" Anda yakin guru? "tanyanya.
" Tentu saja aku sangat yakin lagi pula aku merasa nyaman seperti ini dari pada harus terjebak dalam buku itu,"ungkap Gentala.
Juan terdiam sesaat " Tapi bagaimana jika ibuku menanyakan dari mana aku mendapatkan kalung ini? "tanyanya polos, tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal, " lalu apa yang harus aku katakan padanya? " sambungnya.
Gentala yang berada didalam dimensi lain mendengus frustasi. "Hadeuhhhh mengapa aku harus memiliki murid bodoh sepertimu? " jedanya, apa ibumu tak pernah mengajari mu cara berbohong?! " bentaknya.
Beberapa jam sebelumnya.
" Maafkan saya yang tidak sopan ini hingga diri ini lupa untuk memperkenalkan. Nama saya adalah Juan Purwadi dan ibu saya adalah Dewi Ayu, umur saya empat belas tahun, dan saya seorang piatu, "
" Bagus, bagus sangat bagus, aku menyukai sikapmu ini. "
" Lalu apa syarat yang kedua? "
Gentala bangun, tangan kanannya memaikan kipas, berjalan mondar mandir seraya berpikir sejenak." Syarat yang kedua adalah bersujud lah tiga kali dihadapan ku dan panggil aku Guru, "
Tanpa pikir panjang Juan langsung bersujud tiga kali dihadapannya, " murid ini memberi hormat pada guru," ucapnya dengan suara lantang.
Gentala terkekeh merasa bahagia sekaligus takjub melihat sikapnya yang tegas, sigap, namun apa adanya.
" Bagus, sangat bagus aku sangat menyukai sikap mu bocah, " pujinya, " selanjutnya aku perlu menyembunyikan jati diriku " katanya, kembali berjalan mondar mandir.
" Mengapa Guru harus menyembunyikan diri? "
Langkanya terhenti, lalu menatapnya kesal, " sepertinya hal pertama yang harus aku ajari padamu adalah cara menghilangkan kebodohanmu. " berjalan menghampiri Juan, " apa kau tak memperhatikan wajah Gurumu ini? "ucapnya seraya mendekatkan wajahnya pada Juan.
Juan pun memperhatikan wajah gurunya, tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, " memangnya ada apa dengan wajah guru? "
Gentala berdecak kesal, " coba kamu perhatikan dengan benar. " Juan kembali mendekatkan wajahnya, " kamu lihat, pahatan wajah yang sempurna yang dibuatkan Dewa untuk ku ini, bagaimana bisa aku keluar dengan wajah yang sesempurna ini? aku tak ingin menjadi rebutan para gadis dan membuat semua pria iri denganku,"
Juan mengangguk kan kepala. menyadari bahwa memang gurunya memiliki paras yang tampan di atas rata-rata, " ah guru benar, dengan wajah seperti ini pasti akan menjadi keributan, lantas apa yang harus kita lakukan? "
Gentala menjauhkan tubuhnya seraya kembali berpikir dan memainkan kipasnya. " Apa kau menyukai perhiasan? "
Juan memegang dagunya berpikir. " Aku tak terlalu menyukainya tapi aku juga tidak membencinya juga, kenapa guru tiba-tiba menanyakan hal ini? "
" Artinya kamu tak keberatan, " katanya, Juan mengerutkan dahi, tak mengerti. " Tutup matamu sekarang, " pinta Gentala.
Meski tak mengerti apa yang gurunya inginkan, Juan pun menutup kedua matanya mengikuti permintaan gurunya.
" Buka mata mu sekarang! " pintanya lagi.
Juan perlahan membuka matanya dan tak mendapati siapapun dihadapannya, membuatnya bingung sekaligus panik.
" Guru! guru dimana? "serunya. Berjalan mengitari sekitar hutan ,namun tak menemukan sosok Gurunya, kembali memanggil Gurunya. "Guru!! kamu dimana? " Teriaknya
" Berhenti lah berteriak, apa kamu ingin membuat telinga Gurumu ini sakit,"
Juan tertegun mendengar suara Gurunya namun tak menemukan sosoknya,
" Apa kamu ingin telinga Gurumu ini menjadi tuli ?!
Juan kembali mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan sosoknya, namun sia-sia.
