Mario dengan berani melamar Angeline di depan semua orang. Dia menunjukkan cincin berlian di tangannya. Wajah kedua orang tua Angeline merona bahagia, begitu juga dengan Bahran. Suasana ruang tamu berubah gaduh. Beberapa anggota keluarga Donsu memberikan pendapat. Austin yang pertama kali menyampaikan pendapat. "David, ini kesempatan langka buat Angel. Aku harap, kamu mempertimbangkan lamaran Tuan Mario." "Kalo Angel nikah sama Tuan Mario, maka keluarga Kak David bisa manjat strata sosial yang lebih tinggi," imbuh Mahdalena. "Itu juga menguntungkan bagi keluarga Donsu di kota Aston. Iya kan, Pa? Toh, umur mereka berdua nggak begitu jauh." Semua orang diam. Mereka menunggu Bahran berbicara. Angeline berusia 25 tahun, sedangkan Mario 35 tahun. Usia mereka terpaut 10 tahun. "Cepet ceraikan Suami nggak guna itu, Angel! Aku yakin banget, hidup kamu pasti terjamin sama Tuan Mario." Pria yang terakhir berbicara itu Moiz. Tampaknya semua orang menyetujui lamaran Mario. Kini giliran
"Ha! Ha! Ha!" Leroy tertawa. "Baiklah kalo itu mau kalian. Bawa sini surat cerainya!"Leroy dengan entengnya menyetujui ide perceraian. Dia tidak perlu menyembunyikan perasaannya lagi di depan semua orang.Angeline segera mendekati Leroy. Dia menyodorkan surat cerai padanya. "Ini surat cerainya." Angeline menoleh ke arah Ammar. Lalu, berseru, "Paman Ammar, kasih Leroy pena!"Ekspresi wajah Angeline dan Mario sama-sama terlihat bahagia. Keduanya bergandengan tangan mesra dan tidak ada seorang pun anggota keluarga Donsu yang menegur mereka.Leroy melihat mereka dengan tatapan jijik. Dia sudah lama tidak pulang. Istrinya tidak bertanya apa-apa, tetapi justru memamerkan kemesraan dengan pria lain.Dengan segera, Ammar memberikan Leroy pena. "Silakan, Tuan Leroy!"Surat cerai dan pena sudah di tangan. Namun, Leroy belum juga menandatanganinya. Dia bahkan terlihat ragu-ragu."Apa lagi yang kamu tunggu, Roy?" Angeline menegur Leroy. "Cepetan tanda tangan!"Leroy mengalihkan pandangan dari A
Austin maju selangkah. "Papa nggak akan kasih Roy uang, kan?!"Suasana gaduh pun berubah hening. Semua mata mengarah kepada Bahran. Ada sesuatu yang menarik perhatian Leroy. Dia memperhatikan pilar-pilar besar yang menjulang tinggi. Selain memberikan kesan kokoh dan megah, pilar yang terbuat dari marmer putih dengan ukiran rumit ini tidak hanya berfungsi sebagai penyangga, tetapi juga sebagai elemen dekoratif yang memperindah ruangan.Ruang tamu ini memiliki langit-langit tinggi. Bahran kembali duduk di sofa besar berbahan beludru yang berada di tengah ruangan, tepat di bawah lampu gantung kristal yang megah. "Jangan bilang, manusia sampah ini ngemis dan berhasil meluluhkan hati Kakek?!"Seseorang berteriak dari ambang pintu. Dia adalah Samuel Donsu, 30 tahunーanak pertama pasangan Austin Donsu dan Sarah Tengker."Kak Samuel!" Clara berseru manja ketika melihat sosok kakaknya yang tampan dan mapan datang. 'Diーdia Samuel?' Leroy memandangi Samuel. Dia mencoba mengingat sosoknya, tet
Samuel menoleh pada Leroy. "Apa kamu pikir, Rp 1 triliun itu jumlah yang sedikit?!" "Heh, pecundang! Kamu pikir, keluarga Donsu donatur di panti sosial?!" maki Mahdalena. Meskipun Mahdalena sangat antusias memaki Leroy, tetapi tidak dengan kedua anaknya. Edwin Donsu dan Zilla Donsu adalah anak dari pasangan Romeo Fernandez dan Mahdalena Donsu. Keduanya sejak tadi hanya diam saja. Karena mereka menjaga harga diri Romeo yang tidak bekerja. Leroy dengan berani meminta hadiah kepada Bahran di saat seluruh anggota keluarga Donsu memberikan hadiah. Akibatnya, semua orang menghina Leroy. Leroy tidak terpengaruh dengan kata makian Mahdalena ataupun anggota keluarga Donsu lainnya. Sikap tenangnya membuat Angeline geram. "Kamu bisa diem nggak, Roy?! Jangan malu-maluin aku!" tegur Angeline. Leroy mengabaikan Angeline. Dia belum juga menandatangani surat perceraian. Leroy berkata dengan datar, "Harga satu unit rumah di Perumahan Bukit Aston Village blok A mencapai Rp 77,1 triliun. Sedang
Bahran memerintahkan David untuk mencambuk Leroy, tetapi Austin justru terlihat sangat antusias. "Pa, gimana kalo aku aja yang cambuk Roy? Karena aku anak pertama keluarga Donsu. Akulah yang bertanggung jawab pertama kali jika terjadi sesuatu pada keluarga ini." Austin menawarkan diri. Dia mengambil pusaka cemeti dari tangan Bahran. Austin ingin melampiaskan amarahnya kepada Leroy yang telah lama terpendam. Meskipun Austin sudah berkata seperti itu, tetapi David tetap berjalan menuju Bahran. Dia mengulurkan tangannya merebut pusaka cemeti dari tangan Austin. "Kalian tau? Dia nggak pulang lebih dari 20 hari." David menatap Leroy tanpa senyum. "Hah?! Yang bener aja?! Terus, dia pergi ke mana selama lebih dari 20 hari?!" Austin terkaget-kaget. "Apa dia punya wanita simpanan?" Magdalena bertanya sambil menatap Leroy sinis. David menggeleng. Karena dia sendiri tidak tahu. "Gimana pun juga, aku ini mertuanya. Jadi, biar aku yang mendisiplinkan menantuku. Karena itu memang
Seorang pria tidak boleh asal berlutut. Lalu, mengapa Leroy tidak bangun saja dan melakukan perlawanan? Apakah dia terlalu pengecut?"Cepat cambuk dia!" Suara Bahran yang lantang menggema di ruang tamu. Bukan hanya anggota keluarga Donsu yang ingin melihat Leroy berteriak kesakitan, tetapi juga Mario. "Kerahkan tenaga kamu, Angel!" Mario mengingatkan.Saat berada di situasi berbahaya, Leroy justru terlihat sangat tenang. Sikapnya berhasil memancing emosi semua orang. "Leroy, kamu tau? Selama bertahun-tahun, aku nahan malu karena punya Suami nggak guna kayak kamu. Sekarang adalah waktu yang tepat buat bales rasa sakit hatiku."Usai melontarkan kata-kata yang menyakiti hati Leroy, Angeline dengan yakin mengayunkan tangan untuk mencambuk suaminya sendiri. Melihat hal itu, Leroy masih berlutut sambil melirik ke belakang. Dia menyeringai. Tidak disangka, Leroy berhasil menangkap pecut yang hampir mengenai punggungnya dalam sekejap. Lalu, dia menariknya kuat-kuat hingga pusaka cemeti N
Pukul 07:00 malam di kota Aston.Setelah sore tadi berkumpul di Pagoda Village nomor 7, Bahran dan seluruh anggota keluarga Donsu sudah sampai di Hotel Paramount kota Aston. "Kakek, lupain sejenak kejadian di rumah tadi!" Hayden berada di samping Bahran untuk menghiburnya. "Ini acara besar Anda. Jangan lewatkan kesempatan bertemu dengan orang-orang penting di kota Aston!"Di belakang mereka, Grigory berdiri dengan setia. Dia adalah Sekretaris andalan Bahran, sekaligus asisten pribadinya. "Tuan Muda Hayden benar, Tuan," timpal Grigory. "Maaf, saya nggak ada saat terjadi kekacauan tadi. Saya sibuk mengurus pesta Anda.""Seenggaknya Roy nggak akan berani hadir di hotel ini," imbuh Samuel. Kedua matanya menyapu pemandangan di dalam ballroom, memastikan tidak ada sosok Leroy. Seperti yang dirumorkan, Bahran menghabiskan banyak uang untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Hotel Paramount kota Aston. Hotel ini adalah hotel yang biasa digunakan Angeline dan Mario untuk memadu kasih.B
"Ah, aーapa?" Bahran tidak mengerti makna kata-kata Gina. Karena ini adalah kali pertama mereka bertemu secara langsung.Rendra diam saja. Dia tidak berani menyela Gina. Karena dia sendiri tidak ingin posisinya terancam. Maka, hal yang bisa Rendra lakukan hanyalah tertawa. "Ha! Ha! Ha! Bu Gina memang memiliki selera humor berbeda," kata Rendra dengan senyum yang dipaksakan.Untuk mencairkan suasana, Hayden mencoba menengahi meskipun dia sendiri pun tidak mengerti maksud Gina. "Mari minum, Bu Gina! Saya akan ambilkan Anda minum." Gina menatap Rendra. "Kamu di sini aja!"Gina terpaksa menerima ajakan Hayden. Dia pergi begitu saja meninggalkan Bahran. Bahran terbengong-bengong dengan sikap Gina. Jika Gina bersikap acuh tak acuh pada orang lain, maka bukankah seharusnya Bahran tidak perlu tersinggung?Melihat kakeknya terkejut, Angeline segera menghiburnya. "Kakek, Bu Gina memang begitu. Waktu acara pembukaan OpH cabang kota Aston aja dia berani ngelawan orang-orang yang menindasnya."