Share

Pria Pengganti di Malam Pengantinku
Pria Pengganti di Malam Pengantinku
Author: Si Nicegirl

Tragedi Malam Pertama

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah pesta pernikahan mewah nan elegan terselenggara di salah satu hotel bintang lima ibu kota. Mungkin sebagian tamu undangan menatap miris pada sepasang pengantin yang jelas terlihat tidak biasa itu. Bagaimana tidak, pengantin pria merupakan pria tua yang sudah berada di ujung usianya, sementara pengantin wanitanya gadis belia yang baru saja lulus dari sekolah menengahnya.

Raut wajah pengantin pria jelas sumringah mendapati daun muda sebagai istrinya, tapi hal yang sama tidak terlihat pada wajah sang istri. Wanita itu selalu terlihat murung dengan mata yang berkaca-kaca. Wajah cantiknya selalu mengernyit tiap kali pria tua itu menyentuhnya dengan tatapan mesum, jelas terlihat tidak sabar ingin segera memulai malam pengantin mereka.

Berkali-kali Zevanya sang pengantin wanita menepis tangan Vale. Ingin rasanya ia mendorong Vale menjauh darinya dan melarikan diri sari sana, tapi mata tajam kakak tirinya tidak pernah terlepas darinya, selalu mengawasinya layaknya binatang buas yang mengincar mangsanya.

Sesekali ancaman tanpa suara terlihat jelas di bibir Ramon. Zevanya tahu, alat penunjang hidup Papanya akan segera dicabut kalau ia tidak mematuhi keinginan kakak tirinya itu,  Ramon. Itu makanya ia menekan keinginannya untuk melarikan diri, meski rasa sesak yang sangat tak tertahankan begitu menyiksa dadanya.

Terutama saat merasakan sentuhan Vale di beberapa titik tubuhnya, Zevanya ingin segera melarikan diri dari sana, dari kenyataan menyakitkan karena menikahi pria tua yang lebih pantas menjadi kakek uyutnya itu. Tapi lagi-lagi wajah Papanya kembali terbayang, dan Zevanya kembali mengurungkan niatnya itu.

Hingga akhirnya pesta pun selesai. Tanpa membuang waktu lagi, Vale menarik tangan Zevanya menuju kamar pengantin mereka yang berada di salah satu kamar presidential suites hotel mewah itu. Tidak ada gendongan ala bridal yang akan terlihat lebih romantis, mungkin karena Vale terlalu tua untuk melakukannya tanpa mematahkan salah satu tulang ringkihnya.

"Tanggalkan semua gaun pengantin itu dari tubuhmu selama saya membersihkan diri! Jangan ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhmu!" perintah Vale setelah mereka memasuki kamar, lalu menunjuk ke sebuah meja tempat beberapa minuman mahal terdapat di atasnya,

"Dan tuangkan wine itu untuk kita!" lanjutnya sebelum menuju kamar mandi dan Zevanya terlalu takut untuk menolaknya, ia mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Zevanya menuangkan wine mahal itu ke salah satu gelas dan membiarkan gelas lainnya kosong, lalu dengan tangan gemetar, Zevanya mengeluarkan sebutir obat yang ia sembunyikan di sela branya, dan memasukkannya ke gelas minuman Vale.

Untuk saat ini, ia hanya bisa mencegah Vale menyentuhnya dengan obat itu. Besok ia akan mencari cara lain untuk menghindari Vale. Begitu juga dengan hari-hari setelahnya. 

Dengan gerakan cepat, Zevanya menanggalkan gaun pengantin model A-line dengan kerah off shouldernya itu, yang meski sederhana namun tetap terlihat mewah dan elegan. Untuk menutupi tubuh polosnya, Zevanya meraih jubah kamarnya. Belum sempat ia menggunakannya, ia tersentak kaget saat tiba-tiba Vale memeluknya dari belakang dan menangkup dua bukit kembar Zevanya,

"Saya tidak sabar ingin segera memilikimu sepenuhnya," bisiknya sambil mengecupi punggung leher Zevanya yang terbuka.

Zevanya belum sempat menggerai rambutnya, hingga bagian itu terekspos. Sementara jemari tuanya memilin puncak bukit Zevanya dengan kasar, tanpa kelembutan sama sekali hingga Zevanya sedikit meringis dibuatnya. Ia begitu membenci sentuhan pria itu! 

"Tu ... Tuan, sa ... Saya mau ke kamar mandi dulu," elak Zevanya sambil beringsut menjauh saat tangan Vale mulai berada di atas bagian intim Zevanya.

Lagipula sudah sewajarnya Zevanya membersihkan dirinya setelah berpeluh keringat saat di pesta tadi, selain untuk menghindari pria tua itu tentu saja.

"Tidak perlu, saya sudah tidak tahan lagi."

"Tu ... Tuan Vale, saya mau membuat malam pertama kita berkesan. Saya kurang percaya diri kalau belum membersihkan diri saya. Jadi, tolong beri saya waktu sebentar saja," pinta Zevanya, ia menahan rasa muaknya akibat sentuhan liar dan menyakitkan Vale di tubuhnya

"Ini pertama kalinya untukmu, kan? Jadi, biarkan saya yang memuaskanmu," tolak Vale sambil membalik tubuh Zevanya menghadapnya. Lalu menelusuri seluruh tubuh Zevanya dengan matanya, sebelum berakhir pada bibir ranum Zevanya.

Zevanya mendorong Vale saat pria itu hendak mendaratkan bibirnya di atas bibir Zevanya, untung saja pria tua itu tidak jatuh terjengkang. Melihat rahang Vale yang mulai mengeras karena marah, Zevanya pun segera menjelaskan,

"Ma ... Maafkan saya, Tuan. Anda benar ini adalah yang pertama untuk saya. Maka dari itu, saya tidak mau mengecewakan anda, Tuan. Biarkan saya membersihkan diri saya sebentar saja untuk meningkatkan kepercayaan diri saya. Kalau tubuh saya berpeluh keringat seperti sekarang ini, saya menjadi tidak percaya diri."

Vale mundur beberapa langkah untuk menyapukan pandangannya lagi ke seluruh tubuh Zevanya, sebelum akhirnya menyetujuinya, "Lima menit tidak lebih!" tegasnya. Zevanya menggunakan kesempatan itu untuk setengah berlari ke kamar mandi dan langsung mengunci pintunya.

Zevanya bersandar pada daun pintu itu dengan tubuhnya yang kembali gemetar hebat. Ia sungguh ketakutan, ia sangat membenci sentuhan pria itu di tubuhnya, rasanya tidak rela menyerahkan mahkota yang selama ini ia jaga pada pria tua itu.

Tapi di saat yang bersamaan, Zevanya tak memiliki kuasa untuk menolaknya, tidak dengan nyawa Papanya sebagai taruhannya. Kenapa ia harus mengalami kenyataan pahit seperti itu di usianya yang masih terbilang muda, yang seharusnya sedang menikmati masa-masa mudanya?

"Ya Tuhan ... Tolong buat Vale meminumnya, tolong Tuhan, aku belum siap, aku bahkan tidak akan pernah siap," lirihnya sambil menangkup wajahnya. Aair mata mengalir keluar melalui sela-sela jarinya itu.

Prang!

Sontak saja suara barang pecah-belah yang terjatuh itu membuat Zevanya menjauh dari daun pintu. Ketakutan semakin menguasai dirinya, kedua kakinya bahkan seolah tidak kuat lagi menyanggah tubuhnya, sementara matanya yang membola menatap penuh daun pintu yang masih tertutup,

'Apa pria itu marah karena aku terlalu lama di kamar mandi?' batinnya bertanya-tanya.

Karena terlalu asik dengan lamunannya, Zevanya sampai lupa waktu lima menit yang Vale berikan. Tidak mau membuat Vale menunggu terlalu lama lagi, Zevanya memutar anak kunci dan membuka pintunya dengan perlahan.

Hening.

Zevanya tidak mendengar suara apapun lagi, bahkan sekedar langkah kaki Vale pun tidak. Dengan was-was, Zevanya terus melangkah melewati walk in closet menuju kamar mereka, ia menahan pekikannya dengan tangannya saat melihat Vale terbaring di lantai, pecahan gelas minumannya berserakan di sekitar pria tua itu.

'Ternyata efek obatnya seampuh itu,' desah Zevanya penuh kelegaan, meski ia harus mengeluarkan tenaganya untuk membaringkan Vale ke ranjang nantinya. Tapi setidaknya, malam ini ia telah aman. Nanti ia bisa membuat seakan-akan mereka telah melakukan hubungan intim.

Dengan hati-hati, Zevanya membalik tubuh Vale. Teriakan histeris keluar begitu saja dari tenggorokannya, saat melihat wajah Vale dengan mulut yang berbusa.

Refleks Zevanya merangkak mundur menjauh, jantungnya berdegup kencang, tangannya yang gemetar tak terkendali berusaha mengambil tas tangannya untuk mengeluarkan ponselnya, dan langsung menghubungi Ramon.

Dengan tergagap, Zevanya berusaha memberitahu kakak tirinya itu, tapi yang bisa ia ucapkan hanyalah, "Va ... Vale! Ramon, Vale!"

"Ck, kenapa menghubungiku? Sudah terima saja apa yang akan Vale lakukan padamu! Mau sekasar apa pun Vale melakukannya, kamu harus bisa menerimanya! Pastikan malam ini berhasil supaya kamu segera mengandung pewarisnya! Ingat, nyawa Papamu ada di gtangaku sekarang!" geram Ramon yang tidak mengetahui permasalahannya.

"Ramon, Va ... Vale pingsan! Tolong ke sini, aku tidak tahu harus bagaimana, aku takut! Ramon, tolong aku, please!" isak Zevanya. Barulah saat itu Ramon dapat merasakan ada yang tidak beres dengan pengantin baru itu.

"Ada apa dengan Vale? Kamu berusaha kabur lagi darinya?" tanyanya.

Sebelumnya, saat akan dipertemukan dengan Vale, Zevanya berkali-kali kabur dari pria itu. Hingga Ramon harus mengancam keselamatan nyawa papanya, barulah Zevanya bersedia mematuhinya.

"Kamu tidak dengar? Vale pingsan!"

"Aku ke sana sekarang!"

Sejurus kemudian bel kamar berbunyi. Dengan tubuh yang gemetar hebat Zevanya melangkah ke pintu utama. Ia melihat tablet yang terpasang di dinding lebih dulu untuk memastikan kalau Ramon lah yang berada di balik pintu itu, dan baru mmebukanya setelah melihat wajah kakak tirinya itu di luar pintu kamarnya.

"Mana Vale?" tanya Ramon tanpa basa-basi lagi setelah pintu terbuka. Pria itu tidak datang seorang diri, tapi bersama dengan Lila dan juga Nada, ibu dan kakak tiri Zevanya.

"Di ... Di kamar," jawab Zevanya, Ramon segera bergegas masuk ke dalam kamar.

"Apa yang terjadi? Kenapa Vale bisa pingsan?" Alih-alih memeluk dan menenangkan Zevanya yang sedang ketakutan setengah mati itu, mama Lila malah bertanya dengan ketus. Bahkan cenderung memberikan tatapan menuduh.

"A ... Aku tidak tahu," jawab Zevanya, dalam ketakutannya ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Karena tidak ada satu pun di antara kedua wanita itu yang memeluknya, bahkan hanya mengeluarkan ucapan yang dapat menenangkan dan membesarkan hati Zevanya.

"Vanya, suamimu sudah mati!"

Teriakan Ramon terdengar hingga keluar kamar. Zevanya semakin dicekam ketakutan, keringat dingin mengalir semakin deras di seluruh tubuhnya, ia sungguh tidak mengira kalau tindakannya malah mengirim Vale ke alam lain.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Desty Amelia
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hana Jiyuu
mampus. mati saja kau pria tua mesum
goodnovel comment avatar
Astuti Dwi
bagus, terus baca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Pria Pengganti

    "Ya Tuhan!" pekik mama Lila dan Nada bersamaan saat melihat Vale yang masih terbaring di lantai, sementara Ramon tengah mencium pecahan gelas untuk mengetahui minuman apa yang Vale tenggak sebelumnya."Kamu memasukkan sesuatu ke dalam minumannya kan?" tebak Ramon dengan sangat tepat. Zevanya semakin ketakutan karenanya, entah berapa lama yang akan ia habiskan di dalam penjara karena telah menghilangkan nyawa seseorang."A ... Aku hanya memberinya obat tidur," jawab Zevanya dengan parau karena isakannya."Kamu memberi obat tidur pada pria setua ini? Itu sama saja kamu mengirimnya ke alam lain kalau saja dosisnya tidak tepat!" geram Ramon."Astaga, Vanya. Ini bisa saja masuk ke dalam pembunuhan berencana!" sungut mama Lila."Tuhan ... Kamu sudah menjadi seorang pembunuh, Vanya!" timpal Nada. Apalagi yang Nada sukai selain melihat Zevanya menderita."Aku hanya ingin mengulur waktu berhubungan intim dengannya. Aku belum siap." Zevanya membela dirinya sendiri."Mau apapun alasannya, tetap

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Pertemuan Kembali

    Enam tahun kemudian ... "Mom, sabun mandinya habis," teriak Abercio dari dalam kamar mandi dengan suara melengkingnya. "Campur air saja sayang, Mommy belum sempat beli yang baru." Zevanya turut berteriak agar Abercio dapat mendengarnya. Karena ia harus berhemat agar kebutuhan sehari-harinya tercukupi, jadi setiap tetes sabun terasa amat berharga untuknya. Sayang kalau terbuang begitu saja. "Ok!" Zevanya tersenyum sendiri ketika mendengar balasan dari putranya itu. Ia kembali menyiapkan bekal untuk Arbecio yang baru saja masuk ke taman kanak-kanak. Ia akan mengantar Arbecio dulu ke sekolahnya, sebelum mendatangi perusahaan tempatnya melamar pekerjaan untuk tahap terakhir wawancaranya, kali ini CEO Star Group langsung yang akan mewawancarainya. "Aku sudah siap!" seru Arbecio beberapa saat setelahnya. "Anak Mommy sudah pintar, sudah bisa memakai pakaiannya sendiri. Tapi ... " Zevanya membuka sampul dan melepas kembali dasi Arbecio, "Dasi ini terbalik, Sayang. Seharusnya kamu memasa

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   First Time

    Enam tahun lalu, Reynard ada pertemuan dengan klien dari negeri Kangguru untuk proyek baru mereka di sebuah hotel bintang lima. Pertemuan itu berjalan dengan lancar, proyek bernilai puluhan triliun berhasil Reynard dapatkan dan akan mulai berjalan bulan berikutnya.Tidak lama setelah kliennya pergi, Reynard berniat kembali ke kamar hotelnya untuk istirahat sejenak, sebelum menghadiri pertemuan lagi dengan kliennya yang lain. Tapi seorang pelayan yang ceroboh menubruknya, hingga minuman yang wanita itu bawa membasahi stelan jas mahal Reynard, "Ma ... Maafkan saya, Tuan. Saya tidak sengaja," ucap pelayan itu sambil mencoba membersihkan jas Reynard dengan tangannya, tapi asisten Reynard yang bernama Marco segera menahan tangan pelayan itu,"Pergilah, saya bisa mengurusnya!" serunya dengan suara berat, sementara Reynard hanya memberikan tatapan dinginnya pada pelayan itu."Se ... Sekali lagi maafkan kecerobohan saya, Tuan," ucap pelayan itu lagi sambil berkali-kali membungkuk di depan

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Mulai Balas Dendam

    Reynard menjatuhkan dirinya ke kursi kebesarannya, ia memutar kursi itu hingga dapat menikmati pemandangan kota besar yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat yang saling berlomba mencakar langit."Bagaimana? Wanita itu mau bicara jujur, Tuan Reynard?" tanya Marco sambil menyerahkan beberapa lembar dokumen yang harus Raymond tandatangani."Seperti dugaan saya. Wanita itu terlalu pengecut untuk mengakuinya. Bahkan dia tidak mengenali saya sama sekali! Bisa kau bayangkan itu? Siapa yang bisa dengan mudah melupakan wajah saya? Tidak ada sebelumnya!" jawab Reynard dengan dongkol. Sepanjang pertemuannya dengan Zevanya tadi, berkali-kali Reynard harus menahan dirinya untuk tidak mencekik leher jenjang wanita itu. Atau mengguncang bahunya untuk memaksanya mengakui semua kejahatannya pada Reynard lima tahun yang lalu.Tapi, kalau Reynard memberitahunya lebih awal, rencana balas dendamnya pastinya tidak akan berjalan sesuai dengan rencananya. Bisa dipastikan Zevanya akan langsung melarik

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Kesalahan Pertama

    Tiga puluh menit sebelum jam tujuh, Zevanya sudah sampai di Star Group. Ia langsung menuju lantai teratas gedung itu tempat ruang kerja Reynard berada, sesuai dengan arahan staff recruitment kemarin.Tidak tahu harus memulai darimana, Zevanya memutuskan membersihkan ruang kerja Reynard lebih dulu. Ia cukup terpana melihat betapa besar dan mewahnya ruangan itu, hingga ia merasa kerdil saat memasukinya, atau merasa tertelan di ruangan yang super luas itu.Tidak berselang lama, Reynard masuk bersama dengan Marco, asisten pribadi yang tidak kalah cakapnya dengan Reynard. langkah kedua pria itu terhenti saat melihat Zevanya yang sudah ada lebih dulu di ruang kerja Reynard sebelum mereka.Tatapan mengeritik Reynard dan Marco pun tertuju padanya,"Tidak adakah yang memberitahumu mengenai peraturan di perusahaan, kalau tidak ada satupun karyawan yang diperkenankan masuk ke ruangan ini tanpa adanya Tuan Reynard di dalamnya?" Marco yang menegurnya lebih dulu. Sementara si kulkas empat pintu han

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Permintaan Aneh

    "Bagaimana pekerjaan barumu? Menyenangkan?" tanya Dira sesaat setelah Zevanya sampai rumah, sahabatnya itu menghangatkan lauk-pauk untuk Zevanya makan. Menyenangkan apanya? Di hari pertama Zevanya kerja saja sudah banyak tuntutan untuknya. Meski demikian, Zevanya tidak mengatakan itu pada Dira, ia tidak mau kekhawatiran Dira padanya bertambah. "Umm lumayan." Hanya itu jawaban yang Zevanya berikan pada Dira. Ia merenggangkan tubuhnya, sementara matanya mencari sosok kecil yang biasanya selalu menyambutnya pulang, "Di mana Cio?" tayanya. "Sudah tidur. Kamu pulang melewati jam tidurnya," jawab Dira. Zevanya melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia tidak bisa pulang tepat waktu karena Reynard baru meninggalkan ruang kerjanya jam setengah sepuluh. Dan selama menunggu Reynard pulang, pekerjaan seolah tiada hentinya diberikan padanya. Bahkan waktu istirahat Zevanya hanya lima belas menit saja untuk makan. Tubuhnya benar-benar remuk sekarang. Ia harus berendam air

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Kekasih Reynard

    Untungnya Reynard hanya bermain di driving range, area yang hanya dikhususkan untuk para pemula melatih pukulan, memantapkan ayunan, hingga membiasakan diri mereka dengan stik golf, sebelum akhirnya bermain di lapangan yang sesungguhnya.Setiap kali Reynard selesai memukul bola sebanyak lima puluh kali, Zevanya harus memunguti bola-bola itu dan memasukkannya kembali ke dalam keranjang. Ia harus mengingat ke mana saja bola Reynard mendarat, karena Reynard tahu kalau bola itu bukan miliknya. Entah bagaimana cara mengetahuinya, yang pasti Zevanya harus mencarinya hingga ketemu.Zevanya pernah berlatih golf seperti ini bersama dengan papanya, dan ia tahu betul setiap bola yang telah dipukul tidak harus diambil lagi, karena ada staf khusus yang bertugas mengambili bola-bola itu. Tapi entah kenapa Reynard malah meminta Zevanya memunguti bola-bola itu hingga ia menjadi perhatian pengunjung lainnya. Juga cekikikan para wanita termasuk para caddy golf.Dari cara Reynard memegang stik dan meng

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Mengundurkan Diri

    Zevanya tahu kehidupan ini tidak akan mudah, terutama bagi yang memiliki dosa masa lalu seperti dirinya. Hampir setiap malam Zevanya bermimpi dirinya berada di dalam penjara, dengan bayangan wajah Vale yang tengah menertawakannya. Tapi, rasanya sungguh menyesakkan saat Zevanya baru saja berhasil mendapatkan pekerjaan yang tidak bisa dibilang bagus, tapi salarynya dapat memperbaiki perekonomiannya, ia harus bersiap melepaskannya.Zevanya menatap pantulan dirinya di cermin. Dulu, ia menjadi salah satu wanita tercantik di kotanya, primadona di sekolahnya. Tapi beban hidup selama enam tahun ini membuatnya tidak bisa lagi merawat dirinya sendiri. Sesuai dengan cibiran Nada saat berada di dining room tadi, Zevanya memang terlihat lusuh, sama sekali tidak menarik.Namun, bukan penampilannya yang lusuh lah yang membuat Zevanya sedih, tapi karena Nada telah mengetahui dimana Zevanya bekerja sekarang. Pastinya Nada akan langsung memberitahu Ramon perihal ini. Kakak tirinya itu pasti akan menda

Latest chapter

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Nikmati Saja - End

    Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Membereskan Masalah

    "Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Alasan

    Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Masalah Besar

    Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Kota Tua

    Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Bulan Madu

    Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Antara Benci dan Cinta

    "Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   Mandi Basah

    Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev

  • Pria Pengganti di Malam Pengantinku   I Love You!

    Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak

DMCA.com Protection Status