Pagi hari berikutnya di Dellas Village, Moco. Matteo dan Rindy sudah berada di ruang makan bersama Nanik."Di mana Finn?" tanya Matteo. 'Aku harus pastiin Finn ikutin semua kemauanku. Karena gimana pun juga, dia bisa masuk ke Sagari Tower karena aku. Dia harus balas budi.'Semua itu adalah kata hati Matteo. Dia menyeringai sebelum kembali mengunyah. Rindy menoleh kepada Nanik. "Finn semalem pulang, nggak?"Nanik mengisi penuh air mineral di gelas Rindy. Kemudian, Nanik berdiri di sisi kiri Rindy. "Tuan Finn pulang udah lewat tengah malem, Nyonya. Mau saya panggilkan?"Rindy menghela napas. "Anak itu pasti pergi buang-buang uang lagi," keluhnya, putus asa. "Dia masihー" Rindy mendengar suara langkah kaki dari arah pembatas ruangan. Dia dan semua orang menoleh dan melihat Finn berjalan dengan santai."Aku nggak buang-buang uang, Ma." Dia mencium pipi Rindy. Kemudian, duduk di sebelah ibu kandungnya. "Aku cuma mencari kesenangan aja."Raut cemas terukir di wajah Rindy. Dia menggeser
Matteo mencondongkan badan ke depan. Dia menatap Finn sambil tersenyum lebar. "Kamu yakin, sanggup beli rumah di kota Moco?"Sebagai ibukota negara Nephila, biaya hidup di kota Moco terlampau tinggi. Dengan upah minimum regional mencapai Rp 8 juta, terlalu mustahil bisa memiliki rumah mewah impian di pusat kota. Wajah Rindy dan Finn seketika memucat. Mereka berdua sama-sama tahu bahwa perkataan Matteo benar adanya."Ta-tapi, Matteoー" Rindy tergagap. "Aku nggak bermaksud ngerendahin Finn. Yaa, penghasilan Finn sebagai Presdir Sagari memang lebih dari cukup. Tapi, kamu tau harga tanah dan rumah di Dellas Village, kan?"Rata-rata penghuni Dellas Village adalah keluarga konglomerat dan pebisnis. Mereka hidup sederhana. T-shirt polos tanpa gambar, celana pendek dan sepatu kets menjadi pilihan gaya para pria kaya. Sedangkan para wanita kerap tampil sederhana. Mereka disebut-sebut sebagai old money kota Moco, termasuk keluarga Opulent. "Biasanya, old money nggak menghamburkan uang. Merek
Sementara itu di Bukit Aston Village.Jay berdiri di sisi kiri Leroy. Dia menunduk dan berbisik, "Tuan Muda, Anda udah terhubung dengan Gensler."Pagi ini, Leroy sudah duduk di ruang kerja rumahnya bersama Jay dan Assad. Meeting online bersama Gensler akan dimulai sebentar lagi. Gensler adalah firma arsitektur internasional yang mendesain Sagari Tower melalui tangan kreatif dan otak cemerlang seorang arsitektur Armand Delacroix.Leroy mengangguk saat menatap wajah-wajah tegang di layar laptop. Dia tidak mengenali ketiga wajah itu.Seorang pria kurus di layar laptop mulai menyapa Leroy. "Selamat pagi, Tuan Muda. Suatu kebanggaan tersendiri dan kehormatan besar bagi Gensler bisa bertatap muka dengan Anda pada meeting online ini."Pria itu gugup, tetapi masih bisa tersenyum. Dia luar biasa hebat mengontrol dirinya agar tidak mengecewakan Leroy."Saya, Louis PastelleーPresdir Gensler," ujar si pria memperkenalkan diri. Seorang Presdir ikut turun tangan melayani Leroy. Apakah tidak terden
Jay membawakan dokumen dan menyerahkannya kepada Leroy. "Tuan, ini daftar yang dikirim Paman Adipati. Saya udah print semuanya.""Ini dokumen apa, Jay?" Assad bertanya karena rasa penasarannya. "Kok tebal banget gini?"Meeting online dengan Gensler sudah selesai. Namun, Leroy masih berada di dalam ruang kerjanya bersama Jay dan Assad. "Ini daftar semua aset atas nama Nyonya Niken yang sekarang ada di tangan Tuan Matteo dan Nyonya Rindy." Jay menjawab dengan mantap. "Termasuk daftar pulau pribadi Nyonya Niken yang dikuasai oleh Nyonya Rindy dan daftar kartu kredit maupun debit.""Astaga!" pekik Assad. "Apa semua kartunya udah dibekukan?" Sesuai rencana Leroy sebelumnya, dia akan mengambil kembali semua harta mendiang ibunya dari tangan Matteo dan Rindy. "Udah, Tuan. Pagi ini, Paman Adipati bekukan semua kartu Nyonya Rindy Buana," sahut Jay. Assad angguk-angguk. Dia menghela napas. "Segitu beratnya hidup kamu, Roy. Mental kamu bener-bener terlatih."Jay melihat Leroy mengambil dokum
Saat Faisal membuka pintu kamar utama, dia melihat Rindy sudah selesai mandi. Tubuh seksi Rindy dibalut handuk putih. Sambil mengeringkan rambutnya, Rindy bertanya, "Kamu dari mana?" Awalnya, Faisal gugup. Namun siapa sangka, dia sudah berlatih untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan rasa takut ataupun gugup!Faisal tahu, satu kesalahan kecil mampu membongkar penyamarannya. Selain itu, akan membahayakan nyawa Faisal dan keluarganya. Selanjutnya, Faisal menyusun cerita palsu tentang dirinya.Faisal memeluk Rindy dari belakang. "Nyonya, rumah Anda besar dan mewah banget!"Rindy merasa tersanjung. Dia tersenyum lebar sambil meletakkan alat pengering rambut di atas meja rias.Rindy penasaran dengan tujuan Faisal memuji rumahnya. "Terus?" Faisal memasang ekspresi serius di wajahnya. "Jujur aja, aku lagi nyari kerjaan sampingan. Ibuku ngeluh kekurangan uang." Faisal berharap, cerita palsu ini akan membuat posisinya aman dan lebih mudah diterima oleh Rindy.Faisal membuka ikatan handuk
Wajah Matteo berubah frustasi. Dia langsung menempelkan jari telunjuknya di bibir. "Sssttt!" Matteo celingukan. "Jangan ngomong sembarangan lagi! Nanti ada yang nguping, Rindy."Rindy mengatupkan mulutnya detik itu juga. Dia tegang untuk sesaat.Rindy mencondongkan badan. Dia berbisik, "Maafin sikap ceroboh ku. Tapi, rumah ini bebas dari biang gosip."Matteo menatap istrinya tanpa berkedip. "Kamu yakin? Aku baru kali ini tinggal di sini. Aku nggak tau karakter pelayan-pelayan kamu." Rindy mengangguk. "Nggak akan ada, Matteo."Nanik hanya terdiam. Dia mengira, Matteo sedang menyinggungnya.***Setelah makan malam, Finn kembali. Dia dan Matteo berada di ruang kerja tanpa Rindy.Matteo duduk dengan gelisah di sofa panjang. Finn duduk di meja kerja mengaktifkan komputer. "Finn, kamu jadi bantu saya, kan?" Matteo bertanya dengan penuh harap kepada anak tirinya.Finn menjawab, "Iya. Tenang aja, Pak Matteo! Aku akan bantu Anda sesuai dengan janjiku tadi pagi."Finn memutuskan untuk tetap
"Tuan, Paman Adipati telepon. Katanya, ada hal penting."Jay baru saja datang ke ruang kerja Leroy. Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam waktu kota Aston. Namun, Leroy masih sibuk berkutat dengan komputer. Jay menyodorkan ponselnya kepada Leroy. "Ya, Paman? Ada apa? Kenapa belum tidur?" Leroy tahu, Adipati menggantikan posisinya di perusahaan Sagari. Banyak hal yang diurus oleh Adipati. Itulah sebabnya, Leroy mengkhawatirkan pria itu. "Masih terlalu awal untuk istirahat, Tuan Muda." Dingin dan tegas. Itulah ciri-ciri Adipati.Leroy menyandarkan kepalanya. Dia menatap langit-langit ruang kerja. "Ada hal tentang Faisal yang ingin saya laporkan malam ini," kata Adipati di ujung telepon. "Kenapa? Dia buat ulah lagi?"Leroy mencoba menebak-nebak. Namun kali ini, tebakannya salah."Saya udah kirim dua rekaman percakapan di kediaman Nyonya Niken yang sekarang ditempati oleh Rindy Buana dan Tuan Matteo."Leroy mendengarkan penjelasan Adipati sambil membuka rekaman percakapan dari han
