Apa maksud Leroy meminta Matteo untuk pindah kursi? Matteo tentu tersinggung. Karena selama ini, tidak ada seorangpun yang berani mengatur atau bahkan mengusirnya. Hal ini tidak bisa dibiarkan! Matteo tidak terima dengan perlakuan Leroy yang menurutnya kelewatan. Bahasa tubuh yang tidak nyaman sengaja Matteo tunjukkan di depan Leroy. Dia berharap, Leroy akan membiarkannya untuk tetap duduk di sana. Matteo mengecam keras tindakan Leroy terhadapnya. 'Gimanapun juga, aku harus pertahankan kursi Komisaris Utama ini.' "Bukannya tadi pengacara udah ngomongin masalah ini?" tanya Leroy datar. "Kursi ini tempat untuk Komisaris Utama." Matteo memandangi Kennedy seolah sedang meminta dukungan. Dia masih enggan berdiri. "Tapi, Tuan Muda," sela Kennedy. "Selama bertahun-tahun, perusahaan Sagari dipegang Tuan Matteo dan orang-orang nggak ada masalah dengan itu. Kalo tiba-tiba Anda geser, belum tentu para jajaran Komisaris setuju." Kennedy melonggarkan dasi. Dia tidak puas. Dia juga marah
Manusia bisa berubah seiring waktu, kan? Jika di masa lalu Leroy terlalu lemah menghadapi tekanan dari Matteo, tetapi tidak berlaku untuk sekarang.Karena kesengsaraan hidup yang Leroy alami selepas kepergian Niken, telah mengubah karakternya menjadi lebih kuat. "Mempertahankan perusahaan Istri?!" Leroy mengulangi kalimat Matteo. "Istri yang Anda sia-siain itu, pak Matteo? Bahkan Anda nggak ngerasa bersalah ataupun sedih di hari wafatnya Mama."Terlalu munafik bagi Leroy hanya dengan mendengarkan ucapan Matteo. Karena yang dia ingat, Matteo tidak memiliki apa-apa saat menikahi Niken. Matteo hanyalah pegawai biasa yang bekerja di perkebunan kelapa sawit milik Niken. Paras tampan dengan postur tubuh menunjang membuat Niken muda jatuh cinta pada Matteo. Rupanya, cinta itulah yang membawa malapetaka bagi Niken."Apa saya harus nangis meraung-raung di tanah makam Mama kamu, Roy?!" Kilatan amarah terpancar di kedua mata Matteo. "Saya itu laki-laki. Seorang laki-laki harus kuat dalam kondi
"Roy, jangan marah sama Adipati!"Leroy sedang memotong steak daging sapi. Meskipun sudah lama tidak makan steak, potongannya masih sangat rapi. Dia mengangkat hot plate oval milik Derra dan langsung mengganti dengan miliknya."Setelah 6 tahun berlalu, ternyata kamu nggak berubah, Roy." Mendapatkan perilaku baik dari Leroy, membuat Derra tersenyum senang.Derra bengong sesaat. Dia masih ingat ketika Niken masih hidup. Dia dan Niken selalu menyempatkan waktu untuk makan bersama atau sekedar minum teh dan kudapan lezat di kedai teh ujung jalan. Kedai favorit mereka masih berada di deretan Sagari Tower. Namun hari itu, ketika Derra ingin membuat janji temu dengan Leroy, dia justru mendapatkan kabar buruk dari Adipati. Jika saja Derra tahu kabar buruk yang menimpa Leroy lebih cepat, bisa dipastikan pria itu tidak akan mengalami kemalangan bertubi-tubi di dalam hidupnya."Ada apa, Nyonya Derra? Apa steak-nya nggak enak?" Leroy kebingungan dengan Derra yang tidak memberikan reaksi apapun.
Issac tertegun dengan sikap Leroy. Adipati pun ikut tertegun. Bagaimana pun juga, hanya Jay yang sering bertemu dengan Leroy selama 6 tahun belakangan ini dibandingkan dengan mereka berdua. Namun, mereka semua tidak ingin membayangkan kemungkinan yang mengerikan akan terjadi di rumah ini. Maka, mereka tidak ingin hanya diam saja ketika emosi di mata Leroy terlihat rumit. Adipati memberikan perintah. "Issac, copot lukisan itu sekarang!""Ya."Tanpa terduga, Leroy berjalan begitu saja meninggalkan ruang tamu. Dia mendengar suara biola yang menyedihkan dari arah ruang tengah. Rasa penasaran Leroy telah menggugahnya untuk bertanya. "Paman Adipati, siapa yang sedang mengadakan pertunjukan musik?" Leroy berjalan melewati koridor dengan wallpaper dinding motif marmer putih yang indah. Di kanan kirinya terdapat beberapa lukisan juga vas keramik dengan ukiran langka. Adipati berjalan di sisi Leroy dan Jay di belakang mereka. Leroy tidak melihat adanya perubahan desain interior pada korido
Rindy menatap Leroy dengan ekspresi angkuh. "Kamu bilang, aku apa?! Jangan macem-macem kamu, Roy!"Rindy meremas gaunnya sambil menggigit bibir bawah. Dia tidak percaya bahwa Leroy berani mengatakan dirinya rendahan secara terang-terangan.Suasana di ruang tengah mendesak Leroy untuk memberikan pelajaran kepada Rindy. Leroy juga melihat para pelayan berdatangan mengerumuni ruang tengah. Mereka pun saling berbisik."Tuan Muda Leroy udah kembali.""Ya, dia semakin tampan.""Syukurlah Tuan Muda pulang."Leroy tidak menanggapi mereka. Karena dia akan mengulangi lagi kata-katanya yang tadi. "Wanita jalang. Apa sekarang udah jelas?!"Leroy tidak bisa melupakan masa lalu Rindy Buana. Dia telah menjadi wanita simpanan Matteo selama bertahun-tahun. Kemudian, Rindy berhasil naik tahta menggantikan Niken yang wafat karena sakit. "Kamu itu cuma guru private bahasa asing aja yang dipekerjakan Mama. Karena Mama sibuk, kamu ambil kesempatan ngerayu Papa."Rindy tidak memiliki wajah lagi. Dia meliha
Ketika Leroy sedang asik membaca semua informasi tentang Alexa, tiba-tiba saja handphone dia bergetar. Ada panggilan telepon masuk mengganggunya. Dia lantas mengulum senyum sinis saat membaca nama penelepon."Ngapain Angel telepon aku? Apa dia ngerasa kehilangan aku?"Saat menyadari perkataannya barusan, Leroy buru-buru menyingkirkan pikirannya. Dia pun mengabaikan panggilan telepon dari istrinya untuk yang kesekian kali."Halah! Nggak mungkin dia nyariin aku kalo nggak butuh. Paling-paling Angel dan keluarganya mau jadiin aku babu doang."Leroy tidak peduli, bahkan dia tidak ingin mengingat-ingat kondisi Angeline yang sedang berbadan dua. Pada akhirnya, handphone Leroy tidak bergetar lagi. Sejak Leroy pergi, setidaknya Angeline sudah menghubungi dia lebih dari 20 kali. Namun, Leroy sama sekali tidak meresponnya. Karena dia terlalu malas dan sakit hati atas semua perlakuan keluarga Donsu. Leroy bukan Tuhan. Dia juga bukan Dewa. Dia hanyalah manusia yang memiliki batas kesabaran.***
Matteo tidak ingin kehilangan masa kejayaannya. Selama ini, dia selalu menuruti keinginan Rindy. Namun sekarang, semuanya telah berakhir. Dia akan melawan perasaan pada Rindy dan mempertahankan hartanya. Matteo tidak berniat sedikit pun untuk meninggalkan kemewahan keluarga Opulent. Membayangkannya saja dia tidak sanggup."Roy!" Matteo memanggil anak semata wayangnya. "Rindy Istriku. Aku akan tanggung jawab semuanya."Leroy menatap banyaknya menu sarapan di atas meja. Namun, dia sudah tidak berselera. Dia menoleh ke arah Matteo."Tanggung jawab?!" Leroy mengalihkan wajahnya ka arah lain. "Tanggung jawab seperti apa?! Manjain dia dengan ngasih fasilitas mewah punya keluarga Opulent?!"Leroy mengedutkan alis saat merasa kesal. Mata coklatnya menyorot dalam dan kelam sehingga membuat aura di ruang makan berubah dingin. Matteo pun tertekan karenanya. Wajah Matteo merah padam. Dia tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa kepada anaknya. Suasana ruang makan pun menjadi tidak terkendali.
Kedua kaki Leroy seolah berat melangkah meninggalkan kamar tidur tamu. Leroy mengangguk saat menatap Jay, lalu dia melirik Rindy yang masih terkejut dengan tindakan Adipati. Leroy melihat Rindy menangis, tapi dia tidak menunjukkan sikap belas kasih. Dia berjalan mendekati ranjang. Rindy mendongakkan kepala menatap anak tirinya. "Anak sialan! Kalo dulu Matteo mau dengerin aku buat singkirin kamu, pasti hidupku dan Matteo udah enak sekarang."Bibir Rindy bergetar saat mengatakannya. Karena begitu banyak tipu muslihat yang perempuan itu mainkan, maka Leroy tidak akan terperdaya olehnya.Leroy tidak menanggapi ocehan Rindy. Dia tersenyum puas. Dia menoleh ke arah Issac."Paman Issac, kamu kepala pelayan di sini. Telepon anaknya sekarang!" Leroy memberikan perintah. "Mau ngapain kamu telepon Finn? Dia nggak ada sangkut pautnya sama masalah diantara kita." Rindy menegur Leroy. Di masa lalu, Rindy adalah guru privat bahasa asing yang mengajari Leroy selepas pulang sekolah. Sejak pertama