"Maaf, Tuan Muda," kata salah satu penjaga. "Tuan Finn memaksa masuk. Jadi, saya nggak sempat minta izin Anda ataupun Pak Adipati." Penjaga tersebut lantas membungkuk demi mendapatkan pengampunan Leroy. Kedatangan Finn membuat suasana menjadi tegang. Adipati mengangguk sebagai respon dari ucapan penjaga. Dia tidak menyalahkannya. Finn tidak memedulikan Adipati ataupun para penjaga. Dia menatap Leroy yang masih asyik menikmati rokok. Lalu, dia mengerutkan kening. Finn bertanya, "Di mana Ibuku?!" Suara Finn serak dan terdengar marah. Finn berjalan masuk sambil bertolak pinggang. Dia tidak memedulikan kehadiran Leroy. Dia juga tidak menunjukkan sikap sopan santun sama sekali. Saat bertamu ke rumah keluarga Opulent, Finn memang selalu bersikap sesuka hati. Karena dia merasa, Rindy Buana adalah Nyonya Opulent yang berkuasa dan disegani di rumah ini. Maka Finn berpikir bahwa siapapun yang tinggal di rumah ini pasti tunduk pada Rindy. Finn seakan lupa, siapa pemilik rumah besar kelu
"Matteo, aku bisa jelasin," kata Rindy dengan tatapan memohon. "Semua itu nggak seperti dugaan kamu. Aku ...."Rindy berhenti bicara saat melihat tangan Matteo terangkat. Dia sudah tidak mendapatkan kepercayaan lagi dari suaminya. Finn penasaran. Dia mengambil dokumen dari tangan Rindy.Sekarang, giliran Finn yang membaca dokumen tersebut. Beberapa saat kemudian, dia membelalakkan mata. Lalu, menatap Rindy yang tidak berdaya.Selama 6 tahun ini, Matteo tidak pernah memedulikan Leroy. Dia memberikan kepercayaannya kepada Rindy. Karena sewaktu menikah, Rindy berjanji akan memperlakukan Leroy seperti anak kandungnya sendiri. Tapi tadi pagi, Adipati memberikan sebuah dokumen yang berisi bukti-bukti kejahatan Rindy pada Leroy. Pada akhirnya, Matteo baru mengetahui alasan Leroy membenci istrinya selama ini.Leroy mematikan rokoknya di asbak berukir. Dia bertanya, "Apa masih kurang jelas?!"Finn mengeluarkan ekspresi kecewa. Dia pikir, Rindy akan berhati-hati saat beraksi. Namun ternyata,
Jay merasa tidak senang mendengar pembicaraan Leroy dengan Assad di telepon. Dia bukan Adipati yang mampu menyimpan rasa ketidaksukaannya. Maka, dia akan bertanya kepada Leroy setelah ini. Jay bertanya, "Tuan, kenapa Anda nggak mau hadir meeting sama keluarga Gerung? Bukannya Anda mau bahas banyak hal tentang pengembangan Universitas Gerung Astonia dan ngasih mereka dana untuk membangun rumah sakit?"Leroy baru selesai berbicara dengan Assad di telepon. Leroy membakar rokok. Dia adalah perokok aktif. Keningnya berkerut saat menatap Jay dan Adipati.Leroy nyengir. "Aku masih harus sembunyikan identitas di kota Aston." Dia duduk melipat kakinya. Wajah Jay terlihat frustasi saat menghadapi Leroy. "Tapi sampai kapan, Tuan? Apa Anda nggak mau balas dendam ke keluarga Donsu? Saya bener-bener kesal sama sikap Anda."Adipati juga merasakan kesal yang luar biasa. Terlebih lagi saat dia mengingat perlakuan keluarga Donsu kepada Leroy. Namun, jika Leroy sudah berkeinginan seperti itu, maka dia
Senin pagi di Jalan Agro kota Dixie, pulau Valir.Setelah melalui tiga jam perjalanan udara dari kota Moco, pulau Rockie ke pulau Valir, akhirnya Leroy tiba di Jalan Agro kota Dixie. Leroy melakukan kunjungan kerja bersama Jay ke perkebunan kelapa sawit milik Sagari Palm Oil Group. Selain Jay, ada empat orang lagi yang ikut bersama Leroy. Mereka adalah Matteo, Derra, Mike dan Kennedy. Keempatnya merupakan dewan komisaris Sagari Palm Oil Group. Leroy menyadari Matteo yang sedang dilanda gugup. Dia juga merasa aneh dengan sikap Kennedy yang tidak banyak berbicara seperti biasanya. Namun, Leroy tetap bersikap santai dan tenang. Iklim panas di daerah tropis mengharuskan semua orang memakai pelindung kepala, rompi dan sepatu boots agar terlindungi dari kecelakaan kerja. Rombongan Leroy dijaga ketat oleh para penjaga.Seorang pria berkata kepada Leroy, "Tuan Muda, ini adalah lahan perkebunan inti kelapa sawit punya perusahaan.""Ya." Leroy tidak komentar apapun lagi. Derra dan dewan kom
Tiba-tiba, Leroy mengingat titik terendah di dalam hidupnya. Dia pernah menjadi gelandangan hingga dijadikan babu di keluarga istrinya. Leroy teringat kota Aston yang memiliki banyak kenangan. Usai melewati fase titik terendah, karakter Leroy berubah menjadi lebih kuat dan tegar jika dibandingkan 6 tahun yang lalu. Leroy mengusap kepala bocah laki-laki berambut keriting itu. "Bocah kayak kalian ini tugasnya cuma belajar, main dan jajan. Ngerti, nggak?"Leroy melihat mata ketujuh bocah itu berkaca-kaca. Apakah selama ini tidak ada yang memperhatikan mereka? Apakah tidak ada seorangpun yang peduli dengan keberadaan mereka?'Oh, di mana peran pemerintah daerah? Apa subsidi untuk warga miskin dari pemerintah pusat nggak sampai ke tangan mereka? Atau, mereka nggak terdata?'Semua itu adalah pikiran-pikiran Leroy yang mulai mengganggunya. Dia sepertinya merencanakan sesuatu.Leroy berkata, "Besok, ajak kedua orang tua kalian ke sini dan ketemu sama Paman Adrianus." Leroy menepuk-nepuk pun
Sebagai lulusan bisnis, Leroy tahu betul perkembangan bisnis kelapa sawit. Selain itu, Adipati dan Jay secara khusus memberikan pengetahuan tentang perusahaan Sagari padanya. Leroy belajar dengan cepat. Dengan semua pengetahuan yang dia miliki sekarang, Leroy yakin mampu memajukan perusahaan mendiang ibunya. Leroy terus berbicara. "Fungsi lain dari kelapa sawit yaitu sebagai pengawet alami. Itulah alasan minyak kelapa sawit digunakan hampir semua produk makanan di rak-rak supermarket." Leroy termasuk mahasiswa cerdas di kampusnya. Itulah sebabnya, dia berhasil membangun bisnisnya sendiri, yaitu Opulent Holdings. Selain orang kepercayaannya, tidak ada yang tahu bahwa Opulent Holdings adalah perusahaan milik Leroy. "Untuk hal lainnya, kalian bisa temukan di website resmi perusahaan." Suara Leroy yang tegas dan lugas membuat semua orang paham maksudnya. Leroy melirik jam tangannya. Karena waktu makan siang akan segera tiba, dia mempercepat meeting. "Anak perusahaan ke-2 milik Saga
Alis Leroy semakin menegang. Adrianus tidak ingin ikut campur urusan Leroy dan Jay. Sejenak, dia merasa bersalah telah memberitahu identitas Viko kepada Leroy. Namun detik berikutnya, dia merasa perlu melakukannya agar Leroy tahu dan tidak tertipu dengan topeng Viko. Adrianus menyeruput kopinya. Dia menunggu amarah Leroy mereda. Namun dia menyadari tidak ada tanda-tanda Leroy akan kembali tenang. Jadi, dia akan mencoba mencairkan suasana. "Ahh, bener-bener nikmat kopi ini!" seru Adrianus. "Rasa pahit kopi ini yang aku cari-cari, emang nggak ada duanya!" Leroy berhenti menatap Jay. Dia mengalihkan perhatian kepada Adrianus sambil mengerutkan kening. Karena emosinya masih belum stabil, Leroy kembali memarahi Jay. "Bisa-bisanya hal sepenting ini kamu dan Paman Adipati sembunyiin dariku." Jay menggaruk kepalanya. Adrianus bisa melihat Jay kebingungan. Adrianus segera berusaha meredam emosi Leroy. "Kalo menurutku, Asisten Jay dan Pak Adipati pasti nggak sengaja ngelakuin itu. Mungkin
Leroy jarang membicarakan hal pribadi dengan orang lain. Maka, dia hanya diam saja. Dia tidak ingin hal pribadinya terekspos.Tapi, Leroy tidak mengenal baik ayahnya sendiri. Dia memerlukan seseorang untuk bertukar pikiran.Setelah bimbang sesaat, dia menjawab, "Papa." Leroy masih berusaha bersikap tenang. "Apa dia serius mau cerai sama perempuan jalang itu? Tapi, Papa masih berhubungan baik sama keluarga dari Rindy."Hal-hal yang membuat ragu Leroy, sebenarnya Jay juga meragukannya. Namun berdasarkan cerita Adipati, Matteo baru saja memperbaiki hubungannya dengan Leroy. Jadi, dia tidak ingin merusaknya."Kita akan tau sebentar lagi, Tuan." Jay mencoba untuk tidak berat sebelah. Bagaimana pun juga, Jay menginginkan hal-hal yang terbaik untuk tuannya."Ya." Leroy akhirnya setuju. ***Hari ke-2 di kota Dixie. Kunjungan kerja di hari ke-2 ini, Leroy dan dewan komisaris pergi ke PT Sagari Ivomas Tbk untuk melihat-lihat produksi minyak goreng berbasis minyak kelapa sawit. Leroy terlihat