Pagoda Village nomor 7, kota Aston. Hari Sabtu pukul 04:00 sore. Seluruh anggota keluarga Donsu telah hadir di ruang tamu. Mereka akan merayakan ulang tahun Tuan Besar Bahran yang ke-80 yang hanya dihadiri keluarga inti.Bahran duduk di kursi kayu jati buatan perusahaannya sendiri sambil senyum-senyum melihat tumpukan hadiah dari menantu dan cucu-cucunya di sudut ruangan. Meskipun begitu, hadiah istimewa dari anak-anaknya masih belum Bahran terima.Semua anak kandung Bahran telah menyiapkan hadiah yang mahal. Mereka akan memamerkannya di depan Bahran."Selamat ulang tahun, Pa," ucap Austinーanak pertama keluarga Donsu. "Papa pasti akan panjang umur sampai 100 tahun lebih."Austin memberikan sebuah kotak hadiah kecil yang dibungkus kertas kado perak kepada Bahran. Mahdalena, anak ke-3 di keluarga Donsu bertanya, "Austin, apa isinya?" Bahran dan semua orang memiliki pertanyaan yang sama seperti Mahdalena. "Oh, cuma hadiah kecil. Yaaa, sebuah mobil Alphard keluaran terbaru seharga Rp
Sebulan kemudian, di dalam kapal pesiar Opulent Majesty."Tuan Muda, tenanglah!"Itu adalah kata-kata menenangkan dari Adipati. Dia dan Jay berdiri di belakang Leroy yang memunggungi mereka."Paman, mana permen jerukku?" Leroy menjulurkan tangan meminta permennya.Adipati langsung memberikan satu buah permen padanya. Tanpa membalikkan badan, Leroy membuka bungkus permen."Tuan Muda, Anda ganteng banget pakai tuxedo begini!" Bastian memuji Leroy.Di kapal pesiar mewah inilah acara pernikahan Leroy dan Alexa akan digelar. Seminggu sebelumnya, Leroy dan Alexa telah mengucapkan janji suci pernikahan di rumah mewah Leroy yang berada di kawasan Opulent Manor Residences. Setelah dokter menyatakan kondisi kesehatan Eddy membaik, Leroy segera menggelar pernikahan dengan Alexa. Karena dia tidak ingin menundanya lagi. Plak!Assad memukul bokong Bastian dengan tongkatnya.Assad menegur cucunya. "Tian, jangan terus-terusan menggoda Tuan Muda!"Leroy mengenakan jas linen dengan warna pastel yang
"Kak, aku mohon pengampunan kamu." Leroy dan Alexa berjalan melewati keluarga David Donsu. Mereka mendengar suara Dita yang lemah. Lalu, keduanya menghentikan langkah. Bastian langsung berteriak, "Jaga Tuan dan Nyonya Muda!"Bastian tidak ingin keluarga Donsu menyentuh kedua tuannya. Jadi, dia memerintahkan para pengawal memblokir jalan.Dalam sekejap, Leroy dan Alexa sudah dikelilingi pengawal Geng Naga Merah. Leroy terlihat santai saat kedua mantan mertua dan mantan iparnya berlutut meminta pengampunan.Di sebelah kiri Dita, David dan istrinya menunduk, menatap lantai. "Kami berdua juga mohon pengampunan kamu, Roy." Di belakang mereka, Bahran memaksakan diri untuk berlutut. Hayden menjadi kesal.Hayden berkata dengan emosi, "Kakek, jangan begini! Kitaー"Bahran diam saja. Lalu, Grigory mengambil alih situasi. "Tuan Hayden, cepat berlutut!" pintanya. Hayden diam saja. Dia melihat seluruh anggota keluarga Donsu sudah berlutut mengikuti gestur tubuh Bahran.Grigory berkata lagi, "M
"Kamu pikir, kamu siapa?!"Alexa membalas ajakan Angeline. Dia tertawa sinis. "Kamu?!" Angeline menghentakkan kaki. Saat Angeline ingin bicara, Chika sudah bicara lebih dulu. "Eh, Nona! Kamu itu cuma pelakor," ujar Chika, tanpa tahu malu. "Cewek yang dicintai Tuan Leroy dari dulu sampai sekarang cuma Bu Angel. Sadar diri, dong!"Alexa tidak sedikit pun terprovokasi. Dia justru tertawa.Di masa lalu, Chika sama sekali tidak pernah menghormati Leroy. Tapi sekarang, setelah mengetahui identitas Leroy, Chika berusaha menjilatinya. Alexa bertanya dengan santai. "Suamiku, memang bener begitu?""Nggak."Hanya dengan menjawab satu kata, Alexa paham bahwa Leroy tidak ingin mengungkit masa lalu."Gina, karena dia udah menyebarkan hoax, tampar mulutnya 20 kali!" perintah Alexa, ketus.Usia Alexa 22 tahun. Dia wanita muda yang pemberani. Ditambah lagi, kedudukannya saat ini sebagai Nyonya Muda keluarga Opulent. Siapa yang berani cari mati padanya?"Baik, Nyonya." Gina langsung menampar mulut
"Apa?! Mama masuk rumah sakit dan Dokter nggak berani menangani?!"Detik itu juga, handphone Mario berdering. Denadaーadik bungsunya, menelepon. Pandangan Mario dan Angeline saling beradu. Dalam suasana hati yang tidak menentu, Mario berusaha menstabilkan emosi yang kian meningkat."Mama muntah darah. Aku ikut Charles dan Alric bawa Mama ke beberapa rumah sakit dan semuanya menolak."Dari nada bicara Denada, Mario tahu kondisi ibu kandungnya pasti tidak biasa. Apalagi ibunyaーJennings White, memiliki sakit pencernaan yang menahun. Mario Narawangsa adalah anak dari pasangan Henry dan Jennings. Anak pertama mereka bernama Charles Narawangsa, anak ke-2 Mario, anak ke-3 Alric dan anak ke-4 Denada."Apa kata mereka?" tanya Mario, khawatir."Mereka bilang ...." Suara Denada lenyap dan berganti suara isak tangis. Mario mulai panik. "Nada, pihak rumah sakit bilang apa?! Kenapa mereka nggak mau menangani Mama?""Mario, kamu memang pembawa bencana!"Itu adalah suara Charles. Dia dan Mario mema
"Vera, kamu ngapain di sini?!" Bahran tidak bisa menahan diri saat melihat wanitanya datang. Tapi, mengapa Vera memanggil Leroy dengan sebutan Tuan Muda juga? Bahran ingin menghampiri Vera, tetapi Hayden segera berteriak. "Grigory, jaga Kakek!" Romeo menatap anak pertamanyaーEdwin Donsu. "Lindungi Mama dan Zilla!" "Oke, Pa," sahut Edwin. "Ma, Zilla, ayo ke belakang!" Jay langsung berteriak, "Jangan ada yang beranjak! Atau kaki kalian akan dipotong!" Romeo dan keluarganya membeku. Mereka akhirnya pasrah. Begitu juga dengan keluarga Moiz dan David Donsu. Sebagian lantai ballroom sudah kotor karena darah Samuel. Wajah Samuel mulai memucat. Namun, pengawal Geng Naga Merah masih tidak melepaskannya. Jika Geng Naga Merah mampu memotong jari Samuel, tentu saja mereka juga mampu memotong kaki keluarga Donsu. Vera menatap sinis Bahran. "Aku ke sini bukan untuk kamu, Bahran. Jangan lupa, kita udah putus setahun yang lalu!" Benar! Vera telah memutuskan hubungannya dengan Bahran secara
"Kepala naga merah!"Seseorang berteriak. Para tamu undangan saling pandang. Begitu juga dengan kedua mempelai pengantin.Hayden menarik tangan ayahnya agar menjauh dari para pengawal. Kedua matanya memelototi lambang di dada para pengawal.Hayden menatap Bahran dan Austin. "Mundur!" teriaknya. Sebagai seorang CEO Donsu Group, Hayden tentu sudah bertemu lebih banyak orang. Jadi, dia sering mendengar tentang Geng Naga Merah yang populer itu.Karena Hayden sudah berkata seperti itu, maka Bahran hanya bisa menyuruh Grigory melakukan perintahnya. Sedangkan anggota keluarga Donsu lainnya hanya bisa patuh.Angeline tidak mengerti. Jadi, dia bertanya kepada Bahran. "Kakek, ini pesta pernikahanku dan Mario. Kenapa Kakek malah mengikuti perintah Hayden?" "Bu Angel, tenang dulu!" pinta Chikaーsang asisten, yang sejak tadi bersamanya. Mario gelisah. Dia terlahir dari keluarga kaya kelas satu. Maka, dia sudah pasti mengerti maksud Hayden.Mario mengguncang kedua bahu istrinya. "Angel, kamu ngga
"Clara, kamu udah nggak punya tempat di keluarga Donsu."Zumi melangkah maju mendekati Clara. Dia menatap sendu Clara seolah sudah lama menahan rasa rindu di hatinya. Clara melirik Bahran. "Tapiー"Bahran sama sekali tidak melirik Clara. Dari sikapnya itu, semua orang paham bahwa Bahran benar-benar sudah tidak memedulikannya.Grigory berkata, "Nona Clara, mulai hari ini, keluarga Donsu memutuskan hubungan denganmu."Grigory mengumumkan status Clara sesuai dengan keinginan Bahran.Clara tidak berdaya. Sekarang, dia harus ke mana?Tanpa tahu malu, Clara melirik mantan pacarnya. "Ando!" panggilnya. Ando tidak menoleh sedikit pun pada Clara. Tapi, Clara tidak akan berhenti berusaha memenangkan hatinya. Clara berjalan dengan cepat ke arah Ando. Lalu, meraih tangannya. "Ando, gimana pun juga, kita udah pernah tidur bareng sekali. Aku mau minta pertanggung jawaban kamu."Ando melepaskan tangan Clara, dan menatapnya jijik."Hah?! Yang bener aja! Jangan fitnah kamu!" seru Ando, tidak terima
Bruk!Bastian mendorong Clara ke hadapan Alexa. Orang tua dan kedua kakaknya terkejut. Mereka langsung menghampiri Clara. "Clara!" Sarah meneriaki nama anak perempuan satu-satunya. Lalu, memeluknya.Austin menatap Bastian. Dia geram. "Berani-beraninya kamu sentuh anakku!" Austin hendak mencengkram jas Bastian. Namun, Bastian menghindar dengan cepat."Paman Austin, benarkah Clara anak kandung kamu?" Leroy bertanya dengan santai. "Apa maksudnya?!" Sarah gugup. Namun, dia tetap memeluk Clara. Leroy berdiri dengan kedua tangan berada di belakang. "Nggak ada maksud apa-apa," jawabnya, datar. "Cuma mau mastiin aja."Tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kerumunan. Dia berjalan menuju Clara. Leroy dan seluruh keluarga Mamahit memahami arti perubahan sikap Sarah. Sedangkan Alexa mencoba memahami situasi.Pria itu berteriak, "Sarah!" Suasana semakin tegang. Para tamu undangan mulai berbisik. "Siapa dia?""Iya. Siapa pria itu?""Tapi, wajahnya mirip banget sama Clara. Lihat aja hidun
"Aku ngaco?!"Ekspresi wajah negatif Gina muncul. Kedua alis Gina mengernyit. Lalu, dia menampilkan senyum yang dipaksakan.Gina melirik Bahran sinis. "Gimana kalo aku langsung panggil Bu Vera Wang aja? Anda pasti merindukan dia kan, Tuan Bahran?""Aーapa?!" Ujung-ujung jari Bahran bergetar. "Nggak! Jangan bilang dia ada di sini?!"Gerakan tubuh Bahran tampak gelisah. Bibirnya terkatup rapat. Jelas tergambar bahwa Bahran tidak suka dan tidak nyaman dengan permainan Gina. Gina menoleh ke pengawal keluarga Mamahit di belakangnya. "Bawa dia masuk!""Baik, Nona." Salah satu pengawal pergi. Jantung Bahran benar-benar kacau dibuatnya. Hayden tidak menyangka bahwa perempuan yang disukainya bersekongkol menjatuhkan keluarga Donsu. Hayden mendekati Gina. "Cukup, Gina!" Gina menatap Hayden sinis. "Apa?! Bukannya kamu sengaja deketin aku supaya bisa naik strata sosial kelas satu?!"Gina tidak menyembunyikan perasaannya lagi. Karena dia benar-benar sudah tidak tahan dengan kesombongan Hayden.