Pukul 07:00 malam di kota Aston.Setelah sore tadi berkumpul di Pagoda Village nomor 7, Bahran dan seluruh anggota keluarga Donsu sudah sampai di Hotel Paramount kota Aston. "Kakek, lupain sejenak kejadian di rumah tadi!" Hayden berada di samping Bahran untuk menghiburnya. "Ini acara besar Anda. Jangan lewatkan kesempatan bertemu dengan orang-orang penting di kota Aston!"Di belakang mereka, Grigory berdiri dengan setia. Dia adalah Sekretaris andalan Bahran, sekaligus asisten pribadinya. "Tuan Muda Hayden benar, Tuan," timpal Grigory. "Maaf, saya nggak ada saat terjadi kekacauan tadi. Saya sibuk mengurus pesta Anda.""Seenggaknya Roy nggak akan berani hadir di hotel ini," imbuh Samuel. Kedua matanya menyapu pemandangan di dalam ballroom, memastikan tidak ada sosok Leroy. Seperti yang dirumorkan, Bahran menghabiskan banyak uang untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di Hotel Paramount kota Aston. Hotel ini adalah hotel yang biasa digunakan Angeline dan Mario untuk memadu kasih.B
"Ah, aーapa?" Bahran tidak mengerti makna kata-kata Gina. Karena ini adalah kali pertama mereka bertemu secara langsung.Rendra diam saja. Dia tidak berani menyela Gina. Karena dia sendiri tidak ingin posisinya terancam. Maka, hal yang bisa Rendra lakukan hanyalah tertawa. "Ha! Ha! Ha! Bu Gina memang memiliki selera humor berbeda," kata Rendra dengan senyum yang dipaksakan.Untuk mencairkan suasana, Hayden mencoba menengahi meskipun dia sendiri pun tidak mengerti maksud Gina. "Mari minum, Bu Gina! Saya akan ambilkan Anda minum." Gina menatap Rendra. "Kamu di sini aja!"Gina terpaksa menerima ajakan Hayden. Dia pergi begitu saja meninggalkan Bahran. Bahran terbengong-bengong dengan sikap Gina. Jika Gina bersikap acuh tak acuh pada orang lain, maka bukankah seharusnya Bahran tidak perlu tersinggung?Melihat kakeknya terkejut, Angeline segera menghiburnya. "Kakek, Bu Gina memang begitu. Waktu acara pembukaan OpH cabang kota Aston aja dia berani ngelawan orang-orang yang menindasnya."
Bahran meminta Moiz mengikuti Leroy. Dia berdiri di sisi kanan panggung bersama anggota keluarga Donsu lainnya. Bahran geram. Dia adalah kepala keluarga Donsu yang mementingkan reputasi. Tapi malam ini, mau ditaruh di mana wajah keluarga Donsu? Leroy secara terang-terangan menceraikan Angeline. Dia juga mengungkapkan kehamilan Angeline dengan pria lain. Ini benar-benar di luar dugaan Bahran! Hayden menuntun Bahran untuk duduk. Keluarga Donsu yang lain berdiri mengelilinginya dengan raut wajah cemas. "Tuan, minum dulu!" Grigory memberikan air mineral. Dia berdiri di sampingnya. Angeline tidak pandai mengontrol emosi. Ini tidak seperti bayangannya. Dia menatap Mario yang sejak tadi tidak berbicara. Mario juga melepaskan tangan Angeline dari lengannya dengan kasar. Angeline merasakan perubahan pada sikap Mario. Dia memanggilnya dengan suara yang serak, "Mario?" Ketika semua orang sedang menatap Mario, tiba-tiba ponselnya berdering. Mario membaca nama penelepon di layar ponsel.