" Berhenti mencari seperti orang bodoh, dasar murid bodoh, "celanya. " Guru mu ini berada di lehermu, dasar murid bodoh".
Setelah mendengar ucapan dari Gurunya, Juan pun melihat kebawah, matanya terbeliak mendapati sebuah kalung giok berwarna abu-abu menggantung dilehernya. " O,bagaimana guru bisa berada disini? " tanyanya penasaran, sorot matanya bersinar, tangannya terus memainkkan kalung itu, menatapnya takjub.
" Guru bagaimana kamu melakukannya? apa aku juga bisa melakukannya? tolong ajari aku. "
" Berhentilah mengoceh, suara mu membuat telinga Gurumu semakin sakit "
Juan menghela nafas " baiklah, tapi Guru, apa anda yakin? "tanyanya
" Tentu saja aku sangat yakin lagi pula aku merasa nyaman seperti ini dari pada harus terjebak dalam buku itu,"
" Tapi bagaimana jika ibuku menanyakan dari mana aku mendapatkan kalung ini? " tanyanya polos, tangannya menggaruk kepalanya yang tak gatal, " lalu apa yang harus aku katakan padanya? " sambungnya.
Gentala yang berada dalam kalung menghela nafas frustasi. "Hadeuhhhh mengapa aku harus memiliki murid bodoh sepertimu? apa ibumu tak pernah mengajarimu cara untuk berbohong?! "
" Tentu saja tidak, ibunda adalah orang yang sangat baik, tak mungkin baginya untuk mengajari anaknya untuk berbohong, bahkan ibunda bilang kalau berbohong itu adalah sebuah dosa yang tak akan di maafkan oleh Dewa. " Timpalnya
Gentala terdiam sesaat. " Sudahlah lupakan saja tak ada gunanya aku berdebat dengan murid bodoh sepertimu. "
"Maaf kan mu-ridmu...."
"Aaaaahhhhhh" terdengar suara jeritan dari seorang wanita. Juan tercengang menyadari bahwa itu adalah suara milik ibunya, Dewi Ayu. Jantungnya berdegup kencang, hatinya menjadi resah dan gelisah, matanya terbeliak, mengingat bahwa paman nya Ranu tengah melakukan perjalan bisnis, Juan pun bergegas pergi menghampiri ibunya, takut terjadi sesuatu yang tak di inginkannya.
Juan tertegun sesaat, ketika merasakan bahwa tubuhnya lebih ringan dan menjadi lebih bertenaga dari sebelumnya, bahkan dia bisa sampai kekediamannya hanya dalam hitungan detik saja.
Sesampainya disana, mata Juan terbeliak melihat tubuh sang ibu yang sudah terbaring di atas tanah, rambutnya kusut, pakaian yang dikenakan nya kotor, serta ada luka di siku tangannya, berlari menghampiri Dewi Ayu. " Ibunda! " teriaknya.
" Juan? "
" Ibunda, tanganmu berdarah."
Dewi Ayu melirik sikunya yang mengeluarkan banyak darah.
" Apa yang kamu lakukan pada ibuku?! " teriaknya, kedua tangannya mengepal kuat, kedua matanya melotot seraya menatap tajam ke arah Bratawati beserta ke empat pengawalnya yang berada di balik punggungnya. "
Bratawati mendengus. " Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan pada anak ku yang manis? kamu tahu? sekarang tubuhnya terbaling lemas. Aku sebagai ibunya tentu datang untuk membalas dendam kepadamu ? "
" Dasar tak tahu malu. "
Dewi Ayu memeluk tubuhnya seraya berusaha menenangkannya." Juan, tolong berhentilah. " pinta Dewi Ayu, " kamu lihat, tangan ibunda hanya sedikit tergores, jadi ibunda mohon tolong berhentilah. "
" APA KAMU BILANG?! "
" AKU BILANG, DASAR TAK TAHU MALU. "
" KAU,BERANINYA KAU !! "
