"Tuan, Paman Adipati telepon. Katanya, ada hal penting."Jay baru saja datang ke ruang kerja Leroy. Jam sudah menunjukkan pukul 10:00 malam waktu kota Aston. Namun, Leroy masih sibuk berkutat dengan komputer. Jay menyodorkan ponselnya kepada Leroy. "Ya, Paman? Ada apa? Kenapa belum tidur?" Leroy tahu, Adipati menggantikan posisinya di perusahaan Sagari. Banyak hal yang diurus oleh Adipati. Itulah sebabnya, Leroy mengkhawatirkan pria itu. "Masih terlalu awal untuk istirahat, Tuan Muda." Dingin dan tegas. Itulah ciri-ciri Adipati.Leroy menyandarkan kepalanya. Dia menatap langit-langit ruang kerja. "Ada hal tentang Faisal yang ingin saya laporkan malam ini," kata Adipati di ujung telepon. "Kenapa? Dia buat ulah lagi?"Leroy mencoba menebak-nebak. Namun kali ini, tebakannya salah."Saya udah kirim dua rekaman percakapan di kediaman Nyonya Niken yang sekarang ditempati oleh Rindy Buana dan Tuan Matteo."Leroy mendengarkan penjelasan Adipati sambil membuka rekaman percakapan dari han
Pagoda Village nomor 7, kota Aston. Hari Sabtu pukul 04:00 sore. Seluruh anggota keluarga Donsu telah hadir di ruang tamu. Mereka akan merayakan ulang tahun Tuan Besar Bahran yang ke-80 yang hanya dihadiri keluarga inti.Bahran duduk di kursi kayu jati buatan perusahaannya sendiri sambil senyum-senyum melihat tumpukan hadiah dari menantu dan cucu-cucunya di sudut ruangan. Meskipun begitu, hadiah istimewa dari anak-anaknya masih belum Bahran terima.Semua anak kandung Bahran telah menyiapkan hadiah yang mahal. Mereka akan memamerkannya di depan Bahran."Selamat ulang tahun, Pa," ucap Austinーanak pertama keluarga Donsu. "Papa pasti akan panjang umur sampai 100 tahun lebih."Austin memberikan sebuah kotak hadiah kecil yang dibungkus kertas kado perak kepada Bahran. Mahdalena, anak ke-3 di keluarga Donsu bertanya, "Austin, apa isinya?" Bahran dan semua orang memiliki pertanyaan yang sama seperti Mahdalena. "Oh, cuma hadiah kecil. Yaaa, sebuah mobil Alphard keluaran terbaru seharga Rp
Mario dengan berani melamar Angeline di depan semua orang. Dia menunjukkan cincin berlian di tangannya. Wajah kedua orang tua Angeline merona bahagia, begitu juga dengan Bahran. Suasana ruang tamu berubah gaduh. Beberapa anggota keluarga Donsu memberikan pendapat. Austin yang pertama kali menyampaikan pendapat. "David, ini kesempatan langka buat Angel. Aku harap, kamu mempertimbangkan lamaran Tuan Mario." "Kalo Angel nikah sama Tuan Mario, maka keluarga Kak David bisa manjat strata sosial yang lebih tinggi," imbuh Mahdalena. "Itu juga menguntungkan bagi keluarga Donsu di kota Aston. Iya kan, Pa? Toh, umur mereka berdua nggak begitu jauh." Semua orang diam. Mereka menunggu Bahran berbicara. Angeline berusia 25 tahun, sedangkan Mario 35 tahun. Usia mereka terpaut 10 tahun. "Cepet ceraikan Suami nggak guna itu, Angel! Aku yakin banget, hidup kamu pasti terjamin sama Tuan Mario." Pria yang terakhir berbicara itu Moiz. Tampaknya semua orang menyetujui lamaran Mario. Kini giliran
"Ha! Ha! Ha!" Leroy tertawa. "Baiklah kalo itu mau kalian. Bawa sini surat cerainya!"Leroy dengan entengnya menyetujui ide perceraian. Dia tidak perlu menyembunyikan perasaannya lagi di depan semua orang.Angeline segera mendekati Leroy. Dia menyodorkan surat cerai padanya. "Ini surat cerainya." Angeline menoleh ke arah Ammar. Lalu, berseru, "Paman Ammar, kasih Leroy pena!"Ekspresi wajah Angeline dan Mario sama-sama terlihat bahagia. Keduanya bergandengan tangan mesra dan tidak ada seorang pun anggota keluarga Donsu yang menegur mereka.Leroy melihat mereka dengan tatapan jijik. Dia sudah lama tidak pulang. Istrinya tidak bertanya apa-apa, tetapi justru memamerkan kemesraan dengan pria lain.Dengan segera, Ammar memberikan Leroy pena. "Silakan, Tuan Leroy!"Surat cerai dan pena sudah di tangan. Namun, Leroy belum juga menandatanganinya. Dia bahkan terlihat ragu-ragu."Apa lagi yang kamu tunggu, Roy?" Angeline menegur Leroy. "Cepetan tanda tangan!"Leroy mengalihkan pandangan dari A
Austin maju selangkah. "Papa nggak akan kasih Roy uang, kan?!"Suasana gaduh pun berubah hening. Semua mata mengarah kepada Bahran. Ada sesuatu yang menarik perhatian Leroy. Dia memperhatikan pilar-pilar besar yang menjulang tinggi. Selain memberikan kesan kokoh dan megah, pilar yang terbuat dari marmer putih dengan ukiran rumit ini tidak hanya berfungsi sebagai penyangga, tetapi juga sebagai elemen dekoratif yang memperindah ruangan.Ruang tamu ini memiliki langit-langit tinggi. Bahran kembali duduk di sofa besar berbahan beludru yang berada di tengah ruangan, tepat di bawah lampu gantung kristal yang megah. "Jangan bilang, manusia sampah ini ngemis dan berhasil meluluhkan hati Kakek?!"Seseorang berteriak dari ambang pintu. Dia adalah Samuel Donsu, 30 tahunーanak pertama pasangan Austin Donsu dan Sarah Tengker."Kak Samuel!" Clara berseru manja ketika melihat sosok kakaknya yang tampan dan mapan datang. 'Diーdia Samuel?' Leroy memandangi Samuel. Dia mencoba mengingat sosoknya, tet
Samuel menoleh pada Leroy. "Apa kamu pikir, Rp 1 triliun itu jumlah yang sedikit?!" "Heh, pecundang! Kamu pikir, keluarga Donsu donatur di panti sosial?!" maki Mahdalena. Meskipun Mahdalena sangat antusias memaki Leroy, tetapi tidak dengan kedua anaknya. Edwin Donsu dan Zilla Donsu adalah anak dari pasangan Romeo Fernandez dan Mahdalena Donsu. Keduanya sejak tadi hanya diam saja. Karena mereka menjaga harga diri Romeo yang tidak bekerja. Leroy dengan berani meminta hadiah kepada Bahran di saat seluruh anggota keluarga Donsu memberikan hadiah. Akibatnya, semua orang menghina Leroy. Leroy tidak terpengaruh dengan kata makian Mahdalena ataupun anggota keluarga Donsu lainnya. Sikap tenangnya membuat Angeline geram. "Kamu bisa diem nggak, Roy?! Jangan malu-maluin aku!" tegur Angeline. Leroy mengabaikan Angeline. Dia belum juga menandatangani surat perceraian. Leroy berkata dengan datar, "Harga satu unit rumah di Perumahan Bukit Aston Village blok A mencapai Rp 77,1 triliun. Sedang
Bahran memerintahkan David untuk mencambuk Leroy, tetapi Austin justru terlihat sangat antusias. "Pa, gimana kalo aku aja yang cambuk Roy? Karena aku anak pertama keluarga Donsu. Akulah yang bertanggung jawab pertama kali jika terjadi sesuatu pada keluarga ini." Austin menawarkan diri. Dia mengambil pusaka cemeti dari tangan Bahran. Austin ingin melampiaskan amarahnya kepada Leroy yang telah lama terpendam. Meskipun Austin sudah berkata seperti itu, tetapi David tetap berjalan menuju Bahran. Dia mengulurkan tangannya merebut pusaka cemeti dari tangan Austin. "Kalian tau? Dia nggak pulang lebih dari 20 hari." David menatap Leroy tanpa senyum. "Hah?! Yang bener aja?! Terus, dia pergi ke mana selama lebih dari 20 hari?!" Austin terkaget-kaget. "Apa dia punya wanita simpanan?" Magdalena bertanya sambil menatap Leroy sinis. David menggeleng. Karena dia sendiri tidak tahu. "Gimana pun juga, aku ini mertuanya. Jadi, biar aku yang mendisiplinkan menantuku. Karena itu memang
Seorang pria tidak boleh asal berlutut. Lalu, mengapa Leroy tidak bangun saja dan melakukan perlawanan? Apakah dia terlalu pengecut?"Cepat cambuk dia!" Suara Bahran yang lantang menggema di ruang tamu. Bukan hanya anggota keluarga Donsu yang ingin melihat Leroy berteriak kesakitan, tetapi juga Mario. "Kerahkan tenaga kamu, Angel!" Mario mengingatkan.Saat berada di situasi berbahaya, Leroy justru terlihat sangat tenang. Sikapnya berhasil memancing emosi semua orang. "Leroy, kamu tau? Selama bertahun-tahun, aku nahan malu karena punya Suami nggak guna kayak kamu. Sekarang adalah waktu yang tepat buat bales rasa sakit hatiku."Usai melontarkan kata-kata yang menyakiti hati Leroy, Angeline dengan yakin mengayunkan tangan untuk mencambuk suaminya sendiri. Melihat hal itu, Leroy masih berlutut sambil melirik ke belakang. Dia menyeringai. Tidak disangka, Leroy berhasil menangkap pecut yang hampir mengenai punggungnya dalam sekejap. Lalu, dia menariknya kuat-kuat hingga pusaka cemeti N