Sementara itu di dalam mobil, Leroy duduk bersebelahan dengan Jay di kursi penumpang. Gina duduk di samping Ricky yang memegang kemudi. Gina diam-diam mendambakan sosok Leroy. Dia memiliki banyak kesempatan untuk bersama Leroy. Dia juga memiliki banyak rencana untuk mendekati Leroy. Namun, Bastian mati-matian menentang dan memperingatkannya dengan keras. Gina mendesah pelan saat menatap Leroy dari kaca spion. "Tuan Muda, Anda udah tunjukkan identitas asli di depan keluarga Donsu. Tapi, kayaknya mereka nggak gampang percaya. Jadi, sekarang gimana?"Gina membuka percakapan di saat Leroy sibuk membaca laporan persiapan kompetisi desain perhiasan dari Ezra. Jay sedang membaca pesan yang masuk dari Adipati. "Itu bukan masalah besar," sahutnya. "Justru itu bagus untuk Tuan Muda.""Hah?! Apanya yang bagus?!" Gina meninggikan suara. "Aku maunya Tuan Muda menampar mereka semua yang udah merendahkannya, Jay.""Nggak perlu buru-buru," sela Leroy, tenang. "Masih ada beberapa rencana untuk jat
Pukul 11:00 siang di Pagoda Village nomor 7, kota Aston. Hayden mungkin tidak sepenuhnya menyadari niat Gina yang sebenarnya. Jika seseorang telah dimabukkan cinta, rasanya akan sangat sulit untuk tetap berpikiran jernih!Namun, Hayden adalah orang yang cerdas dan mungkin akan mulai curiga jika Gina terlalu mendesaknya. Apalagi, jika Hayden bisa merasakan adanya tekanan yang tidak wajar dari Gina.Moiz sedang duduk di ruang keluarga rumah besar keluarga Donsu. Dia melihat Hayden datang seorang diri. Tanpa aba-aba, dia segera berdiri untuk menyambutnya. "Hayden, tumben kamu dateng. Kamu nggak pulang ke apartemen?" Moiz keheranan. "Kenapa muka kamu ditekuk gitu? Siapapun, pasti ingin dekat dengan Hayden. Karena dia adalah cucu kesayangan Bahran.Sejak menjabat sebagai CEO Donsu Group, Hayden membeli apartemen di dekat kantor. Dia tidak akan pulang ke rumah, kecuali Bahran memanggilnya."Kakek di mana?" tanya Hayden. Dia duduk dengan menempelkan kepala di bantal sofa. Moiz ikut duduk
Senin pagi di kota Aston.Leroy sudah sampai di kantor pencatatan sipil. Dia menunggu Angeline di dalam mobil. Dia duduk di kursi penumpang bersama Dilon. Jay di kursi sopir dengan Gina di sebelahnya.Leroy membakar rokok. Kaca mobil pun terbuka sedikit. "Gina, apa Angel beneran udah tanda tangan surat cerainya?" Leroy bertanya dengan dingin. Leroy membuang wajah ke arah luar mobil. Pemandangan pagi di kantor pencatatan sipil masih tergolong sepi.Semua orang tahu, hari Senin ini adalah momen yang ditunggu-tunggu Leroy. "Aku udah pastiin sendiri ke Hayden, Tuan Muda," jawab Gina, yakin. "Dia nggak mungkin bohong untuk hal sebesar ini!"Gina teringat akan semalam saat Hayden menghubunginya. Hayden memberitahu bahwa Angeline sudah menandatangani surat perceraiannya dengan Leroy. Saat mengetahui hal tersebut, tentu saja Gina senang bukan main. Namun, ada harga mahal yang harus dibayar untuk itu. Gina terpaksa menyetujui ajakan Hayden untuk makan malam demi melancarkan rencananya.De
Setelah mendapatkan akta perceraian, Leroy meminta Ricky untuk mengantarnya ke pemakaman St Louis Agung di bukit Heavenly Garden. Di sinilah Ramisa dimakamkan. Jay membukakan pintu mobil untuk Leroy. Bersamaan dengan itu, pintu mobil bagian depan terbuka. Jay melihat Gina ke luar dengan wajah sumringah."Nona, sebaiknya Anda tunggu di mobil sama Paman Dilon dan Ricky!" saran Jay. Jay tahu, Gina memiliki tujuan tertentu terhadap Leroy. Maka, dia akan selalu berhati-hati. Dia tidak akan memberikan kesempatan Gina untuk mendekati tuannya. Gina tersentak. Otaknya dengan cepat memikirkan jawaban yang menurutnya masuk akal. "Aーaku ... hanya mau hibur Tuan Muda aja kok."Gina panik sesaat. Dia tidak mungkin menunjukkan kekesalannya di depan Jay.'Dasar asisten sialan!' Gina mencibir Jay di dalam hati. 'Selama ada Jay di sisi Roy, aku pasti nggak punya kesempatan buat deketin dia.'Tatapan Jay yang sinis berhasil membuat Gina tidak bisa berkutik. Jay menggeleng. "Tuan Muda nggak butuh dih
Karena kegilaan Gina, Leroy muak. Leroy memerintahkan Ricky untuk meninggalkan Gina di pemakaman. Leroy sudah menghubungi Assad. Seharusnya, sebentar lagi akan ada orang yang menjemput Gina di pemakaman St Louis Agung bukit Heavenly Garden. Meskipun begitu, suasana hati Leroy tetap kacau. Leroy berteriak di saluran telepon. "Ini pelecehan seksual!"Leroy baru saja berstatus duda tanpa anak. Dia terpaksa menceraikan Angeline dan mengingkari janji yang telah diucapkan kepada Ramisa. Namun, Leroy justru mendapatkan pelecehan dari Ginaーanak buahnya sendiri.Jay memejamkan mata guna membuang emosi yang datang menggerogoti kesabarannya. Dia dan Ricky tidak berani berbicara jika Leroy tidak mengajukan pertanyaan. "Dia benar-benar berani!" Leroy memaki Ezra di saluran telepon. "Gimana kalian mendidiknya selama ini?!"Suhu mobil yang dingin berubah menjadi panas dan pengap hanya dalam sekejap. "Roy, dengerin aku dulu!" pinta Ezra yang mulai kewalahan menghadapi Leroy. "Apa?! Kamu mau bela