Juan menatap penuh benci kearah mereka, kedua tanganya mengepal kuat, kedua matanya melotot. " Mengapa kau begitu jahat pada kami? apa salah kami? bukankah urusan kita sudah selesai, mengapa kamu masih melecehkan kami? jangan kira aku tak berani hanya karena paman Ranu tak ada disini! " " Kau ...tidak sopan, apa ibumu tak mengajari sopan santun! " Pekiknya. Juan terkekeh " Sopan santun? " menatapnya remeh, " siapa disini yang sebenarnya yang tak memiliki sopan santun? Aku atau kau yang sedang melecehkan seorang janda? pantas saja suamimu tak menginginkan dirimu yang memiliki tempramental yang begitu buruk. " Gigi Bratawati bergemertak mendengar penghinaan yang di lontarkan dari mulut Juan, kedua tangan nya mengepal kuat, lupakan tentang Ranu, hari ini dirinya akan menggali kuburan untuk mereka berdua dan mengubur keduanya sekaligus. "Kau dasar bocah b
" Kalian tak apa-apa? "tanya Ranu Dewi Ayu menggelengkan kepalanya kedua tangannya memeluk putranya erat. Ranu kembali berbalik ke arah Bratawati. "Bukan kah aku pernah memperingatkan mu untuk berhenti menindas Dewi Ayu dan putranya! " menatapnya dingin. " Ta-tapi tuan. . ' sret ' sesuatu tak kasat mata menambah luka padda wajah cantik Bratawati. " Jika aku masih melihat kalian masih menindas mereka berdua, ada atau tidak ada aku , akan ku musnahkan semua klan mu, KAU MENGERTI!" Tubuh Bratawati bergetar setelah mendengar ancaman yang keluar dari dalam mulut Ranu, dia pun bergegas pergi men
Esokan harinya Juan pun pergi meninggalkan sang ibu walau dengan berat hati dan enggan untuk meninggalkannya. Namun, sebagai anak yang baik, ia harus mengikuti keinginan dari sang ibu. Sebelum melakukan perjalanan. Dewi Ayu mengatakan kalau ia harus melewati dua kota besar, dan satu makam keramat jika ingin pergi ke Akademi Kancah Nangkub. Berbekal tekad dan beberapa bekal makanan dari sang ibu, Juan pun melakukan perjalanannya bersama guru rahasianya. Gentala. Di sela perjalannya. Juan menggunakan waktunya untuk berlatih ilmu bela diri, dan melakukan bertapa setiap malam untuk meningkatkan daya tubuhnya, Namun, Ia tak menyangka kalau gurunya ternyata sangat kejam dalam mengajarinya cara teknik bela diri. Setiap hari ia harus berlatih sepuluh jam lamanya dengan menggunakan beberapa beban di tubuhnya, dan setelah selesai berlatih ia harus melanjutkannya dengan bertapa
Langkah nya terhenti, kedua bola matanya terbeliak ketika melihat murid nya. Juan yang tadinya tak sadarkan diri akibat serangan yang di terima oleh rubah itu tiba-tiba terbangun dengan kedua bola mata yang sudah memutih. Gentala bahkan bisa merasakan aura yang kuat dari tubuh muridnya. Di depan matanya, Juan, muridnya mulai menyerang rubah berekor sembilan itu dengan bringas tanpa menggunakan senjata apa pun. Gentala hanya bisa berdiam berdiri seraya menatap muridnya dengan tatapan tak percaya. Lalu tiba-tibanya kepalanya didera rasa sakit yang luar biasa, kemudian muncul beberapa kenangan yang melintas dalam benaknya. Seketika tubuhnya ambruk ke atas tanah, seluruh tubuhnya gemetar, kedua bola matanya mengeluarkan air mata tanpa sebab, merasa bingung dengan apa yang baru saja ia lihat dan di rasakannya. Meski hanya sepintas, namun ia bisa melihat de
Beberapa hari setelah luka Juan dan Rengganis sembuh,mereka bertiga memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk menuju kota yang akan mereka tuju yaitu kota Gedugan. Selama masa penyembuhan, Juan dan Rengganis semakin akrab setiap harinya, namun berbeda dengan Gentala yang semakin tak akur dengan Rengganis. Meski awalnya Juan, merasa takut. Namun seiring dengan berjalannya waktu, membuat Juan mulai menerima keberadaanya, dan menamainya dengan nama Widura, yang sesuai dengan bulunya yang seindah batu permata. Widura yang senang telah di akui oleh tuannya membuatnya semakin manja dan menempeli kemana pun tuannya pergi, terkadang ia akan melingkarkan tubuhnya pada leher tuannya Rengganis yang melihat rubah itu semakin manja pada Juan, membuatnya merasa kesal, terkadang dirinya selalu berpikir untuk mengubahnya menjadi sup rubah, namun itu hanyalah angan-a
