Reynard menjatuhkan dirinya ke kursi kebesarannya, ia memutar kursi itu hingga dapat menikmati pemandangan kota besar yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat yang saling berlomba mencakar langit.
"Bagaimana? Wanita itu mau bicara jujur, Tuan Reynard?" tanya Marco sambil menyerahkan beberapa lembar dokumen yang harus Raymond tandatangani.
"Seperti dugaan saya. Wanita itu terlalu pengecut untuk mengakuinya. Bahkan dia tidak mengenali saya sama sekali! Bisa kau bayangkan itu? Siapa yang bisa dengan mudah melupakan wajah saya? Tidak ada sebelumnya!" jawab Reynard dengan dongkol.
Sepanjang pertemuannya dengan Zevanya tadi, berkali-kali Reynard harus menahan dirinya untuk tidak mencekik leher jenjang wanita itu. Atau mengguncang bahunya untuk memaksanya mengakui semua kejahatannya pada Reynard lima tahun yang lalu.
Tapi, kalau Reynard memberitahunya lebih awal, rencana balas dendamnya pastinya tidak akan berjalan sesuai dengan rencananya. Bisa dipastikan Zevanya akan langsung melarikan diri lagi, dan kali ini belum tentu Reynard dapat dengan mudah menemukannya.
"Wanita pintar. Karena kalau dia mengakuinya, maka bisa dipastikan penjara akan menunggunya," gumam Marco.
Menuntut Zevanya adalah hal terkahir yang akan Reynard lakukan. Ia akan menyiksa wanita itu lebih dulu, sebelum membiarkannya membusuk di penjara. Bahkan ia dapat meminta beberapa tahanan wanita untuk menyiksa Zevanya di sana.
Cepat atau lambat, Zevanya akan memilih mengakhiri hidupnya. Reynard tidak akan memberikan wanita itu pilihan lain, seperti wanita itu tidak memberinya pilihan untuk menolak penyatuan mereka enam tahun lalu.
Reynard akan memaksakan semua penderitaan pada Zevanya, seperti wanita itu memaksa Reynard menyerahkan keperjakaannya padanya. Membayangkan akan semenderita apa Zevanya nantinya, membuat sudut bibir Reynard membentuk senyuman sinis.
"Bagaimana dengan kakak laki-laki wanita itu? Masih berusaha bekerjasama dengan Star Group?"
"Ya, setelah kita menolak proposalnya tempo hari, perwakilan perusahaannya kembali mengirim proposal lainnya."
"Kakak dan adiknya hidup berkecukupan, kenapa Zevanya malah sibuk meghidupi dirinya sendiri? Kau harus segera mencaritahunya, Marco! Berikan padaku profile seluruh anggota keluarganya!" perintah tegas Reynard.
"Baik, Tuan. Mengenai penempatan Zevanya, di lantai berapa wanita itu akan bekerja?"
"Di lantai ini."
"Apa anda yakin? Anda begitu membencinya, apa tidak masalah jika anda melihatnya setiap saat?"
"Justru karena saya ingin memulai pembalasan dendam saya, maka saya harus menempatkan wanita itu langsung di bawah pengawasan saya! Saya akan menikmati setiap detik kesengsaraan wanita sialan itu!"
"Ah ya, saya mengerti. Lalu, di ruangan mana dia akan ditempatkan?"
"Mungkin di pantry dan toilet."
"Maksud anda, wanita itu akan bekerja sebagai cleaning service?"
"Tepat seperti itu! Pastikan tidak ada waktu istirahat untuknya. Dan jangan biarkan wanita itu santai, terus berikan pekerjaan untuknya!" tegas Reynard.
"Baik, Tuan."
Zevanya, nerakamu akan dimulai hari ini!
Sementara itu di bagian HRD.
"Cleaning service?" tanya Zevanya dengan nada tidak percaya.
Meski hanya memiliki ijasa strata satu, tapi Zevanya lulus dengan nilai IPK yang sempurna, ia mendapatkan predikat Summa Cumlaude di salah satu universitas bergengsi di kota besar itu. Dan posisi yang Star Group tawarkan padanya hanyalah sebagai cleaning service? Yang benar saja?
"Ya, cleaning service. Kamu bisa baca surat kontrak ini sebagai pertimbanganmu untuk mengambil keputusan nanti."
Salah satu staff recruitment itu memutar surat kontrak menghadap Zevanya. Dan Zevanya pun mulai membacanya. Isinya nyaris sama dengan surat kontrak kerja lainya, hanya saja saat membaca bagian salary, kedua matanya nyaris saja melompat keluar,
"Dua puluh juta?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Berkali-kali ia mengerjapkan matanya untuk menghitung ulang setiap nol di belakang angka dua itu.
Kalau memang sebesar itu nominal yang akan ia terima, maka gajinya jauh lebih besar dari yang Zevanya dapatkan di perusahaan sebelumnya, padahal posisinya saat itu sebagai Supervisor.
"Kalau anda setuju, sebesar itulah pendapatan yang akan anda terima. Tentunya dengan total jam kerja yang jauh berbeda dengan cleaning service biasanya. Jam kerjamu tergantung CEO kita, kalau Tuan Reynard bekerja lembur, maka kamu pun akan lembur juga. Dengan kata lain, kamu cleaning service yang ditempatkan secara khusus di lantai ruangan Tuan Reynard berada, Dan khusus melayani beliau," jelas staff itu.
Bodoh kalau Zevanya menolak tawaran menggiurkan itu. Lagipula, seberat apapun pekerjaan cleaning service, pastinya tidak akan jauh berbeda dengan yang Zevanya kerjakan di rumahnya setiap harinya.
Jadi, tanpa membaca lagi kelanjutannya, Zevanya langsung mengambil ballpoint yang tergeletak di atas meja dan langsung membubuhkan tandatangan di atas namanya. Ia membalik kembali surat kontrak itu ke staff recruitment di depannya.
"Kalau begitu, tugas saya sudah selesai. Kamu bisa mulai bekerja besok. Dan pastikan kamu masuk sebelum jam tujuh pagi. Jika kamu harus masuk lebih awal lagi, kami akan menginformasikan segera padamu. Harap ponselmu selalu dalam posisi stand by!"
"Baik, Bu. Saya janji akan bekerja dengan sangat baik, sebagai bentuk terima kasih saya karena sudah diberi kesempatan menjadi bagian dari Star Group."
"Ya, sudah seharusnya seperti itu."
Tiga puluh menit sebelum jam tujuh, Zevanya sudah sampai di Star Group. Ia langsung menuju lantai teratas gedung itu tempat ruang kerja Reynard berada, sesuai dengan arahan staff recruitment kemarin.Tidak tahu harus memulai darimana, Zevanya memutuskan membersihkan ruang kerja Reynard lebih dulu. Ia cukup terpana melihat betapa besar dan mewahnya ruangan itu, hingga ia merasa kerdil saat memasukinya, atau merasa tertelan di ruangan yang super luas itu.Tidak berselang lama, Reynard masuk bersama dengan Marco, asisten pribadi yang tidak kalah cakapnya dengan Reynard. langkah kedua pria itu terhenti saat melihat Zevanya yang sudah ada lebih dulu di ruang kerja Reynard sebelum mereka.Tatapan mengeritik Reynard dan Marco pun tertuju padanya,"Tidak adakah yang memberitahumu mengenai peraturan di perusahaan, kalau tidak ada satupun karyawan yang diperkenankan masuk ke ruangan ini tanpa adanya Tuan Reynard di dalamnya?" Marco yang menegurnya lebih dulu. Sementara si kulkas empat pintu han
"Bagaimana pekerjaan barumu? Menyenangkan?" tanya Dira sesaat setelah Zevanya sampai rumah, sahabatnya itu menghangatkan lauk-pauk untuk Zevanya makan. Menyenangkan apanya? Di hari pertama Zevanya kerja saja sudah banyak tuntutan untuknya. Meski demikian, Zevanya tidak mengatakan itu pada Dira, ia tidak mau kekhawatiran Dira padanya bertambah. "Umm lumayan." Hanya itu jawaban yang Zevanya berikan pada Dira. Ia merenggangkan tubuhnya, sementara matanya mencari sosok kecil yang biasanya selalu menyambutnya pulang, "Di mana Cio?" tayanya. "Sudah tidur. Kamu pulang melewati jam tidurnya," jawab Dira. Zevanya melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia tidak bisa pulang tepat waktu karena Reynard baru meninggalkan ruang kerjanya jam setengah sepuluh. Dan selama menunggu Reynard pulang, pekerjaan seolah tiada hentinya diberikan padanya. Bahkan waktu istirahat Zevanya hanya lima belas menit saja untuk makan. Tubuhnya benar-benar remuk sekarang. Ia harus berendam air
Untungnya Reynard hanya bermain di driving range, area yang hanya dikhususkan untuk para pemula melatih pukulan, memantapkan ayunan, hingga membiasakan diri mereka dengan stik golf, sebelum akhirnya bermain di lapangan yang sesungguhnya.Setiap kali Reynard selesai memukul bola sebanyak lima puluh kali, Zevanya harus memunguti bola-bola itu dan memasukkannya kembali ke dalam keranjang. Ia harus mengingat ke mana saja bola Reynard mendarat, karena Reynard tahu kalau bola itu bukan miliknya. Entah bagaimana cara mengetahuinya, yang pasti Zevanya harus mencarinya hingga ketemu.Zevanya pernah berlatih golf seperti ini bersama dengan papanya, dan ia tahu betul setiap bola yang telah dipukul tidak harus diambil lagi, karena ada staf khusus yang bertugas mengambili bola-bola itu. Tapi entah kenapa Reynard malah meminta Zevanya memunguti bola-bola itu hingga ia menjadi perhatian pengunjung lainnya. Juga cekikikan para wanita termasuk para caddy golf.Dari cara Reynard memegang stik dan meng
Zevanya tahu kehidupan ini tidak akan mudah, terutama bagi yang memiliki dosa masa lalu seperti dirinya. Hampir setiap malam Zevanya bermimpi dirinya berada di dalam penjara, dengan bayangan wajah Vale yang tengah menertawakannya. Tapi, rasanya sungguh menyesakkan saat Zevanya baru saja berhasil mendapatkan pekerjaan yang tidak bisa dibilang bagus, tapi salarynya dapat memperbaiki perekonomiannya, ia harus bersiap melepaskannya.Zevanya menatap pantulan dirinya di cermin. Dulu, ia menjadi salah satu wanita tercantik di kotanya, primadona di sekolahnya. Tapi beban hidup selama enam tahun ini membuatnya tidak bisa lagi merawat dirinya sendiri. Sesuai dengan cibiran Nada saat berada di dining room tadi, Zevanya memang terlihat lusuh, sama sekali tidak menarik.Namun, bukan penampilannya yang lusuh lah yang membuat Zevanya sedih, tapi karena Nada telah mengetahui dimana Zevanya bekerja sekarang. Pastinya Nada akan langsung memberitahu Ramon perihal ini. Kakak tirinya itu pasti akan menda
"Zevanya, kamu sudah menandatangani kontrak kerjamu dalam keadaan sadar, ya kan?" tanya Nila keesokan harinya. Staff recruitment yang mewawancarai Zevanya selama proses penerimaan karyawan itu menatapnya dengan intens."Iya, tapi saya tidak mengira kalau kontrak ini akan berlaku selama seumur hidup. Tidak mungkin juga kan saat saya tua renta nanti saya masih bekerja di Star Group?" desah Zevanya."Mungkin kedepannya akan ada kebijakan baru lagi untukmu. Tapi untuk saat ini, kami tidak bisa menerima surat pengunduruan dirimu. Kecuali, kamu mau menerima segala konsekuensinya."Barusan Zevanya membaca seluruh isi kontrak kerjanya itu. Jadi Zevanya tahu konsekuensi seperti apa yang Nila maksud. Selain akan mendapatkan tuntutan secara hukum dengan nominal yang sangat fantastis, Zevanya juga akan dipastikan menganggur selamanya karena ia akan di black list Star Group.Jika sudah masuk ke dalam daftar hitam Star Group, bisa dipastikan tidak akan ada satupun perusahaan yang akan menerimanya.
Dengan secangkir kopi Reynard di tangan kanannya, Zevanya mengetuk pintu ruang kerja Reynard dengan tangan kirinya. Ia telah mempersiapkan dirinya atas pertanyaan Reynard tentang alasannya mengundurkan diri dari Star Group.Itu pun kalau bagian HRD memang memberitahu Reynard perihal niat pengunduran dirinya barusan. Karena tadi Zevanya memohon pada Nila agar tidak memberitahunya pada Reynard maupun Marco. Ia tidak mau mendapatkan banyak pertanyaan karenanya.Setelah berkali-kali mengetuk, pintu itu akhirnya mengayun terbuka dengan Marco yang berdiri menjulang di depan Zevanya, pria itu melipat kedua tangannya di depan dadanya. Jantung Zevanya pun berdegup kencang, mungkinkah pada akhirnya Nila memberitahu Marcodan Reynard?Seketika otak Zevanya menjadi beku. Jawaban yang telah ia persiapkan pada apapun pertanyaan yang diajukan Reynard mengenai pengunduran dirinya nanti menghilang begitu saja. Ia seperti anak playgroup yang tidak tahu harus melakukan apa di hari pertamanya sekolah."Ke
Zevanya duduk menatap makan siangnya dengan tatapan kosong di lantai. Ia tidak menyentuh makanan itu sama sekali, bukan karena ia tidak lapar, tapi karena tangannya terlalu sakit untuk digerakkan.Setelah nyaris dua jam jongkok saat membersihkan seluruh lantai ruang kerja Reynard dengan sikat gigi, seluruh tubuh Zevanya menjadi luar biasa sakit, terutama kedua pahanya. Rasa nyerinya semakin menusuk tiap kali Zevanya melangkah.Sementara saat Zevanya duduk, punggungnya yang berdenyut nyeri. Ia butuh merebahkan dirinya untuk membuat otot-ototnya kembali rileks, namun bahkan mencari tempat duduk untuk makan di pantry saja tidak ada, apalagi sofa empuk untuk berbaring. Tidak mungkin ia berbaring di ruang kerja Reynard kan?Alhasil Zevanya hanya duduk bersila di lantai, hingga membuat punggungnya terasa semakin panas.'Ada analgesik di tasmu, aku memasukkannya saat kamu tidur semalam. Minum saja kalau kamu tiba-tiba pusing atau kelelahan seperti kemarin.'Ucapan Dira pagi tadi terngiang di
"Itulah kenyataannya, Tuan. Saya hanya menjawab sejujurnya, terlepas anda mau mempercayainya atau tidak."Zevanya tidak sepenuhnya jujur. Kenapa wanita itu beralasan tersandung karpet alih-alih kaki Nada?Ya, Reynard tahu penyebab sebenarnya Zevanya kehilangan keseimbangan, bukan karena wanita itu ceroboh, tapi karena kaki Nada yang sengaja menjegal kaki Zevanya, dan Reynard pun memanfaatkan insiden tadi untuk mengusir Nada beserta mama Lila, namun tetap menyalahkan Zevanya atas luka bakar yang ia terima itu.Reynard akan memanfaatkan kesalahan Zevanya itu untuk menghukumnya, sekaligus memancing ingatan Zevanya pada kejahatannya enam tahun yang lalu.Perlahan, Reynard melepaskan jasnya, lalu menyusul rompinya, dan terakhir kemejanya. Matanya terus tertuju pada Zevanya yang langsung memalingkan wajahnya sejak Reynard menanggalkan jasnya. Niat Reynard untuk menghukum Zevanya semakin kuat karenanya,"Kau lihat ini? Mau disengaja atau pun tidak, kau telah menyebabkan luka ini padaku!"Zeva
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak