Pria itu terus menatap lekat padanya, membuat Juan merasa risih.
" Kenapa? tuan menatapku seperti itu? "
Pria itu diam sesaat, " ulurkan tangan mu," pinta pria itu.
Juan mengerutkan dahinya seraya bertanya curiga, menyembuyikan tangannya, " untuk apa? "
'ck' pria itu berdecak, " ulurkan saja, kamu tenang saja aku tak akan melukaimu, aku berjanji atas nama ibuku. "
" Siapa nama ibu anda? " tanya nya polos.
Pria itu menjadi kesal, mendengar pertanyaan dari Juan. " Berikan, atau aku akan menariknya secara paksa. " pria itu berkata.
Walau sedikit ragu, akhirnya Juan mengulurkan tangan nya pada pria itu dengan enggan, kesal. Pria itu menarik tangannya secara kasar, jari jemarinya yang lentik, dia letakkan di atas urat nadi tangan Juan. Matanya terpejam, mencoba mencari sesuatu pada tubuh Juan, detik berikutnya matanya terbuka.
" Kenapa? " tanya Juan penasaran.
" sepertinya kau telah diracuni, " kata pria itu dengan wajah yang serius.
Juan terlonjak kaget, "Benarkah? tapi bagaimana bisa?, Tak mungkin ibuku meracuniku,"
" Bukan kamu melainkan ibumu yang telah diracuni, sepertinya orang itu sengaja memberikan racun itu pada ibumu saat tengah mengandung ibumu, pantas saja kamu tak memiliki inti spiritual, "
Juan tercengang, " ibunda? " gumamnya, kedua tangannya mengepal, sedangkan pria itu terus memainkan dagunya seraya berpikir.
" Bagian yang tak aku mengerti adalah bagaimana bisa racun yang sudah lama hilang ratusan tahun yang lalu bisa muncul kembali pada masa ini,?" ungkapnya. Pria itu beralih memainkan rambutnya seraya berjalan mondar-mandir.
" Apa tuan bisa menyembuhkan ku? "
Pria itu berhenti, menoleh kearah Juan seraya menyunggingkan senyumnya, " ekhemm, " pria itu berdeham. " Entah lah, " jedanya, curi-curi pandang ke arah Juan. " Namun aku memiliki satu metode yang bisa mengeluarkan bahkan membersihkan seluruh racun yang ada dalam tubuhmu, tapi. . ."
" Tapi apa? "
Pria itu melambaikan tangannya seraya memainkan kipas yang berada ditanganya, " sudah lah lupakan saja, "
Juan berlutut seraya memohon, menangkupkan kedua tangan. " saya mohon tuan, tolong sembuhkan saya. "
Pria itu mendesah. " Bocah kecil, aku bukan nya tak mau menyembuhkanmu, hanya saja metode ini sangat menyiksa bahkan bisa membunuhmu, apa kau mau mati? "
" Tentu saja aku tidak mau mati, tapi jika ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa sembuh, saya siap menahan rasa sakitnya
, meskipun rasa sakitnya seperti dihujani ribuan pisau tajam sekalipun saya siap, "
Pria itu tertegun mendengar penuturan Juan yang dipenuhi tekad yang kuat.
" Bagaimana jika tubuhmu tak kuat untuk menahannya? "
" Saya yakin saya bisa melewatinya, " ujarnya, matanya menatap tajam pada pria itu, menandakan bahwa dia bersungguh-sungguh ingin menjalani pengobatan itu.
Pria itu mendesah pasrah. " Baiklah, jika itu mau mu tapi jangan salahkan aku jika kamu mati, "
" Tentu, " kata Juan mantap.
Pria itu menyerah dan menuruti permintaan Juan, mereka duduk sila saling berhadapan.
" kosongkan pikiran mu dan fokuslah pada inti spiritual mu, aku ingatkan lagi padamu, kamu harus menahannya sampai akhir, jika tidak seluruh tubuhmu akan hancur dan mati. "
Juan mengangguk mantap, perlahan menutup matanya, mengosongkan pikirannya seperti yang dikatakan oleh pria itu.
Perlahan tubuhnya mulai merasakan nyeri yang mulai menjalar pada tangannya lalu kepundaknya, beegitu seterusnya hingga ke seluruh tubuhnya, keringat membasahi seluruh tubuhnya. 'tring' seutas benang mas melintas di hadapannya. Benang mas itu perlahan mulai bermunculan hingga membentuk sebuah bola inti spiritual.
' uhuk, ' Juan memuntahkan darah hitam pekat dari dalam mulutnya membuatnya tercengang melihat darah yang begitu hitam pekat yang baru saja keluar dari dalam tubuhnya, kini Juan merasa tubuhnya lebih ringan dari sebelumnya, bahkan menjadi lebih bertenaga.
'Plok plok plok,' pria itu bertepuk tangan dengan senyuman yang tercetak jelas di wajahnya, "Selamat, kamu berhasil melaluinya. Aku tak menyangka kamu bisa melewatinya. Bagus sangat bagus, "
Juan tersenyum bahagia, tubuhnya membungkuk memberi hormat. " Terima kasih atas ucapan dan bantuan dari tuan, saya sungguh berterima kasih, tapi aku belum mengetahui siapa gerangan nama tuan, bolehkah saya mengetahuinya? "
Pria itu tergelak, " Haruskah aku mengenalkan diri? " ucapnya sombong. Bangun seraya memainkan kipasnya, Juan hanya terdiam memperhatikan dan menunggu pria itu berbicara.
" hmm baiklah akan keberitahu namaku, tapi kau tak boleh kaget atau pun pingsan lagi "
Juan mengangguk.
" Aku adalah Gentala Taksaka."
" Bwahahahahaha, "tanpa sadar Juan tertawa dengan keras begitu Pria itu memberi tahu namanya, tangannya mengusap air matanya yang keluar. " Tuan tolong jangan bercanda, Gentala Taksaka!, bukan kah dia makhluk mitologi yang hilang ribuan tahun yang lalu? bagaimana bisa tuan mengakui bahwa tuan adalah dia? tuan bercanda mu sung-guh...anda serius!!!" pekiknya.
Gentala menatap Juan dingin. "Apa aku terlihat bercanda?,"
Mulut Juan ternganga, "Ja-jadi a-anda adalah so-sosok na-naga tadi," ucapnya gugup.
Gentala menganggukan kepala.
" Maafkan atas kelancangan saya Tuan," sesalnya,berlutut didepannya, " hanya saja saya tak percaya, bagaimana bisa anda bisa berada di zaman ini? dari yang saya baca bukan kah anda menghilang bersama tuan anda Nayaka Gantari ratusan tahun yang lalu? lalu dimanakah tuan Nayaka Gantari berada? "
Gentala terdiam, mencoba mengingat wajah tuannya. Namun sayangnya dia lupa bagaimana rupa dan sosok dari tuannya itu. Seakan-akan ingatannya sengaja di hapus oleh seseorang, tapi anehnya merasa akrab dengan sosok Juan, membuatnya berpikir, mungkinkah dia adalah reinkarnasi dari Nayaka Gantari? tak mungkin bocah lemah ini adalah reinkarnasinya, meski lupa dengan rupa dan sosoknya, namun Gentala ingat, tuannya begitu kuat tak bisa di bandingkan dengan siapa pun.
" Sejujurnya aku pun tak tahu bagaimana bisa aku tersegel dalam buku itu? yang aku ingat hanyalah segel itu sudah di buka oleh darahmu, jadi aku tak ingat dimana Nayaka Gantari berada." terangnya.
Juan tertegun sesaat, " darahku? kapan itu terjadi? " katanya bingung.
" Itu terjadi saat bocah gendut itu melukai tangan mu lalu darah mu tak sengaja menetes yang secara otomatis membuka segel itu, " terangnya, " sepertinya pertemuan kita adalah sebuah takdir ... Hey bocah sebagai balasbudi mu padaku, bantulah aku untuk mencari tahu kebenarannya. "
" Tentu saja, "
" Tapi sebelum itu ada beberapa syarat yang harus kau penuhi, "
" Apa itu? "
" Pertama beri tahu aku dulu tentangmu,"
Juan menangkupkan kedua tangannya seraya berlututb di depan Gentala. " Maafkan saya yang tidak sopan ini hingga lupa untuk memperkenalkan diri. Nama saya adalah Juan Purwadi dan ibu saya adalah Dewi Ayu, saya tinggal di desa Rinjing, umur saya 14 tahun dan saya seorang piatu, "
Gentala tersenyum," Bagus, bagus, aku menyukai sikapmu ini, " katanya, memainkan kipas.