Juan masih membawa gadis itu berlari. Namun langkahnya terhenti oleh dua pria, mereka memakai pakaian pengawal dan mereka adalah salah satu orang yang Juan tendang tadi" Mau kemana kalian?," Ucap salah satu pria.Juan meneguk salivanya, tangannya mencengkram kuat tangan gadis itu. ia berbalik namun mereka sudah memblokir jalan keluar." Tuan muda, sepertinya kamu baru menginjakkan kaki di kota ini,"" . . . "" Akan ku beri saran, kita tak saling kenal jadi aku sarankan untuk tidak ikut campur urusan orang lain . . . lebih baik kamu berikan gadis itu pada ku ,"Tangan gadis itu berbalik mencengkram kuat tangan Juan." Tidak akan!"" Tuan muda kamu tahu sedang berurusan dengan siapa? "" . . . ,"" Aku adalah Bismo ,putra dari seorang gubernur daerah ini "Juan menyunggingkan senyumnya" Lantas kenapa? "" Hahaha , apa kamu berani MELAWAN KU?!!"" . . . "" Ku beri kamu
' Hoek ' Juan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Monster itu terus menyerangnya dengan membabi buta, bahkan Juan tak memiliki kesempatan untuk membalas serangannya.Setiap kali tubuhnya terpental jauh dari arena membuat penonton heboh dan ricuh. Semua orang bahagia melihatnya yang sudah babak belur." Bunuh ! Bunuh ! Bunuh ! "" Suasana semakin memanas saudara-saudara, apakah bocah itu bisa selamat dari sini? Atau arena ini akan menjadi kuburannya sendiri. Kita tidak tahu, takdir apa yang menunggunya di depan? Jadi jangan beranjak dari kursi anda ," seru pembawa Acara.Juan mengabaikan sorak sorai penonton, ia harus cepat berfikir bagaimana caranya melawan kecepatan dan kekuatan monster itu. Jika dia kalah maka Widura dan Gurunya akan jatuh ke tangan Bismo, dan ia tak menginginkan hal itu terjadi. Maka semua usaha yang ia lakukan akan terbuang percuma padahal ia hanya ingin bisa
Sudah seluruh kota Rengganis telusuri namun ia masih belum bisa menemukan keberadaan Juan dan gurunya. Ia berdecak kesal karena sudah seharian mencari namun tak mendapatkan hasil. Secara kebetulan ia berhenti di depan sebuah restoran." Pelayan ! " Seru Rengganis.Seorang pria bertubuh kecil menghampirinya." Iya, mau pesan apa Nona?,"" Aku pesan semua makanan yang terbaik yang ada di restoran ini ,"Senyum Pria itu sumringah mendapat pesanan dengan jumlah yang banyak apalagi dari seorang gadis yang cantik. Pria itu bergegas ke dapur mengambil pesanan Rengganis.Rengganis hanya terdiam sembari menunggu pesanan nya, namun, tiba-tiba pria yang berada tak jauh dari mejanya sedang menyebarkan sebuah gosip, meski tak tertarik dengan gosip, namun ia terpaksa mendengarkan nya karena jaraknya yang dekat serta
Tidak terasa, akhirnya aku bisa namatin ini buku, padahal sebelumnya aku bingung mau menamatkan buku ini bagaimana? Terlebih lagi karena kesehatan aku yang kemarin-kemarin sempat drop yang mengharuskan istirahat full. Buat kalian yang sudah setia baca cerita ini dari awal hingga akhir, terima kasih karena sudah mau mampir ke cerita aku yang notabenya masih acak-acakan baik itu dari segi penulisan, alur cerita dan masih banyak lagi kekurangannya, sungguh aku sangat, sangat berterima kasih pada kalian. Di lain cerita, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat di buku ini. Semoga kalian bisa sabar menunggu cerita baru ku. see you next time ^3^ <3 <3 Love you.
Perburuan malam itu membuat setidaknya beban yang berada di pundak Juan terangkat sedikit. Ia menatap sebuah batu giok yang merupakan milik dari Gentala, tangannya menggenggam batu itu lalu membawanya ke dadanya, berharap gurunya yang sudah di alam sana bisa merasakan kerinduannya.Juan tak pernah menyangka bahwa dirinya yang dulunya selalu di hina dan di kucilkan kini berbalik menjadi sosok yang disegani dan di hormati bahkan di takuti oleh banyak kalangan karena kekuatannya yang sudah melegenda.Dirinya tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Gentala akan merubah nasib sepenuhnya, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa dirinya akan menjadi seorang Raja.Keesokkan paginya, Juan pun meminta kepada semua mahapatih untuk berkumpul di aula rapat. Sebab ada hal yang ingin dia katakan.Tentunya setelah mendengar titah tersebut para Mahapatih pun berbondong-bondong menuju aula untuk menghadiri rapat.Setibanya di sana, semua mahapatih ya
Di temani oleh Dewi Ayu dan juga Sekar, kini adalah kali pertama Juan mengunjungi pemakaman gurunya, meski masih terasa berat, namun kini dia sudah baik-baik saja, ia pun meletakkan beberapa dupa serta satu kendi berisi air keras. Menangkupkan kedua tangannya lalu mulai berdo'aSetelah selesai mengirim do'a dan mengutarakan perasaannya, Juan berserta ibunya, memilih untuk kembali ke istana, namun di tengah perjalanan dirinya bertemu dengan Rengganis yang baru pulang dari ekspedisinya.Wanita itu memberi salam, lalu berjalan bersama-sama serta berbagi cerita tentang ekspedisinya membantu Sang ayah memusnahkan para bandit yang selalu meresahkan para warga.Meski tak selalu bisa berada di sisi Juan terus menerus, namun Rengganis sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menemui Juan tentunya ia selalu pulang tanpa tangan kosong.Kendati begitu, Rengganis tak pernah tahu tentang perasaan Juan terhadapnya, apakah dia menganggapnya sebagai teman saja? Atau pria i
Perkataan Rengganis membuat Juan tersadar, apa yang dilakukannya selama ini tak akan membuat gurunya kembali ke sisi nya.Ia pun menarik Rengganis ke dalam dekapannya, membuat wanita itu terlonjak kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Juan." Maaf. " Kata itu terlontar begitu saja dari mulut Juan, tangannya semakin erat mendekap tubuh wanita itu.Tangan Rengganis yang berniat membalas pelukan itu tiba-tiba berhenti ketika ibu Juan, Dewi Ayu datang bersama Sekar." Ekhem! Maaf ibunda mengganggu kalian. "Rengganis yang terkejut pun langsung bangkit dari posisi ambigunya, ia berdiri seraya merapihkan diri. " Sama sekali tidak bibi. " ujarnya.Seketika suasana di dalam sana berubah menjadi canggung. Semua orang yang berada di dalam sana terdiam, menambah suasana semakin canggung." A-ah kebetulan, Ibunda baru saja memasak wajik kesukaan mu. Apa kamu ingin memakannya putraku? " kata Dewi Ayu memecah kecanggungan di antara mereka.
Beberapa bulan setelah peperangan itu, kerajaan Nemu pun mulai menemukan kembali cahayanya.Namun selama itu kursi tahta itu masih kosong, Sebab Juan menolak untuk mengisinya. Karena mereka tak mungkin memaksa Jaraka yang mentalnya masih hancur. Tapi hanya tinggal Juan saja yang memiliki darah dari Raden Brama Wijaya.Meski sudah di bujuk oleh teman-temannya. Bahkan oleh ibunya sendiri, Juan tetap berkata tidak.Hingga suatu ketika, Gentala memintanya sembari berkata bahwa dirinya ingin melihatnya menjadi seorang raja di sisa akhir hidupnya.Karena gurunya sudah berkata seperti itu, Juan pun mau tak mau harus mengisi kursi itu, dengan syarat bahwa gurunya tak boleh jauh dari dirinya.Gentala pun memutar bola matanya malas.Sungguh merepotkan!" Terserah pada mu saja. Sekalian saja kamu pasangkan tali kekang di leher ku, dan jadikan aku binatang piaraan mu! Kau pikir aku ini Widura! Yang selalu mengikuti mu kemana pun
Setelah berhasil memenangkan peperangan tersebut, Juan maupun Gentala dan Juga Nura sama sama kehabisan tenaga. Ketiganya langsung tak sadarkan diri. Beruntung posisi mereka tak jauh dari Rengganis dan lainnya.Mereka pun berbondong-bondong menghampiri ketiganya.Meski Rengganis dan Ling ling sempat berebut siapa yang akan membawa tubuh Juan? Tapi pada akhirnya Yodha Wisesa lah yang membawanya selaku kakeknya.Sesampainya di camp militer, Ayu Dewi pun langsung memburu tubuh putranya dan langsung memberinya pertolongan pertama.Walau terbilang sangat terlambat, namun ayah Rengganis sebisa mungkin membantu, karena sebelumnya ia terkurung di rumahnya sendiri dan tak bisa melepaskan diri.Alhasil, ia tak membantu sama sekali saat perang berlangsung. Demi menebus dosanya, ia bekerja dua kali lipat di banding yang lain, seperti menyediakan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya.Saat tahu Ranu adalah Nura yang merupakan seorang
Setelah berkali-kali bertukar kekuatan dengan Agri Brata, lambat laun Juan pun mulai merasa bahwa seluruh tubuhnya sudah tak bisa menahan rasa sakit lagi. bahkan ia merasa bahwa seluruh tulang di badannya seperti sedang diremukkan secara perlahan, sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit yang amat luar biasa.Akan tetapi, dia tak bisa menyerah begitu saja dan melewatkan kesempatan langka, sebab ia menyadari bahwa Agri Brata yang merupakan makhluk setengah abadi itu mulai kehilangan kekuatannya. Membuat Juan tak bisa mundur.Tapi sayangnya kedua kakinya sudah tak bisa di gerakkan lagi, bahkan untuk menopang tubuhnya saja sudah sangat sulit, apalagi mengeluarkan kekuatan untuk menyerang." Ayo gerakkan tubuhmu, hanya perlu satu serangan lagi untuk menunju kemenangan. " gumam Juan pada diri sendiri yang tengah berusaha bangkit seraya mengumpulkan tenga.Akan tetapi, seberapa keras ia memaksa tubuhnya untuk berge
Entah siapa yang harus ia salahkan? Apakah ramalan itu? Ataukah karena hasutan istrinya? Maheswara termangu. Hingga sebuah hantaman besar menyadarkannya dari lamunannya.Bledum!! Tubuhnya menghantam sebuah tembok hingga hancur menjadi kepingan yang kecil, dari mulutnya ia memuntahkan banyak kental.Ia terkekeh menerima hantaman tersebut, berkat hantaman itu ia pun menyadari bahwa semua itu karena ambisinya yang terlalu tinggi yang kemudian membutakannya, dirinya bahkan rela mengirimkan ke tujuh saudaranya ke nirwana.Bahkan, ibunya pun ikut menyusul, tak lama setelah ia mengatakan bahwa dia akan menjadi raja.Mungkin ibunya sengaja pergi, agar dirinya tak melihat kehancuran kerajaan di tangan putra sulungnya.Setelah berhasil menduduki tahta, ia mengusir semua selir ayahnya, mengembalikan mereka ke tempat asal mereka. Dan menyisakan mayat ibunya yang sengaja ia awetkan. Supaya dia bisa mendengar dan merasakan bagaimana ia memakmurkan ke
Sejak kepergian Wuyang dan juga Burdana, membuat suasana istana menjadi tak terkendali, banyak pertumpahan terjadi di mana-mana, di mana ketiga putra mendiang raja saling membunuh antar sama lain. Karena mereka percaya bahwa salah satu diantara mereka merupakan penyebab semua ini.Selang beberapa hari , kekuatan Jayara dan Mandana menghilang secara bersamaan. Kecuali Jaraka.Mengetahui hal tersebut, kedua saudara itu bekerja sama untuk membunuh Jaraka, sehingga melupakan bahwa diantara mereka masih ada Maheswara.Di sisi lain Maheswara terduduk manis di dalam kediamannya, menyesap teh panas yang telah di sajikan oleh sang istri seraya menatap permukaan danau yang begitu damai nan tenang.Sejak pembantaian keluarga Burdana yang ia lakukan secara diam-diam, serta mengusir keluarga Wuyang, yang kemudian ia bantai di tengah-tengah perjalanan, meski awalnya sulit.Namun karena ia menyuntikkan racun bunga hitam pada adiknya itu, membuat