdiri seraya menatap muridnya dengan tatapan tak percaya. Lalu tiba-tibanya kepalanya didera rasa sakit yang luar biasa, kemudian muncul beberapa kenangan yang melintas dalam benaknya. Seketika tubuhnya ambruk ke atas tanah, seluruh tubuhnya gemetar, kedua bola matanya mengeluarkan air mata tanpa sebab, merasa bingung dengan apa yang baru saja ia lihat dan di rasakannya. Meski hanya sepintas, namun ia bisa melihat de
Beberapa hari setelah luka Juan dan Rengganis sembuh,mereka bertiga memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk menuju kota yang akan mereka tuju yaitu kota Gedugan. Selama masa penyembuhan, Juan dan Rengganis semakin akrab setiap harinya, namun berbeda dengan Gentala yang semakin tak akur dengan Rengganis. Meski awalnya Juan, merasa takut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, membuat Juan mulai menerima keberadaanya, dan menamainya dengan nama Widura, yang sesuai dengan bulunya yang seindah batu permata. Widura yang senang telah di akui oleh tuannya membuatnya semakin manja dan menempeli kemana pun tuannya pergi, terkadang ia akan melingkarkan tubuhnya pada leher tuannya Rengganis yang melihat rubah itu semakin manja pada Juan, membuatnya merasa kesal, terkadang dirinya selalu berpikir untuk mengubahnya menjadi sup rubah, namun itu hanyalah angan-a
Juan masih membawa gadis itu berlari. Namun langkahnya terhenti oleh dua pria, mereka memakai pakaian pengawal dan mereka adalah salah satu orang yang Juan tendang tadi" Mau kemana kalian?," Ucap salah satu pria.Juan meneguk salivanya, tangannya mencengkram kuat tangan gadis itu. ia berbalik namun mereka sudah memblokir jalan keluar." Tuan muda, sepertinya kamu baru menginjakkan kaki di kota ini,"" . . . "" Akan ku beri saran, kita tak saling kenal jadi aku sarankan untuk tidak ikut campur urusan orang lain . . . lebih baik kamu berikan gadis itu pada ku ,"Tangan gadis itu berbalik mencengkram kuat tangan Juan." Tidak akan!"" Tuan muda kamu tahu sedang berurusan dengan siapa? "" . . . ,"" Aku adalah Bismo ,putra dari seorang gubernur daerah ini "Juan menyunggingkan senyumnya" Lantas kenapa? "" Hahaha , apa kamu berani MELAWAN KU?!!"" . . . "" Ku beri kamu
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat