Akhirnya, di saat yang hampir bersamaan, Jojo dan Rangga sama-sama berteriak karena mereka sudah menemukan puncak kenikmatan mereka berdua.Setelah itu, keduanya langsung tertidur dengan keadaan saling berpelukanSaat tengah malam, Rangga terbangun karena panggilan alam. Dia pergi ke kamar mandi. Setelah kembali ke kamar tidurnya, Rangga mengambil handphone rahasianya, kemudian dia memakai bajunya dan keluar di kamar tidur.Dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi setelah aksi pemukulannya kepada Rahul, karena itu, Rangga mulai mengaktifkan handphonenya.Rangga berpikir, ada panggilan-panggilan telepon dari pihaknya Rahul atau bahkan mungkin dari kepolisian yang akan memeriksa dia atas kasus pemukulannya kepada Rahul.Karena itu, dengan sedikit takut bercampur dengan rasa penasaran, dia mengaktifkan kembali handphone rahasianya.Saat handphone rahasianya diaktifkan, Rangga melihat ada beberapa panggilan dan juga ada beberapa chat WA yang masuk ke nomor WA-nya.Ada panggilan dari n
Jojo dengan tatapan penuh harap memandang Rangga, "Rangga, apakah bisa kau kembali padaku setelah selesai urusan di rumah Rahul? Aku selalu mencintaimu dan tidak ingin berpisah lagi denganmu. Lagian, anak kita selalu merindukanmu, sayang."Rangga merenung sejenak, ekspresinya penuh pertimbangan. "Jojo, kamu tahu perasaanku tentangmu, tapi aku juga ingin memastikan segala hal teratur di rumah Rahul. Aku harus memastikan kalau tidak ada yang tahu kalau akulah yang memukulinya."Jojo mengangguk lembut, "Aku mengerti, Rangga. Tapi harap ingat, cintaku padamu tak pernah pudar. Selama ini, bahkan saat kamu jauh, hatiku tetap bersamamu."Rangga tersenyum, tersentuh oleh perasaan Jojo. "Terima kasih, Jojo. Aku juga merasakan hal yang sama. Tapi aku perlu melakukan ini. Aku titip anak kita di tanganmu."Jojo menjawab cepat, "Tentu, Rangga. Aku akan selalu menjaga anak kita. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa cintaku padamu tetap abadi."Rangga mengulurkan tangan dan memegang tangan Jojo dengan le
Rangga masih kesal karena cerita Tiara tadi kalau Tiara sempat sangat dekat dengan Jojo.Karena itu, begitu masuk ke kamarnya Tiara, dan Tiara mengunci pintu kamar, Rangga langsung mengangkat tubuh Tiara dan menbantingnya ke atas ranjang.Owh...Tiara sangat kaget dengan apa yang dilakukan Rangga itu. Tapi sesaat kemudian, dia berkata, "aku suka ini. Mantan pacarku juga suka bikin kek gini."Tiara menatap Rangga dengan tatapan menantang."Kamu suka, hah! Maka akan aku lakukan padamu!" Terbawa perasaan kesal pada Jojo yang sempat dekat dengan Tiara, membuat Rangga yang biasanya selalu bersikap lembut kepada setiap wanita itu, kini meradang.Dengan kasarnya karena terbawa marah, Rangga menarik baju yang dikenakan Tiara, sehingga suara robekan kain mulai terdengarBRETTTTTBRETTTTT"Awhhhh. Aku suka ini." Tiara nyengir dengan tatapan menantang.Rangga membuka baju yang dia pakai kemudian dia langsung naik di atas tempat tidur dan menciumi Tiara dengan kasar"Pukul pantatku! Pukul pantatk
Tiara semakin menikmati akan apa yang terjadi ini. Apalagi ketika rasa nikmat mulai dia rasakan. Tiara terus menikmati akan semua yang dilakukan Rangga ini.Rangga terus bergerak semakin cepat untuk memborbardir tubuh indah Tiara ini dengan gerakan cepat.Dia tidak peduli kalau Tiara jadi sakit karena gerakan-gerakan yang dia lakukan ini.Tapi, rasa sakit itu sudah lewat. Sekarang ini, yang dirasakan Tiara hanya rasa nikmat yang terus menjalari tubuhnya hingga membuat dia keenakan. "Ahhhh ...faster. FASTERRRRR."Melihat kalau Tiara mulai keenakan, maka, Rangga putuskan untuk tidak lagi bergerak cepat. Tapi, dia masih terus bergerak, memasuk keluarkan pusakanya, hanya saja, gerakannya sudah tidak secepat sebelumnya.Tiara terus menikmati gerakan-gerakan Rangga ini. Walaupun Rangga tidak mengikuti permintaannya untuk bergerak lebih cepat, tapi, dia masih merasa keenakan akan apa yang dilakukan Rangga kepadanya ini."Ternyata gaya kek gini memang enak, Rangga. Nanti, kita lakukann gaya k
Begitu masuk dalam rumah dan mengunci pintu, Cya langsung memerintahkan Bu Rum untuk cepat-cepat tidur, dengan alasan supaya Bu Rum bisa bangun pagi. Sementara Rangga diminta Cya untuk angkat barang.Bu Rum, yang sudah kelelahan seharian, segera menuruti perintah Cya.Ia langsung pergi ke kamarnya di belakang sana dan berbaring di tempat tidur.Setelah memastikan kepergian Bu Rum, Cya memberi isyarat kepada Rangga untuk mengikutinya di ruang keluarga.Sementara Rangga, yang juga sudah lelah, tetapi masih penasaran dengan apa yang terjadi, mengikuti Cya ke ruang keluarga.Di ruang keluarga, Cya sedang duduk di sofa. Ia tampak sedang menatap sesuatu, seperti sedang memikirkan sesuatu."Kenapa kamu menyuruh Bu Rum tidur?" tanya Rangga."Aku mau bicara sama kamu berdua," jawab Cya. "Tapi Bu Rum harus tidur dulu, biar kita bisa bicara dengan tenang."Rangga pun mengangguk. Ia duduk di sofa yang sama dengan Cya."Jadi, apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Rangga.Cya tersenyum. "Aku mau bica
Mereka terus bergumul di atas ranjang untuk meluapkan perasaan mereka.Tusukan-tusukan Rangga semakin intensif dilakukannya sementara Cya semakin mendesah karena gesekan yang terjadi dan karena area kewanitaannya disergap penuh oleh pusaka Rangga yang mengalirkan rasa nikmat tidak terkira."Ahhhhh. Enak. Oh, enak, Rangga.""Tubuh kamu enak, Cya.""Punya kamu enak banget, Rangga. Owh.""Punya kamu juga enak. Sempit dan nikmat.""Nikmati aku terus, Rangga. Menikahlah denganku. Aku menerima kamu apa adanya. Ahhhh. Nanti kamu tidak perlu jadi supir lagi. Kamu bisa kerja di perusahaan ayahku. Ahhhh."Rangga tidak menanggapi. Dia cuma mengintensifkan pergerakannya. Karena sekalipun pada suatu saat dia meninggalkan Jojo, istrinya, tapi, dia tidak mungkin akan menikah dengan anak dari pria yang telah menghancurkan pernikahannya.Karena itu, Rangga tidak menanggapi lagi kata-kata Cya dan memilih fokus untuk mengefektifkan tusukan pembawa nikmat di tubuh Cya.Cya dan Rangga adalah dua orang yan
Cya dan Rangga bergumul dengan indahnya menikmati kebersamaan mereka, saling mendesah, saling goyang untuk meraih kenikmatan sebanyak-banyaknya.Untuk sementara, Cya mengabaikan kenyataan kalau Ayahnya sedang berada di rumah sakit karena saat ini dia ingin meraih kenikmatan sebanyak-banyaknya dengan kebersamaannya dengan Rangga ini.Cya memegang kedua tangannya Rangga sambil mempercepat gerakannya.Ada aliran-aliran kenikmatan yang mengalir kencang di tubuhnya bagai arus sungai yang mengalir di sekujur tubuhnya.Akhirnya Cya menengadahkan kepalanya ke atas dan menjerit keras tanda dia hampir mencapai puncaknya.Ada denyutan-denyutan yang tak tertahankan di area kewanitaannya Cya yang dia rasakan saat dirinya diantarkan oleh kenikmatan yang tak bertepi yang terjadi akibat pergesekan antara area kewanitaannya dengan benda besar milik Rangga.Rudalnya Rangga itu benar-benar mengobok-obok jiwa Cya, membuat Cya terlena terhanyut dalam setiap gesekan yang terjadi.Akhirnya tubuh Cya ambruk
