Ketika Leroy sedang asik membaca semua informasi tentang Alexa, tiba-tiba saja handphone dia bergetar. Ada panggilan telepon masuk mengganggunya. Dia lantas mengulum senyum sinis saat membaca nama penelepon."Ngapain Angel telepon aku? Apa dia ngerasa kehilangan aku?"Saat menyadari perkataannya barusan, Leroy buru-buru menyingkirkan pikirannya. Dia pun mengabaikan panggilan telepon dari istrinya untuk yang kesekian kali."Halah! Nggak mungkin dia nyariin aku kalo nggak butuh. Paling-paling Angel dan keluarganya mau jadiin aku babu doang."Leroy tidak peduli, bahkan dia tidak ingin mengingat-ingat kondisi Angeline yang sedang berbadan dua. Pada akhirnya, handphone Leroy tidak bergetar lagi. Sejak Leroy pergi, setidaknya Angeline sudah menghubungi dia lebih dari 20 kali. Namun, Leroy sama sekali tidak meresponnya. Karena dia terlalu malas dan sakit hati atas semua perlakuan keluarga Donsu. Leroy bukan Tuhan. Dia juga bukan Dewa. Dia hanyalah manusia yang memiliki batas kesabaran.***
Matteo tidak ingin kehilangan masa kejayaannya. Selama ini, dia selalu menuruti keinginan Rindy. Namun sekarang, semuanya telah berakhir. Dia akan melawan perasaan pada Rindy dan mempertahankan hartanya. Matteo tidak berniat sedikit pun untuk meninggalkan kemewahan keluarga Opulent. Membayangkannya saja dia tidak sanggup."Roy!" Matteo memanggil anak semata wayangnya. "Rindy Istriku. Aku akan tanggung jawab semuanya."Leroy menatap banyaknya menu sarapan di atas meja. Namun, dia sudah tidak berselera. Dia menoleh ke arah Matteo."Tanggung jawab?!" Leroy mengalihkan wajahnya ka arah lain. "Tanggung jawab seperti apa?! Manjain dia dengan ngasih fasilitas mewah punya keluarga Opulent?!"Leroy mengedutkan alis saat merasa kesal. Mata coklatnya menyorot dalam dan kelam sehingga membuat aura di ruang makan berubah dingin. Matteo pun tertekan karenanya. Wajah Matteo merah padam. Dia tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa kepada anaknya. Suasana ruang makan pun menjadi tidak terkendali.
Kedua kaki Leroy seolah berat melangkah meninggalkan kamar tidur tamu. Leroy mengangguk saat menatap Jay, lalu dia melirik Rindy yang masih terkejut dengan tindakan Adipati. Leroy melihat Rindy menangis, tapi dia tidak menunjukkan sikap belas kasih. Dia berjalan mendekati ranjang. Rindy mendongakkan kepala menatap anak tirinya. "Anak sialan! Kalo dulu Matteo mau dengerin aku buat singkirin kamu, pasti hidupku dan Matteo udah enak sekarang."Bibir Rindy bergetar saat mengatakannya. Karena begitu banyak tipu muslihat yang perempuan itu mainkan, maka Leroy tidak akan terperdaya olehnya.Leroy tidak menanggapi ocehan Rindy. Dia tersenyum puas. Dia menoleh ke arah Issac."Paman Issac, kamu kepala pelayan di sini. Telepon anaknya sekarang!" Leroy memberikan perintah. "Mau ngapain kamu telepon Finn? Dia nggak ada sangkut pautnya sama masalah diantara kita." Rindy menegur Leroy. Di masa lalu, Rindy adalah guru privat bahasa asing yang mengajari Leroy selepas pulang sekolah. Sejak pertama
"Maaf, Tuan Muda," kata salah satu penjaga. "Tuan Finn memaksa masuk. Jadi, saya nggak sempat minta izin Anda ataupun Pak Adipati." Penjaga tersebut lantas membungkuk demi mendapatkan pengampunan Leroy. Kedatangan Finn membuat suasana menjadi tegang. Adipati mengangguk sebagai respon dari ucapan penjaga. Dia tidak menyalahkannya. Finn tidak memedulikan Adipati ataupun para penjaga. Dia menatap Leroy yang masih asyik menikmati rokok. Lalu, dia mengerutkan kening. Finn bertanya, "Di mana Ibuku?!" Suara Finn serak dan terdengar marah. Finn berjalan masuk sambil bertolak pinggang. Dia tidak memedulikan kehadiran Leroy. Dia juga tidak menunjukkan sikap sopan santun sama sekali. Saat bertamu ke rumah keluarga Opulent, Finn memang selalu bersikap sesuka hati. Karena dia merasa, Rindy Buana adalah Nyonya Opulent yang berkuasa dan disegani di rumah ini. Maka Finn berpikir bahwa siapapun yang tinggal di rumah ini pasti tunduk pada Rindy. Finn seakan lupa, siapa pemilik rumah besar kelu
"Matteo, aku bisa jelasin," kata Rindy dengan tatapan memohon. "Semua itu nggak seperti dugaan kamu. Aku ...."Rindy berhenti bicara saat melihat tangan Matteo terangkat. Dia sudah tidak mendapatkan kepercayaan lagi dari suaminya. Finn penasaran. Dia mengambil dokumen dari tangan Rindy.Sekarang, giliran Finn yang membaca dokumen tersebut. Beberapa saat kemudian, dia membelalakkan mata. Lalu, menatap Rindy yang tidak berdaya.Selama 6 tahun ini, Matteo tidak pernah memedulikan Leroy. Dia memberikan kepercayaannya kepada Rindy. Karena sewaktu menikah, Rindy berjanji akan memperlakukan Leroy seperti anak kandungnya sendiri. Tapi tadi pagi, Adipati memberikan sebuah dokumen yang berisi bukti-bukti kejahatan Rindy pada Leroy. Pada akhirnya, Matteo baru mengetahui alasan Leroy membenci istrinya selama ini.Leroy mematikan rokoknya di asbak berukir. Dia bertanya, "Apa masih kurang jelas?!"Finn mengeluarkan ekspresi kecewa. Dia pikir, Rindy akan berhati-hati saat beraksi. Namun ternyata,
Jay merasa tidak senang mendengar pembicaraan Leroy dengan Assad di telepon. Dia bukan Adipati yang mampu menyimpan rasa ketidaksukaannya. Maka, dia akan bertanya kepada Leroy setelah ini. Jay bertanya, "Tuan, kenapa Anda nggak mau hadir meeting sama keluarga Gerung? Bukannya Anda mau bahas banyak hal tentang pengembangan Universitas Gerung Astonia dan ngasih mereka dana untuk membangun rumah sakit?"Leroy baru selesai berbicara dengan Assad di telepon. Leroy membakar rokok. Dia adalah perokok aktif. Keningnya berkerut saat menatap Jay dan Adipati.Leroy nyengir. "Aku masih harus sembunyikan identitas di kota Aston." Dia duduk melipat kakinya. Wajah Jay terlihat frustasi saat menghadapi Leroy. "Tapi sampai kapan, Tuan? Apa Anda nggak mau balas dendam ke keluarga Donsu? Saya bener-bener kesal sama sikap Anda."Adipati juga merasakan kesal yang luar biasa. Terlebih lagi saat dia mengingat perlakuan keluarga Donsu kepada Leroy. Namun, jika Leroy sudah berkeinginan seperti itu, maka dia
Senin pagi di Jalan Agro kota Dixie, pulau Valir.Setelah melalui tiga jam perjalanan udara dari kota Moco, pulau Rockie ke pulau Valir, akhirnya Leroy tiba di Jalan Agro kota Dixie. Leroy melakukan kunjungan kerja bersama Jay ke perkebunan kelapa sawit milik Sagari Palm Oil Group. Selain Jay, ada empat orang lagi yang ikut bersama Leroy. Mereka adalah Matteo, Derra, Mike dan Kennedy. Keempatnya merupakan dewan komisaris Sagari Palm Oil Group. Leroy menyadari Matteo yang sedang dilanda gugup. Dia juga merasa aneh dengan sikap Kennedy yang tidak banyak berbicara seperti biasanya. Namun, Leroy tetap bersikap santai dan tenang. Iklim panas di daerah tropis mengharuskan semua orang memakai pelindung kepala, rompi dan sepatu boots agar terlindungi dari kecelakaan kerja. Rombongan Leroy dijaga ketat oleh para penjaga.Seorang pria berkata kepada Leroy, "Tuan Muda, ini adalah lahan perkebunan inti kelapa sawit punya perusahaan.""Ya." Leroy tidak komentar apapun lagi. Derra dan dewan kom
Tiba-tiba, Leroy mengingat titik terendah di dalam hidupnya. Dia pernah menjadi gelandangan hingga dijadikan babu di keluarga istrinya. Leroy teringat kota Aston yang memiliki banyak kenangan. Usai melewati fase titik terendah, karakter Leroy berubah menjadi lebih kuat dan tegar jika dibandingkan 6 tahun yang lalu. Leroy mengusap kepala bocah laki-laki berambut keriting itu. "Bocah kayak kalian ini tugasnya cuma belajar, main dan jajan. Ngerti, nggak?"Leroy melihat mata ketujuh bocah itu berkaca-kaca. Apakah selama ini tidak ada yang memperhatikan mereka? Apakah tidak ada seorangpun yang peduli dengan keberadaan mereka?'Oh, di mana peran pemerintah daerah? Apa subsidi untuk warga miskin dari pemerintah pusat nggak sampai ke tangan mereka? Atau, mereka nggak terdata?'Semua itu adalah pikiran-pikiran Leroy yang mulai mengganggunya. Dia sepertinya merencanakan sesuatu.Leroy berkata, "Besok, ajak kedua orang tua kalian ke sini dan ketemu sama Paman Adrianus." Leroy menepuk-nepuk pun