" Lalu apa untuk syarat yang kedua? "
Gentala diam, berjalan mondar mandir ,tangan nya memainkan kipas ditangannya, ekspresi wajahnya menggambarkan seakan memikirkan sesuatu, Juan hanya bisa memandanginya seraya menunggu jawaban.
Langkah nya terhenti seraya menatap Juan lekat.
"Syarat yang kedua adalah.....
" Anda yakin guru? "tanyanya. " Tentu saja aku sangat yakin lagi pula aku merasa nyaman seperti ini dari pada harus terjebak dalam buku itu,"ungkap Gentala. Juan terdiam sesaat " Tapi bagaimana jika ibuku menanyakan dari mana aku mendapatkan kalung ini? "tanyanya polos, tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal, " lalu apa yang harus aku katakan padanya?" sambungnya. Gentala yang berada didalam dimensi lain mendengus frustasi. "Hadeuhhhh mengapa aku harus memiliki murid bodoh sepertimu? " jedanya, apa ibumu tak pernah mengajari mu cara berbohong?! " bentaknya. Beberapa jam sebelumnya. " Maafkan saya yang tidak sopan ini hingga diri ini lupa untuk memperkenalkan. Nama saya adalah Juan Purwadi dan ibu saya adalah Dewi Ayu, umur saya empat belas tahun, dan saya seorang piatu, " " Bagus, bagus sangat bagus, aku menyuka
Juan menatap penuh benci kearah mereka, kedua tanganya mengepal kuat, kedua matanya melotot. " Mengapa kau begitu jahat pada kami? apa salah kami? bukankah urusan kita sudah selesai, mengapa kamu masih melecehkan kami? jangan kira aku tak berani hanya karena paman Ranu tak ada disini! " " Kau ...tidak sopan, apa ibumu tak mengajari sopan santun! " Pekiknya. Juan terkekeh " Sopan santun? " menatapnya remeh, " siapa disini yang sebenarnya yang tak memiliki sopan santun? Aku atau kau yang sedang melecehkan seorang janda? pantas saja suamimu tak menginginkan dirimu yang memiliki tempramental yang begitu buruk. " Gigi Bratawati bergemertak mendengar penghinaan yang di lontarkan dari mulut Juan, kedua tangan nya mengepal kuat, lupakan tentang Ranu, hari ini dirinya akan menggali kuburan untuk mereka berdua dan mengubur keduanya sekaligus. "Kau dasar bocah b
" Kalian tak apa-apa? "tanya Ranu Dewi Ayu menggelengkan kepalanya kedua tangannya memeluk putranya erat. Ranu kembali berbalik ke arah Bratawati. "Bukan kah aku pernah memperingatkan mu untuk berhenti menindas Dewi Ayu dan putranya! " menatapnya dingin. " Ta-tapi tuan. . ' sret ' sesuatu tak kasat mata menambah luka padda wajah cantik Bratawati. " Jika aku masih melihat kalian masih menindas mereka berdua, ada atau tidak ada aku , akan ku musnahkan semua klan mu, KAU MENGERTI!" Tubuh Bratawati bergetar setelah mendengar ancaman yang keluar dari dalam mulut Ranu, dia pun bergegas pergi men
Esokan harinya Juan pun pergi meninggalkan sang ibu walau dengan berat hati dan enggan untuk meninggalkannya. Namun, sebagai anak yang baik, ia harus mengikuti keinginan dari sang ibu. Sebelum melakukan perjalanan. Dewi Ayu mengatakan kalau ia harus melewati dua kota besar, dan satu makam keramat jika ingin pergi ke Akademi Kancah Nangkub. Berbekal tekad dan beberapa bekal makanan dari sang ibu, Juan pun melakukan perjalanannya bersama guru rahasianya. Gentala. Di sela perjalannya. Juan menggunakan waktunya untuk berlatih ilmu bela diri, dan melakukan bertapa setiap malam untuk meningkatkan daya tubuhnya, Namun, Ia tak menyangka kalau gurunya ternyata sangat kejam dalam mengajarinya cara teknik bela diri. Setiap hari ia harus berlatih sepuluh jam lamanya dengan menggunakan beberapa beban di tubuhnya, dan setelah selesai berlatih ia harus melanjutkannya dengan bertapa
Langkah nya terhenti, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat murid nya. Juan yang tadinya tak sadarkan diri akibat serangan yang di terima oleh rubah itu tiba-tiba terbangun dengan kedua bola mata yang sudah memutih. Gentala bahkan bisa merasakan aura yang kuat dari tubuh muridnya. Di depan matanya, Juan, muridnya mulai menyerang rubah berekor sembilan itu dengan bringas tanpa menggunakan senjata apa pun. Gentala hanya bisa berdiam berdiri seraya menatap muridnya dengan tatapan tak percaya. Lalu tiba-tibanya kepalanya didera rasa sakit yang luar biasa, kemudian muncul beberapa kenangan yang melintas dalam benaknya. Seketika tubuhnya ambruk ke atas tanah, seluruh tubuhnya gemetar, kedua bola matanya mengeluarkan air mata tanpa sebab, merasa bingung dengan apa yang baru saja ia lihat dan di rasakannya. Meski hanya sepintas, namun ia bisa melihat de
Beberapa hari setelah luka Juan dan Rengganis sembuh,mereka bertiga memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk menuju kota yang akan mereka tuju yaitu kota Gedugan. Selama masa penyembuhan, Juan dan Rengganis semakin akrab setiap harinya, namun berbeda dengan Gentala yang semakin tak akur dengan Rengganis. Meski awalnya Juan, merasa takut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, membuat Juan mulai menerima keberadaanya, dan menamainya dengan nama Widura, yang sesuai dengan bulunya yang seindah batu permata. Widura yang senang telah di akui oleh tuannya membuatnya semakin manja dan menempeli kemana pun tuannya pergi, terkadang ia akan melingkarkan tubuhnya pada leher tuannya Rengganis yang melihat rubah itu semakin manja pada Juan, membuatnya merasa kesal, terkadang dirinya selalu berpikir untuk mengubahnya menjadi sup rubah, namun itu hanyalah angan-a
Juan masih membawa gadis itu berlari. Namun langkahnya terhenti oleh dua pria, mereka memakai pakaian pengawal dan mereka adalah salah satu orang yang Juan tendang tadi" Mau kemana kalian?," Ucap salah satu pria.Juan meneguk salivanya, tangannya mencengkram kuat tangan gadis itu. ia berbalik namun mereka sudah memblokir jalan keluar." Tuan muda, sepertinya kamu baru menginjakkan kaki di kota ini,"" . . . "" Akan ku beri saran, kita tak saling kenal jadi aku sarankan untuk tidak ikut campur urusan orang lain . . . lebih baik kamu berikan gadis itu pada ku ,"Tangan gadis itu berbalik mencengkram kuat tangan Juan." Tidak akan!"" Tuan muda kamu tahu sedang berurusan dengan siapa? "" . . . ,"" Aku adalah Bismo ,putra dari seorang gubernur daerah ini "Juan menyunggingkan senyumnya" Lantas kenapa? "" Hahaha , apa kamu berani MELAWAN KU?!!"" . . . "" Ku beri kamu
' Hoek ' Juan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Monster itu terus menyerangnya dengan membabi buta, bahkan Juan tak memiliki kesempatan untuk membalas serangannya.Setiap kali tubuhnya terpental jauh dari arena membuat penonton heboh dan ricuh. Semua orang bahagia melihatnya yang sudah babak belur." Bunuh ! Bunuh ! Bunuh ! "" Suasana semakin memanas saudara-saudara, apakah bocah itu bisa selamat dari sini? Atau arena ini akan menjadi kuburannya sendiri. Kita tidak tahu, takdir apa yang menunggunya di depan? Jadi jangan beranjak dari kursi anda ," seru pembawa Acara.Juan mengabaikan sorak sorai penonton, ia harus cepat berfikir bagaimana caranya melawan kecepatan dan kekuatan monster itu. Jika dia kalah maka Widura dan Gurunya akan jatuh ke tangan Bismo, dan ia tak menginginkan hal itu terjadi. Maka semua usaha yang ia lakukan akan terbuang percuma padahal ia hanya ingin bisa
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat