Pagi hari berikutnya di Bukit Aston Village.Leroy sudah duduk di depan laptop dengan kemeja merah anggur lengan panjang. Rambutnya tersisir rapi. Sesekali dia menyesap kopi sambil mencermati surat kontrak mega proyek di layar laptop."Hemm!" Leroy bergumam. "Jay, meeting dimulai jam berapa?"Ruang kerja Leroy memiliki desain klasik dengan meja kayu besar, kursi kulit yang nyaman, dan rak buku yang penuh dengan koleksi buku. Ruangan ini dilengkapi dengan komputer, printer, dan peralatan kantor lainnya. Jendela besar memberikan pencahayaan alami yang cukup dan pemandangan hijau yang mengelilingi mansion. Dekorasi ruangan ini mencakup lukisan seni klasik dan tanaman hias untuk menambah suasana yang inspiratif dan produktif.Jay melirik jam di tangannya sekilas. "Jam 09:00 waktu kota Moco, Tuan. Itu artinya beda satu jam lebih lambat dari kota Aston.""Oke. Masih ada waktu 10 menit buat baca-baca isi surat kontraknya sebelum aku tanda tangan nanti." Leroy angguk-angguk. "Masih ada selem
Leroy dan Jay bersantai di dalam ruang billiard, tepatnya di area lounge dengan sofa empuk dan meja, tempat yang sempurna untuk bersantai.Jay Qasam, yang mendengar penjelasan Leroy berpikir bahwa Bastian Mamahit adalah seorang pemain. Dia meneguk bir kalengnya lagi. Sementara Leroy meletakkan rokok di asbak, lalu membuka bir kaleng. Jay yang semakin penasaran, langsung bertanya, "Saya pernah denger nama Pagoda Beats. Tapi sebatas yang saya tau, itu tempat kasino. Bener nggak, Tuan Muda? Apa Tuan Bastian penjudi?"Pagoda Beats terletak di kota Celestial, Venom. Pagoda Beats adalah salah satu kasino termegah dan terbesar di dunia. Kasino ini tidak hanya menawarkan pengalaman berjudi yang luar biasa, tetapi juga berbagai fasilitas mewah lainnya yang populer.Leroy menjawab, "Iya. Pagoda Beats adalah kasino sekaligus tempat pelacuran berkedok wisata. Ha! Ha! Ha!""Tuan Muda ngapain ke sana sama Tuan Bastian?" tanya Jay lagi. "Ada dua kalah judi dan berutang banyak?""Nggak. Tian emang p
Gina memberikan tepuk tangan meriah, "Bagus sekali, Bastian! Kamu mulai menguasai permainan ini."Leroy mengangguk setuju. "Kamu memang punya bakat, Bastian. Teruskan seperti itu!"Bartender membawakan anggur untuk mereka. Leroy langsung mengangkat gelasnya untuk bersulang. Mereka semua tertawa dan menikmati momen tersebut, merayakan setiap pukulan yang berhasil dan menikmati kebersamaan di ruang billiard yang mewah itu. Leroy mengambil giliran terakhirnya dengan penuh konsentrasi. Dia memukul bola putih dengan tepat, membuat bola hitam terakhir masuk ke dalam lubang."Permainan selesai!" serunya dengan senyum lebar. Gina dan Bastian memberikan tepuk tangan meriah, mengakui kemenangan Leroy."Selamat, Tuan Muda! Kamu memang hebat," kata Gina sambil tersenyum. Bastian mengangguk setuju, "Kamu benar-benar menguasai permainan ini."Leroy mengangkat gelasnya sekali lagi. Mereka semua bersulang.Ketika semua orang lengah, Bastian mendekati Gina. "Kamu sengaja deketin Tuan Muda? Kamu mau
"Gimana, Tuan Matteo?" tanya Ronaldーmanajer restoran Golden Alfa. "Apa semua kartu Anda bermasalah?"Matteo tidak bisa berkelit lagi. Dia gugup. Dia berusaha negosiasi dengan Ronald. Dengan tatapan memelas, Matteo berkata, "Nggak tau kenapa, semua kartu Saya terblokir. Saya lagi coba alternatif lain, Pak Ronald."Bisnis tetaplah bisnis. Nominal uang Rp 50 juta tidaklah sedikit. "Kalo gitu, hubungi anak kamu atau Sekretaris kamu aja, Tuan Matteo!" seru Ronald, emosi. Kemudian, dia mengangguk ke arah pintu. Detik berikutnya, 4 pria berbadan kekar masuk ke ruang VIP. Lutut Matteo lemas. Matteo menghubungi Issac, tetapi tidak ada jawaban. Lalu, dia menghubungi Adipati, tetapi tidak ada jawaban juga. "Ah, sial!" Matteo mulai kesal. "Kalo lagi butuh gini, orang-orang menghilang semuanya!"Matteo teringat akan sosok Viaーsang mantan sekretaris. Dia tanpa ragu menekan kontak Via. Namun tidak lama kemudian, terdengar suara operator seluler."Astaga! Apa Via udah blokir nomorku? Atau dia g
Brak!Matteo menutup pintu taksi. Dia telah sampai di rumah keluarga Opulent. Melihat tidak ada pergerakan dari para penjaga, Matteo berteriak, "Heh, buka gerbang sekarang!"Gerbang besar di kediaman keluarga Opulent tidak mungkin tidak tahu kalau Matteo telah pulang, kan?Gerbang kecil terbuka. Seorang penjaga pos depan berlari ke arah Matteo. "Tuan Matteo, Anda ngapain di sini?" tanya penjaga, santai."Dimana sopan santun kamu?" tegur Matteo, merasa tidak senang. "Kalian nggak denger taksi bunyikan klakson berulang kali, hah?! Cepat buka gerbangnya! Taksi mau masuk nganterin saya sampai ke dalam."Ketika Matteo hendak berbalik, penjaga tadi berteriak, "Tunggu, Tuan!"Matteo tidak berminat sama sekali untuk berlama-lama di luar gerbang. Matteo mengabaikan panggilan penjaga. Dia terus berjalan menuju taksi yang menunggunya. Dengan terpaksa, penjaga berteriak lagi, "Tuan Matteo, Anda nggak diizinkan masuk ke mansion ini!"Apa?! Tidak diizinkan masuk ke mansion keluarga Opulent?! Ko
"Apa-apaan ini?!" Rindy mengikuti langkah Matteo menuju ruang tengah. "Ngapain kamu bawa-bawa koper?! Jangan bilang kalo kamuー"Langkah Matteo melambat. Dia memberikan kopernya kepada Nanik. Matteo mengangguk saat pelayan itu menatapnya. "Bawa ke kamar!" perintah Matteo. Nanik tidak bergerak. Dia justru menatap Rindy.Matteo berdecak kesal. "Kenapa diem aja?" tegurnya. Usai Rindy mengangguk, Nanik pun pergi. "Dia, pelayanku. Wajar aja kalau dia nunggu instruksi dariku," kata Rindy, ketus.Bukannya mendengarkan penjelasan Rindy, Matteo melangkahkan kakinya ke sofa di ruang tengah dengan acuh tak acuh. Dia duduk di sana seolah tuan rumah.Rindy semakin tidak mengerti. Dia bergegas mendekati Matteo."Matteo, aku butuh penjelasan." Rindy duduk di sofa single yang berhadapan dengan Matteo. Dia menyilangkan kakinya. "Huhh," Matteo mendesah. "Iya, aku diusir."Rindy duduk tegak, menatap suaminya. Dia melotot."Apa?! Diusir?!" Rindy histeris. "Kok bisa?!"Jika Matteo telah diusir dari r
Pagi hari berikutnya di Dellas Village, Moco. Matteo dan Rindy sudah berada di ruang makan bersama Nanik."Di mana Finn?" tanya Matteo. 'Aku harus pastiin Finn ikutin semua kemauanku. Karena gimana pun juga, dia bisa masuk ke Sagari Tower karena aku. Dia harus balas budi.'Semua itu adalah kata hati Matteo. Dia menyeringai sebelum kembali mengunyah. Rindy menoleh kepada Nanik. "Finn semalem pulang, nggak?"Nanik mengisi penuh air mineral di gelas Rindy. Kemudian, Nanik berdiri di sisi kiri Rindy. "Tuan Finn pulang udah lewat tengah malem, Nyonya. Mau saya panggilkan?"Rindy menghela napas. "Anak itu pasti pergi buang-buang uang lagi," keluhnya, putus asa. "Dia masihー" Rindy mendengar suara langkah kaki dari arah pembatas ruangan. Dia dan semua orang menoleh dan melihat Finn berjalan dengan santai."Aku nggak buang-buang uang, Ma." Dia mencium pipi Rindy. Kemudian, duduk di sebelah ibu kandungnya. "Aku cuma mencari kesenangan aja."Raut cemas terukir di wajah Rindy. Dia menggeser
Matteo mencondongkan badan ke depan. Dia menatap Finn sambil tersenyum lebar. "Kamu yakin, sanggup beli rumah di kota Moco?"Sebagai ibukota negara Nephila, biaya hidup di kota Moco terlampau tinggi. Dengan upah minimum regional mencapai Rp 8 juta, terlalu mustahil bisa memiliki rumah mewah impian di pusat kota. Wajah Rindy dan Finn seketika memucat. Mereka berdua sama-sama tahu bahwa perkataan Matteo benar adanya."Ta-tapi, Matteoー" Rindy tergagap. "Aku nggak bermaksud ngerendahin Finn. Yaa, penghasilan Finn sebagai Presdir Sagari memang lebih dari cukup. Tapi, kamu tau harga tanah dan rumah di Dellas Village, kan?"Rata-rata penghuni Dellas Village adalah keluarga konglomerat dan pebisnis. Mereka hidup sederhana. T-shirt polos tanpa gambar, celana pendek dan sepatu kets menjadi pilihan gaya para pria kaya. Sedangkan para wanita kerap tampil sederhana. Mereka disebut-sebut sebagai old money kota Moco, termasuk keluarga Opulent. "Biasanya, old money nggak menghamburkan uang. Merek
Sebulan kemudian, di dalam kapal pesiar Opulent Majesty."Tuan Muda, tenanglah!"Itu adalah kata-kata menenangkan dari Adipati. Dia dan Jay berdiri di belakang Leroy yang memunggungi mereka."Paman, mana permen jerukku?" Leroy menjulurkan tangan meminta permennya.Adipati langsung memberikan satu buah permen padanya. Tanpa membalikkan badan, Leroy membuka bungkus permen."Tuan Muda, Anda ganteng banget pakai tuxedo begini!" Bastian memuji Leroy.Di kapal pesiar mewah inilah acara pernikahan Leroy dan Alexa akan digelar. Seminggu sebelumnya, Leroy dan Alexa telah mengucapkan janji suci pernikahan di rumah mewah Leroy yang berada di kawasan Opulent Manor Residences. Setelah dokter menyatakan kondisi kesehatan Eddy membaik, Leroy segera menggelar pernikahan dengan Alexa. Karena dia tidak ingin menundanya lagi. Plak!Assad memukul bokong Bastian dengan tongkatnya.Assad menegur cucunya. "Tian, jangan terus-terusan menggoda Tuan Muda!"Leroy mengenakan jas linen dengan warna pastel yang
"Kak, aku mohon pengampunan kamu." Leroy dan Alexa berjalan melewati keluarga David Donsu. Mereka mendengar suara Dita yang lemah. Lalu, keduanya menghentikan langkah. Bastian langsung berteriak, "Jaga Tuan dan Nyonya Muda!"Bastian tidak ingin keluarga Donsu menyentuh kedua tuannya. Jadi, dia memerintahkan para pengawal memblokir jalan.Dalam sekejap, Leroy dan Alexa sudah dikelilingi pengawal Geng Naga Merah. Leroy terlihat santai saat kedua mantan mertua dan mantan iparnya berlutut meminta pengampunan.Di sebelah kiri Dita, David dan istrinya menunduk, menatap lantai. "Kami berdua juga mohon pengampunan kamu, Roy." Di belakang mereka, Bahran memaksakan diri untuk berlutut. Hayden menjadi kesal.Hayden berkata dengan emosi, "Kakek, jangan begini! Kitaー"Bahran diam saja. Lalu, Grigory mengambil alih situasi. "Tuan Hayden, cepat berlutut!" pintanya. Hayden diam saja. Dia melihat seluruh anggota keluarga Donsu sudah berlutut mengikuti gestur tubuh Bahran.Grigory berkata lagi, "M
"Kamu pikir, kamu siapa?!"Alexa membalas ajakan Angeline. Dia tertawa sinis. "Kamu?!" Angeline menghentakkan kaki. Saat Angeline ingin bicara, Chika sudah bicara lebih dulu. "Eh, Nona! Kamu itu cuma pelakor," ujar Chika, tanpa tahu malu. "Cewek yang dicintai Tuan Leroy dari dulu sampai sekarang cuma Bu Angel. Sadar diri, dong!"Alexa tidak sedikit pun terprovokasi. Dia justru tertawa.Di masa lalu, Chika sama sekali tidak pernah menghormati Leroy. Tapi sekarang, setelah mengetahui identitas Leroy, Chika berusaha menjilatinya. Alexa bertanya dengan santai. "Suamiku, memang bener begitu?""Nggak."Hanya dengan menjawab satu kata, Alexa paham bahwa Leroy tidak ingin mengungkit masa lalu."Gina, karena dia udah menyebarkan hoax, tampar mulutnya 20 kali!" perintah Alexa, ketus.Usia Alexa 22 tahun. Dia wanita muda yang pemberani. Ditambah lagi, kedudukannya saat ini sebagai Nyonya Muda keluarga Opulent. Siapa yang berani cari mati padanya?"Baik, Nyonya." Gina langsung menampar mulut
"Apa?! Mama masuk rumah sakit dan Dokter nggak berani menangani?!"Detik itu juga, handphone Mario berdering. Denadaーadik bungsunya, menelepon. Pandangan Mario dan Angeline saling beradu. Dalam suasana hati yang tidak menentu, Mario berusaha menstabilkan emosi yang kian meningkat."Mama muntah darah. Aku ikut Charles dan Alric bawa Mama ke beberapa rumah sakit dan semuanya menolak."Dari nada bicara Denada, Mario tahu kondisi ibu kandungnya pasti tidak biasa. Apalagi ibunyaーJennings White, memiliki sakit pencernaan yang menahun. Mario Narawangsa adalah anak dari pasangan Henry dan Jennings. Anak pertama mereka bernama Charles Narawangsa, anak ke-2 Mario, anak ke-3 Alric dan anak ke-4 Denada."Apa kata mereka?" tanya Mario, khawatir."Mereka bilang ...." Suara Denada lenyap dan berganti suara isak tangis. Mario mulai panik. "Nada, pihak rumah sakit bilang apa?! Kenapa mereka nggak mau menangani Mama?""Mario, kamu memang pembawa bencana!"Itu adalah suara Charles. Dia dan Mario mema
"Vera, kamu ngapain di sini?!" Bahran tidak bisa menahan diri saat melihat wanitanya datang. Tapi, mengapa Vera memanggil Leroy dengan sebutan Tuan Muda juga? Bahran ingin menghampiri Vera, tetapi Hayden segera berteriak. "Grigory, jaga Kakek!" Romeo menatap anak pertamanyaーEdwin Donsu. "Lindungi Mama dan Zilla!" "Oke, Pa," sahut Edwin. "Ma, Zilla, ayo ke belakang!" Jay langsung berteriak, "Jangan ada yang beranjak! Atau kaki kalian akan dipotong!" Romeo dan keluarganya membeku. Mereka akhirnya pasrah. Begitu juga dengan keluarga Moiz dan David Donsu. Sebagian lantai ballroom sudah kotor karena darah Samuel. Wajah Samuel mulai memucat. Namun, pengawal Geng Naga Merah masih tidak melepaskannya. Jika Geng Naga Merah mampu memotong jari Samuel, tentu saja mereka juga mampu memotong kaki keluarga Donsu. Vera menatap sinis Bahran. "Aku ke sini bukan untuk kamu, Bahran. Jangan lupa, kita udah putus setahun yang lalu!" Benar! Vera telah memutuskan hubungannya dengan Bahran secara
"Kepala naga merah!"Seseorang berteriak. Para tamu undangan saling pandang. Begitu juga dengan kedua mempelai pengantin.Hayden menarik tangan ayahnya agar menjauh dari para pengawal. Kedua matanya memelototi lambang di dada para pengawal.Hayden menatap Bahran dan Austin. "Mundur!" teriaknya. Sebagai seorang CEO Donsu Group, Hayden tentu sudah bertemu lebih banyak orang. Jadi, dia sering mendengar tentang Geng Naga Merah yang populer itu.Karena Hayden sudah berkata seperti itu, maka Bahran hanya bisa menyuruh Grigory melakukan perintahnya. Sedangkan anggota keluarga Donsu lainnya hanya bisa patuh.Angeline tidak mengerti. Jadi, dia bertanya kepada Bahran. "Kakek, ini pesta pernikahanku dan Mario. Kenapa Kakek malah mengikuti perintah Hayden?" "Bu Angel, tenang dulu!" pinta Chikaーsang asisten, yang sejak tadi bersamanya. Mario gelisah. Dia terlahir dari keluarga kaya kelas satu. Maka, dia sudah pasti mengerti maksud Hayden.Mario mengguncang kedua bahu istrinya. "Angel, kamu ngga
"Clara, kamu udah nggak punya tempat di keluarga Donsu."Zumi melangkah maju mendekati Clara. Dia menatap sendu Clara seolah sudah lama menahan rasa rindu di hatinya. Clara melirik Bahran. "Tapiー"Bahran sama sekali tidak melirik Clara. Dari sikapnya itu, semua orang paham bahwa Bahran benar-benar sudah tidak memedulikannya.Grigory berkata, "Nona Clara, mulai hari ini, keluarga Donsu memutuskan hubungan denganmu."Grigory mengumumkan status Clara sesuai dengan keinginan Bahran.Clara tidak berdaya. Sekarang, dia harus ke mana?Tanpa tahu malu, Clara melirik mantan pacarnya. "Ando!" panggilnya. Ando tidak menoleh sedikit pun pada Clara. Tapi, Clara tidak akan berhenti berusaha memenangkan hatinya. Clara berjalan dengan cepat ke arah Ando. Lalu, meraih tangannya. "Ando, gimana pun juga, kita udah pernah tidur bareng sekali. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."Ando melepaskan tangan Clara, dan menatapnya jijik."Hah?! Yang bener aja! Jangan fitnah kamu!" seru Ando, tidak terima
Bruk!Bastian mendorong Clara ke hadapan Alexa. Orang tua dan kedua kakaknya terkejut. Mereka langsung menghampiri Clara. "Clara!" Sarah meneriaki nama anak perempuan satu-satunya. Lalu, memeluknya.Austin menatap Bastian. Dia geram. "Berani-beraninya kamu sentuh anakku!" Austin hendak mencengkram jas Bastian. Namun, Bastian menghindar dengan cepat."Paman Austin, benarkah Clara anak kandung kamu?" Leroy bertanya dengan santai. "Apa maksudnya?!" Sarah gugup. Namun, dia tetap memeluk Clara. Leroy berdiri dengan kedua tangan berada di belakang. "Nggak ada maksud apa-apa," jawabnya, datar. "Cuma mau mastiin aja."Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kerumunan. Dia berjalan menuju Clara. Leroy dan seluruh keluarga Mamahit memahami arti perubahan sikap Sarah. Sedangkan Alexa mencoba memahami situasi.Pria itu berteriak, "Sarah!" Suasana semakin tegang. Para tamu undangan mulai berbisik. "Siapa dia?""Iya. Siapa pria itu?""Tapi, wajahnya mirip banget sama Clara. Lihat aja hidun
"Aku ngaco?!"Ekspresi wajah negatif Gina muncul. Kedua alis Gina mengernyit. Lalu, dia menampilkan senyum yang dipaksakan.Gina melirik Bahran sinis. "Gimana kalo aku langsung panggil Bu Vera Wang aja? Anda pasti merindukan dia kan, Tuan Bahran?""Aーapa?!" Ujung-ujung jari Bahran bergetar. "Nggak! Jangan bilang dia ada di sini?!"Gerakan tubuh Bahran tampak gelisah. Bibirnya terkatup rapat. Jelas tergambar bahwa Bahran tidak suka dan tidak nyaman dengan permainan Gina. Gina menoleh ke pengawal keluarga Mamahit di belakangnya. "Bawa dia masuk!""Baik, Nona." Salah satu pengawal pergi. Jantung Bahran benar-benar kacau dibuatnya. Hayden tidak menyangka bahwa perempuan yang disukainya bersekongkol menjatuhkan keluarga Donsu. Hayden mendekati Gina. "Cukup, Gina!" Gina menatap Hayden sinis. "Apa?! Bukannya kamu sengaja deketin aku supaya bisa naik strata sosial kelas satu?!"Gina tidak menyembunyikan perasaannya lagi. Karena dia benar-benar sudah tidak tahan dengan kesombongan Hayden.