Rangga yang sedang berada di kamar mandi kamarnya Cya, ketakutan mendengar pembicaraan di kamar tidurnya Cya.Dia takut Cya akan segera mengakui akan hubungan Cya dengannya pada Ratna, ibunya Cya.Karena itu, dia segera membunyikan sesuatu di kamar mandi.Cya dan Ratna sangat kaget mendengar suara aneh dari kamar mandi."Itu siapa, Cya?" tanya Ratna sambil mengerutkan dahinya dan menatap ke arah kamar mandi.Cya pun berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Saat membuka pintu kamar mandi, dia melihat Rangga sedang berdiri di depan wastafel, memegang gelas dan menuangkan air ke dalam gelas."Kenapa kamu ribut?" tanya Cya dengan berbisik."Aku hanya ingin minum air," jawab Rangga sekenanya."Kamu kenapa gugup?" tanya Cya."Nggak apa-apa," jawab Rangga, masih gugup. Dia menghela nafas beberapa kaliCya menatap Rangga. "Kamu takut aku akan mengakui hubungan kita pada ibu, bukan?" tanya Cya.Rangga terdiam. Dia tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan Cya."Kenapa kamu takut?" tanya Cya."Karen
"Wah. Tongkolnya gede banget. Aku gak pernah melihat punya laki yang sebesar ini," takjub Stella. "Benarkah? Apa punyaku memang besar?" Nathan teringat akan kata-kata Eva sebelumnya padanya. Dengan tatapan takjub, Stella sudah mengeluarkan dan memegang benda besar milik Nathan. "Ini betul-betul besar. Terong yang besar. Hebat. Pasti enak nih." "Enak? Punyaku gak akan dibikin terong goreng, kan?" "Ya gak lah, Nathan. Mana enak kalau digoreng. Yang enak itu, kalau dimasukkan." Mata Stella nampak berbinar-binar sambil menatap benda gede di tangannya. "Dimasukin kemana? Bukan ke penggorengan, kan? Kok aku merasa ada nada2 kanibalisme?" "Hush. Maksud aku, dimasukin ke sini." Stella menunjuk ke arah selangkangannya sambil mengeluarkan lidahnya. "Nathan langsung menelan salivanya melihat gerakan tangan Stella ini. Nathan mulai membayangkan apa yang dimaksud oleh Stella ini. Stella memperhatikan wajah Nathan. "Nampaknya kamu belum pernah, ya? Iya kan?" "Belum pernah apa, mbak?" "Mas
Nathan baru kaget saat dia mendengar suara deheman di belakang tubuhnya.Nathan balikkan tubuhnya cepat-cepat dan melihat seorang wanita bertubuh sintal berumur 30 tahunan yang hanya mengenakan kaos ketat yang memperlihatkan buah dada sekal-nya.Wanita ini hanya mengenakan celana pendek sehingga paha mulusnya terlihat jelas seperti dipamerkan."Tante Mila mana? Dan kamu siapanya Tante Mila?" tanya wanita itu."Eh oh eh. Namaku Nathan. Aku ponakannya Tante Mila. Tante Mila-nya baru pergi tuh, ke arisan.""Terlambat dong aku. Waduh, gimana ya?" Wanita ini pura-pura cemas padahal sebelumnya dia sudah melihat sosok Mila yang melewati apartemannya untuk menuju ke arah lift.Tapi tentu saja dia memang tidak perlu kepada Mila tapi dia perlu kepada pemuda yang baru dia lihat pertama kalinya saat keluar dari kamar apartemennya Eva sebelumnya itu."Emang ada apa, Mbak?" tanya Nathan."Gini, namaku Stella. Aku tinggal di apartemen sebelah sana, depan apartemennya Eva."Mendengar nama Eva disebut
Mendengar bisikan manja dari Eva itu, Nathan semakin bersemangat untuk mengulas kekenyalan di hadapannya ini dengan lidahnya."Keluarkan lidahmu panjang-panjang dan jilatin ini-ku," perintah Eva lagi sambil menunjuk kekenyalan kecilnya.Nathan mengangguk. Dia mengeluarkan lidahnya dan mulai menjilati kekenyalan yang ditunjuk Eva tadi."Aduh ... enak banget. Ahhhh ... terasa banget. Nathan terus menjilati bagian atas dari empal klimis yang tercukur rapi milik Eva.Nathan merasa kejantanannya semakin kencang karena merasakan gairah yang sangat saat dia mengulas permukaan liang kewanitaan milik Eva ini."Aduh, Nathan. Ehhh ... terusin Nathan. Terusin. Lidah kamu enak banget, terasa banget di itilku. Aduh. Enak banget."Eva menarik tangan Nathan untuk dibawanya menuju ke arah buah dadanya.Sambil terus menjilati kekenyalan yang terlihat sangat nikmat itu Nathan mulai memilin tonjolan di buah dada Eva."Masukin jarimu, sayang. Ugh, masukin tanganmu," pinta Eva.Nathan menghentikan jilatan
Eva mulai mengulas dada pria muda bernama Nathan di depannya ini. Lidahnya dia julurkan sepanjang mungkin, kemudian lidahnya mulai menyusuri perut pria muda yang mulai menelan salivanya itu.Eva mulai menurunkan celana yang dipakai Nathan. "Ih, lucu. Ada yang ngintip."Nathan jadi salah tingkah setelah mendengar kata-kata Eva itu.Seumur-umur, baru sekarang inilah, kejantanannya ditonton orang. Apalagi yang menatapnya adalah seorang gadis cantik nan seksi.Eva menurunkan segitiga pengaman milik Nathan dan dia langsung kaget. "Astaga!""Kenapa, kak? Apa ada yang salah?""Ini salah banget, sih.""Salahnya dimana?" Nathan semakin salah tingkah. Dia berusaha untuk berjongkok untuk menyembunyikan pusakanya."Salahnya itu, kenapa baru sekarang aku bisa melihat kejantanan sebesar ini? Ini wow banget.""Apa itu bagus?" tanya Nathan polos."Tentu saja bagus. Idaman wanita loh yang model terong kek gini.""Benarkah?""Ya iyalah. Makanya berdiri lagi. Aku mau isep anumu yang gede itu.""Diisep?"
KISAH LEON SUDAH TAMAT. SEKARANG KITA IKUTI KISAH NATHAN, SEORANG PRIA HEBAT LAINNYA. "Mengapa kamu lihatin buah dadaku, hah?" Tanya Eva, seorang perempuan seksi berumur 22 tahun sambil mendelik"Eh, gak. Gak, kok." Buru-buru pemuda berumur 19 tahun bernama Nathan melengos ke arah kiri."Kenapa gak lihat lagi? Apa buah dadaku terlihat jelek?"Nathan menggeleng. "Gak kok. Bagus banget malah""Terus kenapa kamu gak lihat lagi, hah?""Kan kamu tadi marahin aku?""Siapa yang marah? Aku cuma gak mau kalau buah dadaku ini cuma dilihatin. Tapi, harus disentuh juga. Tahu!"Nathan menatap Eva. Hampir dia tidak percaya dengan perkataan gadis berdada montok di depannya ini."Kamu siapa?" tanya gadis yang cuma memakai celana pendek dipadu dengan kaos oblong longgar hingga memperlihatkan apa yang ada di dalam kaos oblong itu."Namaku Nathan, ponakan Tante Mila. Dari apartemen 705. Aku disuruh Tante Mila untuk memulangkan ini. Kakak yang namanya Eva, kan?" Rangga menyodorkan sebuah kantong kresek
Akhirnya Nisa berhasil mendapatkan kembali senjata api itu. Dia berusaha membuka kuncinya tetapi pisau di tangan Alicia sudah menghujam turun ke arahnya.Karena itu, mau tidak mau Nissa harus memakai senjata apinya untuk menahan pisau ituUsaha Nissa berhasil. Pisau itu terjepit masuk di tempat untuk pemicu tembakan pada senjata api di tangan Nissa.Hal ini untuk sementara menyelamatkan Nissa dari kematian tapi akibatnya, ini membuat Alicia semakin kesetanan.Alicia berhasil menarik ujung pisaunya dari senjata api di tangan Nissa. Tarikan Alicia itu berhasil mengenai tangan Nissa sehingga Nissa menjerit kesakitan.Senjata api di tangan Nissa jatuh terlempar ke belakang karena sentakan dari pisau di tangan Alisakemudian dengan cepat Alicia berusaha untuk menghujamkan pisau itu ke tubuh Nissa.Pada saat itulah sebuah tendangan keras sudah mengenai dada Alicia yang membuat Alicia terjungkal jatuh ke arah belakang dengan keras.HgggghhhkkHujaman pisau Alicia, tidak berhasil mengenai tub
"Kamu sudah menungguku? Hihihi. Bagus. Aku akan segera mengakhiri penderitaanmu," kata orang yang masuk ke kamar ini yang bukan lain daripada Alicia.Alicia terus berjalan masuk ke dalam hingga dia sudah berada dekat dengan pembaringan tempat Saras berada. Alicia berdiri di antara ranjang dan sebuah meja.Alicia menyeringai memperlihatkan senyuman menakutkannya. Kemudian dia mengeluarkan senjata api genggam dari balik bajunya.Senjata api ini, adalah senjata api yang direbutnya dari seorang dokter yang merupakan temannya. Sebenarnya Alicia datang dengan senjata api ini untuk membunuh para polisi yang berjaga di depan kamarnya Saras.Tapi saat Alicia melihat kalau yang berjaga di depan kamarnya Saras hanya satu orang, maka Alicia lebih memilih untuk menggunakan pisau guna menghabisi polisi itu.Setelah menghabisi polisi itu, Alicia masuk ke dalam kamar ini dengan leluasa.Melihat kalau Saras hanya sendirian di dalam kamar ini, maka Alicia memilih untuk mengeluarkan senjata apinya dan m
"Tentu saja aku ingin kamu, Leon. Hihihi. Punya kamu enak banget. Aku gak bisa move on, Leon. Ahhh Aku ingin kamu, Leon. Hihihi." Suara di ujung telpon itu, terdengar dari seseorang yang jiwanya tidak sehat."Kamu tidak sehat, Alicia. Sebaiknya kamu menyerahkan diri. Kamu akan diperiksa dan akan mendapatkan penanganan kejiwaan. Segeralah menyerahkan diri, Alicia." tandas Leon."Asal kamu bersama aku di kamar perawatan. Ok?" tanya Alicia sambil cekikikan."Tidak bisa, Alicia. Kamu yang harus dirawat dan bukan aku.""Kalau gitu, gak seru ah. Ogah! Aku gak mau! Huh, aku sudah membunuh musuhmu. Itu kulakukan untukmu. Tapi, kamu masih juga tidak menghargaiku. Huh!""Apa maksudmu?""Ibu tirinya si lumpuh itu. Aku yang membunuhnya untukmu. Tapi, kamu tidak menghargai aku.""Aku tidak pernah menyuruhmu membunuh Mama Wina, Alicia. Tidak ada sekalipun aku menyuruhmu membunuhnya.""Tapi dia kan telah menjahati kamu dan si lumpuh itu. Aku membereskan Wina untukmu dengan resiko aku bisa di penjara
Dengan gaya ini, Leon merasakannya juniornya terjepit di dalam bagian inti tubuh Wulan dan ini membuat Leon merasa semakin nikmat."Aku ingin terus menikmati tubuhmu, sayang," bisik Leon yang sedang terbawa hasrat ini di telinga Wulan."Aku juga, sayang. Aku ingin kita selalu menikmati ini. Ahhhh... kamu luar biasa, sayang."Mereka berdua kembali saling tempel bibir, lidah mereka saling belit dengan juniornya Leon terus masuk ke tubuh Wulan.Mereka berdua menikmati apa yang ada, menikmati yang sedang berlangsung, menikmati bersatunya tubuh mereka berdua, menikmati rasa yang hadir dari permainan cinta yang sedang mereka lakukan saat ini.Dengan posisi Leon seperti saat ini, dua tangannya bertumpu ke arah ranjang, tubuhnya terus menindih tubuh Wulan, sementara bibirnya terus saling tempel dengan bibir Wulan, keduanya tenggelam dalam rasa indah yang mereka ciptakan bersama ini.Setelah itu, Leon nampak meninggalkan bibir Wulan dan menyusupkan wajahnya ke bantal di samping Wulan, setelah